Part 15: Who is she?

499 28 5
                                    

"Aiden." Aiden mendongak saat Jase memanggilnya. Jase mendengus kesal melihat dahi Aiden yang terus berkerut menandakan pria itu sedang berpikir keras mengabaikan makanan yang ada dihadapannya, padahal Jase sengaja membuat makan malam untuk mereka. "Kau terlalu keras berpikir. Makanlah dan lupakan dulu sebentar apapun yang sedang ada di dalam kepalamu."

Aiden membuang napas. "Maaf terlalu banyak hal yang aku pikirkan. Aku akan makan." Tambah Aiden cepat saat Jase memelototinya.

Pandangan Jase melembut mengamati pria didepannya yang sedang menikmati makanannya dengan enggan. Jase tahu Aiden masih memikirkan surat tanpa nama yang diterimanya tadi siang dan entah bagaimana Jase juga tahu kalau topik mengenai wanita bernama Karen itu masih membebaninya. Dan itu membuat sesuatu dalam diri Jase terusik dengan cara yang tidak nyaman. Jase ingin menanyakannya tapi dia takut menyakiti Aiden, atau mungkin itu yang dipikirkannya alih-alih dia belum siap menerima jawaban Aiden yang mungkin berhubungan dengan masa lalunya. Masa lalu yang mungkin dimilikinya dengan wanita itu.

Makan malam mereka diwarnai dengan kebisuan. Aiden terlalu larut dengan pikirannya sendiri sedangkan Jase tak tahu harus mengatakan apa untuk membantu Aiden dan dia juga kesal karena Aiden tak mau membagikan masalahnya dengan Jase. Setelah selesai makan malam Aiden langsung naik kekamar, Jase hanya menghembuskan napas berat melihat perilaku Aiden yang tak seperti biasanya itu. Jase membereskan dapur kemudian memutuskan untuk menyusul Aiden ke kamar.

"Apa yang sedang kau kerjakan?" Jase menyandarkan pinggulnya dimeja kecil sebelah tempat tidur sambil mengamati Aiden yang sibuk dengan laptopnya.

"Membereskan beberapa kekacauan." Aiden tak mengalihkan pandangannya dari layar. Setelah beberapa saat tak mendengar tanggapan dari Jase, Aiden mendongak melihat Jase yang menatapnya dengan tatapan entahlah... mungkin kecewa, terluka dan sedikit ada kemarahan disana. Ya Tuhan, Aku menyakiti wanita ini lagi. Pikir Aiden muram.

Aiden menutup laptopnya, meletakkannya dimeja kemudian menarik tangan Jase sampai wanita itu duduk dipangkuannya. "Maafkan aku sayang." Aiden menyusurkan tangannya membelai rambut Jase. "Aku tidak bermaksud mengacuhkanmu."

"Ya, kau sudah melakukannya dengan baik."

Aiden menghela napas. "Aku.. Aku hanya banyak pikiran. Kau tahu, masalah hotel itu dan surat tadi siang. Aku hanya penasaran apa maksud dibalik semua keanehan ini."

Jase menatap Aiden lekat. "Dan Karen?"

Aiden menghentikan tangannya yang tengah membelai lengan Jase. Karen. Dia tak menyangka nama itu masih sangat mempengaruhinya, menyakitinya, menimbulkan rasa bersalah yang tak pernah bisa dihilangkannya. "Itu tak ada hubungannya."

Suara Aiden tajam dan datar. Jase menemukan rasa sakit yang begitu besar dari jawaban singkat itu. "Kau tak ingin menceritakannya padaku?" Jase menangkup wajah Aiden saat pria itu berusaha menghindari tatapannya. Ada satu perasaan yang Jase takutkan terpancar dari mata Aiden. "Kau mencintainya." perut Jase terasa bergejolak tidak nyaman saat mengatakan kalimat itu.

Rahang Aiden mengeras. "Kau wanita yang aku cintai Jase. Kau tahu itu. Dan untuk masalah Karen belum saatnya kau tau."

Jase merasa dihantam saat mendengar jawaban Aiden, bangkit dari pangkuan Aiden, Jase melayangkan tatapan tajam tapi syarat akan perasaan terluka dan Aiden tahu itu. "Maaf aku tak bermaksud mencampuri urusanmu. Dan memangnya siapa aku ini?" Kata Jase tajam kemudian bergegas keluar dari kamar.

Aiden mengumpat saat melihat punggung Jase yang kaku menjauhinya. Dia hanya belum siap menceritakan semuanya pada Jase, mengungkapkan kembali masa lalu Karen sama saja dengan menggali lagi rasa bersalahnya dan kebenciannya pada lelaki itu, lelaki yang dianggapnya sudah membunuh wanita yang disayanginya. Ya Aiden sangat menyayangi Karen dan dia juga ikut andil dalam pembunuhannya. Rasa bersalah dan kebencian itu seolah mencekiknya. Dan dia belum siap membuka kembali masa lalunya. Tapi demi Tuhan dia juga tak ingin menyakiti Jase. Aiden menggeram frustasi, turun dari tempat tidurnya beranjak untuk menyusul Jase.

Fate And Wishes In AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang