KYREN 15

8 1 0
                                    

Stefani menyuruh anggotanya untuk kembali mencengkram kedua tangan Kyra. Pertandingan akan semakin sengit jika tidak dihentikan.

"Masih jaman main keroyokan?" Drngan santainya Reyhan berbicara, ternyata dari tadi ia menonton kejadian itu sambil menyenderkan punggungnya di tembok.

Terlihat jelas perubahan wajah Stefani dan temannya. Wajahnya pucat, mungkin ia takut jika Reyhan akan memberitahu kakeknya.

"1 banding 3? Cupu!" sindirnya.

Stefani masih tidak dapat bicara.

"Lo pada! ngapain disini hah?! Ga punya tontonan? Perlu gue kasih duit buat nonton yang berfaedah dikit hah?! Bubar!" Reyhan membubarkan para murid yang mengerubungi kakak dan adik kelas itu.

Stefani pun menyuruh anggotanya untuk pergi. Selepas  tinggal mereka berdua. Kyra tak kuasa menahan tangisnya. Ia menunduk lalu menangis sejadi-jadinya. Reyhan tidak tega melihat wanita menangis. Perlahan ia menarik bahu Kyra lalu mendekap didada miliknya. Merengkuh tubuh mungil Kyra ke dalam pelukannya.

"Gue jahat! Gue jahat!" teriak Kyra disela-sela tangisnya masih dipelukan Reyhan.
"Hiks... Gue udah buat ,hiks.. Sahabat gue nangis, hiks..." isak Kyra. "Huaa gue jahat!" Tangis Kyra semakin kejar membuat Reyhan kewalahan harud bersikap seperti apa. Terlintas ide jahil diotaknya.

"Iya lo jahat ra" setelah Reyhan bicara seperti itu, perlahan tangis Kyra berhenti, ia mengangkat wajahnya untuk melihat wajah orang yang bicara.

"Ngapain lo!" sinis Kyra saat tersadar bahwa Reyhan yang merengkuhnya, ia langsung mendorong tubuh Reyhan menjauh darinya. Ia malu menangis depan musuhnya itu.

"Gue lagi nenangin lo nih! Lagian lo bilang berkali-kali kalo lo jahat, tapi emang bener sih" bukannya menenangkan Kyra, Reyhan malah membuat gadis itu kembali kesal.

"Emang lo doang ya..." Kyra tersenyum pura-pura " KUTIL LANDAK!" teriaknya, dengan wajah yang sudah merah padam Lalu pergi meninggalkan Reyhan yang tersenyum geli.

💗💗💗

Malamnya Kyra mati-matian untuk menghubungi sahabat kesayangannya itu—Shella.
Berkali-kali ia menelponya, mengiriminya pesan tapi tidak ada satupun yang ditanggapi.

"Shel" sapa Kyra saat Shella mengangkat telponnya.

"Biar gue jelasin dul..."

Tut...tut...tut

Sambungan telpon diputus secara sepihak. Tentu saja, bukan Kyra namanya yang menyerah gitu aja.

"Halo Shell" sapa Kyra lagi saat Shella mengangkat telponnya.

"Halo! Shella disini. Kalo emang penting mau bicara sama Shella, kirimin pesan aja ya, Shellanya lagi sibuk"

Kyra kembali mematikan sambungannya. Tega-teganya Shella memakai pesan suara. Apa segitu marahnya Shella dengan Kyra.

"Semua gara-gara Stefanni sama komplotan Jakutnya nih!" dengus Kyra kesal.

Jakut–Jablay akut

Tok...tok...tok

"Kyra! Boleh kakak kamu yang tampannya sebelas dua belas sama shawn mendes ini masuk?"

Kyra memutar kedua bola matanya malas. Ia sudah menebak pasti itu Dave. KANIBAL- Nya.

"Masuk aja ga dikunci" jawab Kyra malas, lalu kembali menelpon Shella.

"Lo kenapa deh, Ra?" tanya Dave sambil menyikut bahu Kyra yang tampaknya sangat loyo.

"Gapapa" jawab Kyra singkat.

"Hei! Lo lupa ya, lo nggak bakal bisa bohong sama kakak lo yang paling perhatian ini" ujar Dave membanggakan dirinya.

"Serah" sahut Kyra malas. Saat ini moodnya benar-benar jelek.

"Cerita dong!" desak Dave. Kyra menghela nafas dan memulai  menceritakan tentang kejadian tadi yang menimpanya disekolah.

Dave tertawa.

"Jadi Shella marah gara-gara itu?" tanya Dave disela-dsela tawanya. Shella mengangguk.

"Terus Stefani ngiranya gue pacaran sama lo?" tanya Dave lahi masih dengan tertawa.

"Iya, ish apaan sih lo Dave tawa mulu! Jadi serem gini gue, Kesurupan aja lo!" ucap Kyra sebal.

"Iya-iya" Dave menghentikan tawanya  "Kalo kata gue, Stefanni ngelakuin itu karena ia udah dibuat malu, makanya dia nggak mau nyerah gitu aja apalagi sama adik kelasnya. Mungkin kalo besok Shella udah baikan, lo ngomong sama dia, jelasin" jelas Dave panjang lebar.

Kyra tersenyum.

"Makasih Dave! Lo emang kakak yang bisa diandelin jadi tempat curhat kaya mama dedeh hehe"

"Iyalah, mama dedeh aja hampir kesaing sama gue" canda Dave.

Dave selalu mempunyai cara untuk membuat adiknya itu tertawa.

"Non Kyra, ada tamu dibawah" teriak bi Ijah dari ambang pintu kamar Kyra. Teriak bi Ijah membuat tawa mereka memudar.

"Ih bi Ijah nggak usah teriak-tetiak gitu, Kyra nggak budek" ucap Kyra kesal dengan kebiasaan pembantunya itu.

"Hehe... Maaf non bibi lupa" ucap bi Ijah.

"Hm.. Siapa bi yang dateng" tanya Kyra.

"Nggak tau Non"

"Bibi yaampun, nggak pernah berubah. Udah Kyra bilangin berkali-kali kalo ada tamu tanya dulu siapa namanya." jelas Kyra panjang lebar.

"Lupa juga Non, maklum udah tua" ucap bi Ijah dengan cengiran khasnya.

Kyra menggeleng-gelengkan kepala karena sikap bibinya itu.

"Yaudah. Bang, Kyra turun dulu ya" pamit Kyra pada Dave.
Dave mengangguk.

Kyra menuruni tangga dengan gontai.

"Siapa sih malem-malem begini namu kerumah orang" gerutu Kyra dalam hati.

Ia mengintip dari balik pintu, penasaran dengan sosok yang datang kerumahnya malam-malam begini.

Sosok cowok memakai kaos putih dipadukan dengan celana jeans hitam membelakangi Kyra.
Ia takut jika cowok itu menculiknya jadi Kyra harus terus waswas.
"Siapa ya?" tanya Kyra memberanikan diri.

Cowok itu berbalik membuat Kyra membelalakan matanya dengan sempurna. Jantung Kyra sempat terhenti  sebentar lalu kembali berdetak dengan cepat. Ia terkejut dengan sosok cowok yang sekarang berada didepannya ini.
 

"Rio?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ENEMY VS DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang