Jase membuka pintu apartemennya kemudian menatap tajam wanita yang kini berdiri dihadapannya, sedangkan wanita itu hanya menatap Jase sekilas kemudian beranjak akan masuk kedalam apartemen sebelum akhirnya Jase menghadangnya kemudian menutup pintu itu.
"Hei, aku ingin masuk!" Sentak wanita itu kesal karena Jase tidak membiarkannya masuk.
"Katakan apa maumu Ash?"
"Oh, sopan sekali. Tak bisa dipungkiri kau salah satu anggota keluarga Meyer yang terhormat."
"Jangan sebut nama keluargaku dengan mulut licikmu itu. Katakan saja apa yang kau ingin kan sehingga dengan sopannya bertamu pagi-pagi seperti ini."
"Aku tidak ada urusan denganmu, aku ingin bertemu Aiden jadi menyingkirlah."
"Kau tidak bisa bertemu dengan Aiden. Aku tak peduli kau kekasih Aiden atau mungkin kau akan menjadi istri Aiden atau apapun hubungan kalian saat ini tapi selama statusku masih tunangan Aiden aku tak akan membiarkan satu wanitapun mencoba untuk merayunya. Apalagi perempuan jalang tak tahu malu sepertimu." Kata Jase dengan ketenangan yang luar biasa.
Ashley menggeram menahan emosinya mendengar setiap kata yang dilontarkan kepadanya. "Jaga mulutmu!! Kau tak berhak apapun atas Aiden."
Jase masih menatap Ashley dengan tenang. "Dan setahuku kau jauh tidak berhak Ash. Setidaknya semua orang mengakuiku sebagai tunangan Aiden."
Ashley kalah telak, dia tak menyangka kalau wanita dihadapannya ini adalah Jase. Jase yang dulu dikenalnya adalah wanita ceria, lembut dan juga rapuh. Dia tak menyangka kalau Jase yang dihadapannya ini bisa mendebatnya dan membuatnya tak berkutik.
"Jadi kau masih ingat bukan jalan keluar dari gedung apartemen ini? Atau mungkin kau ingin aku mengantarmu sampai loby?" Tanya Jase dengan senyum penuh kemenangan melihat Ashley memandangnya dengan penuh amarah.
"Kali ini aku akan pergi. Tapi ku pastikan pada akhirnya kau lah yang akan pergi dari kehidupanku dan Aiden." Ashley menatap Jase tajam sebelum pada akhirnya meninggalkan Jase dengan emosi yang siap meledak.
"Siapa?" Tanya Aiden dari meja makan setelah melihat Jase masuk.
"Hanya petugas apartemen." Jawab Jase santai sambil kembali duduk dihadapan Aiden. Jase hanya mengaduk-aduk makanan dipiringnya, Ash berhasil membuat nafsu makannya hilang.
Aiden memincingkan matanya menatap Jase. "Petugas apartemen? Ada apa?"
"Pengecekan rutin."
"Pengecekan rutin?" Ulang Aiden masih dengan nada tak percaya.
Jase mendengus kesal. "Kau mengulangi setiap perkataanku Aiden. Ya. Petugas apartemen katanya hanya untuk memastikan kita tak mendapatkan masalah apapun dengan fasilitas apartemen ini. Kau tak percaya padaku?"
"Bukan begitu. Hanya saja tak biasanya mereka melakukan pengecekan secara langsung seperti ini. Baiklah lupakan masalah ini. Sekarang sebaiknya kau bersiap-siap."
"Bersiap-siap?" Jase memandang Aiden bingung.
"Ya, siapkan keperluanmu kita akan liburan. Dad dan mom ingin sekali mengajakmu ke Miami, Mom baru saja membeli sebuah pondok kecil disana. Mungkin kita akan tinggal disana sekitar 3 hari."
Jase membelalakkan matanya tak percaya. "Miami? Tiga hari? Are you kidding me Aiden?"
"No. Aku serius. Kalau kau ingin protes katakan pada Mom. Kakekmu juga akan menyusul kesana besok."
"Tapi ini mendadak sekali. Aku.. Sudah mempunyai janji dengan Dave besok untuk membahas tentang pekerjaanku." Jase memandang Aiden sedikit ragu sudah dipastikannya kalau Aiden pasti tidak suka Jase pergi bersama Dave dan itu terbukti melihat cara Aiden menatap Jase.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate And Wishes In Autumn
RomanceDimanapun kau bersembunyi jika takdir berkata "ya" maka kau akan tetap bertemu dengannya. Ketika pahitnya kenangan masa lalu tak bisa dihapus satu-satunya hal yang mampu dilakukan Jasmine hanyalah membuat benteng dalam hatinya dan menyembunyikan sem...