Prolog

434 21 12
                                    

KIM SANG JIN
Senyumnya terkembang di kedua sudut bibirnya. Ia mengarahkan pandangannya kepada deretan meja panjang yang di atasnya terdapat berbagai jenis makanan dan minuman.

Ia mengalihkan pandangan pada dua orang yang berdiri di tengah-tengah ruangan membalas siapa saja yang ingin memberikan ucapan selamat kepada dua pengantin baru itu.

Di pojokan ruangan Jinaa tanpa henti menatap pria dengan setelan jas hitam yang menyalami para undangan. Sangat gagah.

Saat pria itu menoleh dan melambaikan tangan. Kepala Jinaa mengangguk, ia pun berjalan cepat dan berhenti di samping pria itu dengan senyuman.
"Apa kamu senang?" Tanya pria itu mengusap lembut rambut Jinaa.

"Aku sangat senang, Appa." Lalu Jinaa menoleh kepada wanita yang telah sah menjadi istri baru Ayahnya itu. "Apa Jinaa boleh memanggil tante dengan sebutan, eomma."

"Gaeromyeo" ucap Mae Ri. Ia mencubit pipi kanan Jinaa pelan.

"Ayo kita berfoto." Ajak Dong min, ayah Jinaa.

Ketika seorang pria yang telah di percayakan Dong min untuk menjadi fotografer selama acara berlangsung, tiba-tiba suara berat memanggil nama ibu barunya itu.

Dengan susah payah Jinaa berusaha meneln ludah, tenggorokannya terasa sangat kering. Ia juga merasakan, bibirnya kini seakan membeku. Di tatapnya seorang pria yang sekarang telah berdiri di hadapan mereka bertiga. Entah apa yang sedang di pikirkannya saat ini, yang pasti ia begitu gemetar.

Wajah tampan, dengan hidung menjulang tinggi di atas bibirnya yang tipis. Kedua mata indah terhias di sana, ia juga dapat menebak jika pria itu merupakan sosok yang keras. Serta tak lupa bentuk tubuh pria itu yang bidang. Jika saja ia berada di pelukan pria itu, maka dirinya akan sangat merasa hangat dan nyaman.

siapa dia? Tatapan Jinaa tak lepas. Ketika pria itu menyadari kelakuannya, secepat kilat Jinaa menunduk malu. Kedua pipinya mungkin sudah memerah.

"Mianhae eomma. Aku terlambat."

Eomma? Nugu? Jinaa menggigit bibir bawahnya, ia ingin mengangkat kepala dan menatap wajah ibunya meminta jawaban. Tapi ia masih sangat malu.

"Tidak apa-apa, eomma sangat senang kalau kamu bisa meluangkan waktumu untuk datang ke sini?" Balas Mae ri memeluk pria itu erat.

Kontan kedua mata Jinaa membelalak. Kepalanya terangkat bersamaan dengan tatapan matanya yang tertuju kearah pria itu. Ia tidak tahu menahu jika ibu barunya itu memiliki seorang anak. Ayahnya juga tidak pernah bercerita kepadanya. Tapi, mengapa rasanya sangat sakit. Dadanya terasa tercabik-cabik dan sangat sesak.

***

KIM MIN SEOK
Di dalam ruangan yang di penuhi oleh kertas yang berserakan di atas meja, lantai serta puluhan botol soju yang berada di sana. Min seok mencoba membuka matanya, dari semalam ia tidak bisa tidur di karenakan harus mengurusi semua pertemuan dengan investor-investor asing.

Menjadi orang penting di usia muda benar-benar membuatnya kewalahan. Tidak ada waktu sedetik pun untuknya beristirahat selama ini. Meskipun ia tidur, tapi pikirannya selalu bekerja untuk mendapatkan ide apalagi yang harus perusahaannya keluarkan.

Morgan construction. Sudah tiga tahun Min seok menjabat sebagai CEO di perusahaan property terbesar di korea selatan. Sejak kematian ayahnya empat tahun lalu itu, dan sempat membuatnya begitu menyesal karena belum bisa menjadi anak yang mandiri. Untung saja banyak orang terdekat membantunya untuk tetap bangkit.

Ketukan pintu mengejutkan Min seok. Seketika kedua matanya terbuka lebar, ia memperbaiki letak kakinya yang berada di atas meja lalu beralih kepada baju yang berantakan.
"Masuk." Ucap Min seok sedikit serak.

Pintu pun terbuka. Di lihatnya seorang wanita dengan kemeja putih serta rok pendek selutut masuk ke dalam ruang kerjanya. Wanita itu berjalan seperti halnya model. Ia mengakui, sekretarisnya itu sangat cantik. Setiap lekuk tubuhnya pun merupakan tipe semua pria di luaran sana. Namun, tidak untuknya.

Terdengar desisan dari bibir Min seok. "Aku tidak mengizinkan pegawaiku dengan pakaian seperti itu."

Min yeong meletakkan beberapa berkas di atas meja kerja Min seok. " aku akan berganti pakaian."

" igeoboya?" Tanya Min seok tak menghiraukan perkataan Min yeong, di raihnya salah satu berkas itu dan membacanya dengan seksama. "Mereka ingin bekerja sama dengan kita."

Min yeong mengangguk, " sore nanti anda ada rapat dengan Tn. Park dari busan."

Kali ini Min seok yang mengangguk. Ia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, salah satu tangannya mengurut keningnya yang terasa pening. "Aku akan pergi ke suatu tempat dulu. Jadi urus semua pekerjaan yang ada di sini. Aku tidak akan lama."

Min seok menghentikan audi R8 di depan sebuah gedung pernikahan. Ia menatap keadaan dirinya dari kaca mobil. Begitu merasa sudah sempurna, kemudian ia keluar dan masuk kedalam gedung itu.

Secara bergantian Min seok menatap tiga orang yang sekarang tengah berdiri di hadapannya. Ia memasang senyum canggung kepada ayah barunya sambil membalas uluran tangannya.

Matanya beralih, ia bisa melihat sesosok gadis dengan gaun putih selutut sedang menatapnya tajam. Ia tidak begitu peduli, karena ia sudah tau bahwa gadis itu adalah adik tirinya.

Mae ri dengan gembira memeluk tubuh Min seok erat. Sebenarnya ia tidak menyukai jika ibunua menikah lagi. Tetapi saat melihat pria yang kini sedang bersanding dengan ibunya terlihat sangat bertanggung jawab. Maka ia dengan sedikit paksaan mengizinkan ibunya menikah.

"Mianhae eomma. Aku tidak bisa berlama-lama di sini. Masih ada pekerjaan di kantor yang harus aku urusi." Ujarnya melepaskan pelukan ibunya. " chukkae eomma."

Seperti yang Min seok duga. Wajah ibunya sekarang terlipat. Ia tidak berbohong, karena sebentar lagi ia harus mengadakan rapat penting. Dengan datangnya ke acara pernikahan itu, walaupun sangat sebentar semua itu hanya untuk ibunya.

"Ajhusi, aku titip eomma. Dan sekali lagi selamat atas pernikahan kalian." Seru Min seok mengulurkan lagi tangannya kepada ayah barunya itu. Sekilas matanya bertemu dengan mata gadis yang sekarang berada tepat di hadapannya ini. Keningnya berkerut, ketika kepala gadis itu menunduk.

"Eomma akan menunggumu di rumah."

Min seok mengangguk. Kemudian pergi meninggalkan gedung pernikahan itu.

***

Terjemahan :

*Appa : Ayah

*Eomma : Ibu

*Gaeromyeo : Tentu saja

*Mianhae : Maafkan aku

*Nugu : Siapa

*Igeoboya : Apa ini?

*Chukkhae : Selamat

*Ajhusi : Paman

***

Hufh... akhirnya prolognya selesai.

Setelah ini aku akan mengupdate bagian lainnya. Akan aku usahakan setiap hari. Biar kalian para pembaca tidak lupa akan alur cerita 'Falling in Love'

Dan... jangan lupa juga sisipkan sedikit komentar kalian tentang cerita 'Falling in Love'. Terserah mau itu sebuah kritikan pedas atau lainnya. Karena itu semua akan aku jadikan acuan untuk menulis cerita yang lebih baik lagi.

Baca juga Promise ya!! Kisah cinta antara dokter psikologi dan wanita cantik bernama Soo hee.

Salam manis,

SulisTia

Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang