Part 5: Engagement

1.1K 23 0
                                    

Seharusnya hari ini menjadi hari paling membahagiakan dalam hidupku karena aku bisa bertunangan dengan orang yang aku cintai. Ya, mungkin aku akan menjadi wanita paling bahagia di dunia jika pertunangan ini berlangsung 5 tahun lalu sebelum semua kejadian itu terjadi. Aku memang mencintai Aiden, sangat. Tapi aku terlalu takut untuk menerima kembali perasaan itu di dalam hatiku. Melihatnya sama saja dengan membuka kembali masa-masa terkelam dalam hidupku. Aku tidak boleh mencintainya. Dia tidak pernah mencintaimu Jase. Ini hanya sandiwara yang akan segera berakhir. Jika kau masih mau membawa hatimu dengan utuh satelah semua ini berakhir maka jangan pernah mencoba untuk mencintainya. Kataku dalam hati untuk meyakinkan diriku sendiri.

Aku kembali berjalan menyapa beberapa rekan kerja kakekku kemudian menghampiri Emily dan Ace yang langsung marah-marah karena tiba-tiba saja aku bertunangan dengan Aiden. Aku berjanji pada mereka untuk menceritakannya nanti saat ada waktu karena masih banyak tamu yang harus kusapa.

Setelah acara tukar cincin tadi Aiden meminta ijin untuk menyapa beberapa rekan bisnisnya. Kulihat Aiden sedang berbincang dengan seseorang yang kuyakin dari kalangan sosialita kelas atas melihat begitu banyak perhiasan dari berlian yang menempel ditubuhnya. Ck, apa dia pikir ini ajang pameran berlian? Aku kembali memfokuskan diri pada perbincangan dengan rekan bisnis kakek saat tiba-tiba ada seseorang yang meraih pinggangku.

"Hai cantik." Bisik Aiden yang tiba-tiba muncul dibelakangku kemudian dia mengecup keningku sekilas dan tersenyum hangat padaku. Kulihat beberapa orang dan tentu sebagian besar gadis memandang iri kearahku.

Aku membalas senyum Aiden dengan senyuman terbaikku. "Hai, kenalkan ini Mr. Glenn rekan bisnis kakekku dan Mr. Glenn ini Aiden Berton Wagner tunanganku."

Mr. Glenn mengulurkan tangannya pada Aiden. "Selamat malam Mr. Wagner. Selamat atas pertunangan Anda dan kuharap saya bisa segera menerima undangan pernikahan dengan nama anda bersama nona muda keluarga Meyer."Aiden menyambut uluran tangan Mr. Glenn dan menunjukkan senyum profesionalnya.

"Terima kasih Mr. Glenn, akan kupastikan anda orang pertama yang akan menerima undangan itu." Mr. Glenn terkekeh mendengar guyonan garing dari Aiden. "Maaf apa anda keberatan jika saya membawa tunangan saya ke lantai dansa Mr. Glenn?"

"Oh, silahkan Mr. Wagner dia sepenuhnya milik Anda." Mr. Glenn tersenyum penuh arti kemudian aku dan Aiden menuju lantai dansa.

"Kau sangat cantik malam ini Jase." Kata Aiden menatapku lembut saat kami sedang berdansa. Sedetik aku seperti melihat tatapan penuh cinta yang Aiden tujukan padaku tapi segera kutepis kemungkinan tak masuk akal itu.

"Tentu saja. Bagaimana tidak kalau selama 3 hari aku dipaksa Mom untuk mengelilingi seluruh butik yang ada di New York dan Paris hanya untuk mendapatkan satu gaun ini. Kau harus bersyukur aku masih bisa menghadiri acara pertunanganku sendiri." Aiden terkekeh mendengar keluhanku tentang Mom.

"Sepertinya kau sudah sangat dekat dengan orangtuaku, bahkan kau tak ragu lagi menyebut ibuku Mom." Wajahku tiba-tiba memanas menahan malu mendengar ucapan Aiden. Tapi kuakui aku merasa sangat nyaman bersama Mrs. Wagner. Dia adalah sosok ibu yang telah lama kurindukan. Hubungan kami juga sudah sangat dekat dan selalu dipenuhi dengan perdebatan-perdebatan kecil seperti saat memilih gaun mewah ini yang akhirnya kami temukan di Paris. Sebenarnya aku menginginkan gaun yang lebih sederhana tapi saat aku mengatakan gaun ini terlalu berlebihan Mom berkata. "Tak ada kata berlebihan untuk calon menantu keluarga Wagner." Arogansi khas keluarga bangsawan.

Hari ini aku memakai gaun berwarna hijau lembut tanpa lengan yang bagian bawahnya mengembang sempurna dari pinggul kemudian jatuh menjuntai menutupi mata kaki yang dipadukan dengan Heels warna senada. Dan yang membuat gaun ini jauh dari kesan sederhana karena ada taburan kecil batu emerald asli yang menyebar dibagian atas gaun yang begitu menyolok menunjukkan betapa mewahnya gaun yang ku pakai ini. Kalau tadi aku mengatakan rekan bisnis Aiden seperti sedang mengadakan pameran perhiasan mungkin aku bisa menyebut diriku sendiri seperti tambang batu mulia. Tiba-tiba aku tersenyum sendiri menyadari pemikiran bodohku itu sebelum dikagetkan dengan kecupan singkat dibibirku, siapa lagi pelakunya kalau bukan Aiden.

Fate And Wishes In AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang