Setelah menghabiskan waktu seharian Jase dan Marcus kembali ke villa menjelang gelap. Saat mereka masuk semua penghuni villa sedang bersantai di ruang keluarga.
“Hai semua.” Sapa Jase ceria. Marcus segera menghempaskan tubuhnya ke sofa.
“Hai sayang. Darimana saja kalian? Mom tidak melihatmu seharian jase.” Tanya Mrs. Wagner sambil mengulurkan tangannya pada Jase yang langsung disambut Jase.
“Aku pergi ke pantai bersama Marcus Mom, sunsetnya sangat indah.”
Mr. Wagner memandang Jase khawatir. “Eum.. sayang. Kau baik-baik saja sayang? Kudengar kau bertengkar dengan Aiden.”
Jase tersentak belum siap menerima pertanyaan itu. Apa pertengkaranku dengan Aiden sedang menjadi trending topik disini? Pikir Jase. “Itu... kami mungkin sedikit salah paham. Aku...”
“Jase. Kita perlu bicara.” Entah sejak kapan Aiden sudah berada di belakang sofa tempat Mrs. Wagner duduk dan memotong perkataan Jase dengan nada datar.
“Baiklah” Jase tersenyum sekilas pada Mrs. Wagner yang memandangnya khawatir, meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja kemudian melangkah mengikuti Aiden kekamarnya.
Aiden duduk di tepi ranjang menundukkan kepalanya kedua tangannya ditumpukan dibibir ranjang dan meremasnya seolah dia sedang menahan beribu kesal. Jase hanya memandang Aiden dengan perasaan tak menentu. Sesaat keheningan menyelimuti ruangan itu.
"Maafkan aku Jase." Aiden berbicara masih dengan menundukkan kepalanya kemudian menatap Jase dengan sorot mata terluka. Terluka? Kenapa Aiden terluka? Akulah yang seharusnya terluka disini. Batin Jase dalam hati. Jase hanya menatap Aiden datar yang membuatnya mengerang frustasi. "Aku minta maaf padamu Jase, kumohon katakan sesuatu."
"Mau berapa kali lagi kau minta maaf padaku Aiden?" Kata Jase datar.
"Jase, mengertilah aku marah melihatmu bersama Marcus karena..."
"Karena apa? Karena nama baik yang.."
"Persetan dengan nama baik!" Tiba-tiba Aiden berdiri berteriak marah "Kau tunanganku dan aku tak suka melihatmu terlalu dekat dengan laki-laki lain, kau harus mengerti itu!" Mata Aiden berkilat penuh amarah.
"Dan laki-laki yang kau bicarakan itu adalah sepupumu sendiri Aiden. Dan kami tidak melakukan apapun tapi kau marah seolah melihatku bercinta dengan Marcus di depan matamu!" Jase tak dapat lagi menyembunyikan kemarahannya. "Dan kau tak punya hak karena.."
"CUKUP! Cukup Jase!" Aiden berteriak memotong perkataan Jase. Dia muak dengan Jase yang selalu mengingatkan bahwa hubungan mereka hanya sandiwara.
Jase terdiam dan membuang mukanya enggan menatap Aiden. Keadaan kembali hening hanya terdengar napas mereka yang memburu menahan amarah. Aiden meremas rambutnya frustasi. Jase sudah berniat beranjak dari kamar itu tapi dengan cepat Aiden meraih pergelangan tangannya membuatnya menghentikan langkah.
Aiden menghembuskan napasnya perlahan. Pandangan matanya melembut menatap Jase. "Jase. Kumohon. Kita sedang berjalan dijalan yang sama, tak bisakah kita membuat hubungan ini menjadi lebih baik? Setidaknya tak perlu selalu ada perang dingin seperti ini"
"Kau yang memulai Aiden. Kau terlalu berlebihan, kau tahu itu" Nada bicara Jase mulai melembut.
"Kau sudah mengenalku lama Jase. Kau tahu aku selalu bersikap posesif pada sesuatu yang kuanggap sebagai milikku."
"Dan kau juga tahu aku bukan wanita yang suka dikekang. Lagipula kita tidak sedang dalam hubungan yang mengharuskanmu untuk bersikap posesif padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate And Wishes In Autumn
RomantizmDimanapun kau bersembunyi jika takdir berkata "ya" maka kau akan tetap bertemu dengannya. Ketika pahitnya kenangan masa lalu tak bisa dihapus satu-satunya hal yang mampu dilakukan Jasmine hanyalah membuat benteng dalam hatinya dan menyembunyikan sem...