Sentuhan 'part 1'

68 6 4
                                    

Jinaa memasukkan makanan yang baru ia ambil dari kantin ke dalam mulut. Sesekali ia melirik ke sekitarnya. Hyun ra belum juga muncul. Tidak seperti hari biasanya. Dari pagi hingga istirahat kedua, temannya itu tidak juga menampakkan batang hidungnya.

Ia menghela napas sembari terus menyuapkan nasi. Rasanya sepi meskipun kantin di penuhi banyak orang.

"Hai Jinaa!" Sapa Yong joon merangkul bahu Jinaa.

Jinaa tersentak kaget, di tepisnya lengan Yong joon yang melingkar di lehernya itu. Kebiasaan cewek ini! "Jugeullae." Ucapnha dingin.

Yong joon menyengir kuda. "Kemana temanmu itu?" Ia melirik melewati bahu Jinaa. Gadis itu sendiri. Seketika senyuman licik terhias di bibirnya. "Mau aku temani, tidak?"

"Philyo eobseo." Tolak Jinaa. Di raihnya piring dari atas meja yang masih penuh itu. Sekarang ia tidak memiliki napsu lagi. Kedatangan gadis setan itu, benar-benar telah membuatnya kesal.

Tidak terima dengan balasan Jinaa. Tiba-tiba salah satu kaki Yong joon dengan sengaja menghalangi jalan gadis itu. Hingga membuat piring yang ada di pegangan Jinaa terlepas dan pecah di lantai. Hampir saja Jinaa ikut terjatuh, kalau saja pertahanan kakinya lemah.

Api kemarahan muncul di atas kepala Jinaa. Ia menatap makanan yang sekarang berantakan di lantai. Dadanya memburu, ia tidak tahan lagi sekarang. Apalagi semua orang yang ada di sekitar mereka menoleh ingin mengetahui kelanjutan dari kejadian itu.

"Oups." Ujar Yong joon menutup mulutnya berpura-pura terkejut. "Coba saja aku menangkapmu, pasti piringnya tidak akan jatuh." Sesalnya.

Jinaa memutar kepalanya menatap Yong joon lekat. "Kamu bilang apa?" Tanyanya berusaha menahan kemarahannya.

Yong joon menatap lantai dengan pandangan penuh kesedihan yang di buat-buat. "Kalau kamu masih mau memakannya..." perkataannya berhenti. Kepalanya terangkat dan memberikan tatapan tajam kepada Jinaa. "Kamu bisa memungutnya lagi."

Kelanjutan perkataan Yong joon pun berhasil membuat seluruh penonton yang sekarang mengelilingi mereka tertawa. Kedua tangan Jinaa terkepal erat. Matanya memanas, bukan karena ia ingin menangis. Tetapi sebaliknya, ia sangat marah.

"Minta maaf kepadaku sekarang juga?" Pinta Jinaa, suaranya begitu lemah.

"Minta maaf?" Ulang Yong joon. Tawanya meledak seketika. "Memangnya apa salahku?"

"Apa salahmu? Bukannya kamu sendiri sudah melihat sendiri kesalahanmu yang barusan kamu lakukan!" Balas Jinaa, suaranya meninggi.

Yong joon tersenyum, di kibaskannya rambut panjangnya kebelakang. Kemudian melipat kedua tangannya di depan dada. "Itu bukan kesalahanku. Tapi kamu yang ceroboh."

Habis sudah kesabaran di dalam diri Jinaa. Tangan kanannya terangkat, ketika akan melayangkan tamparan di pipi Yong joon. Tiba-tiba seseorang menahannya, "Lepaskan!" Berontak Jinaa. Begitu tangannya yang lain akan menampar siapa saja yang menghalanginya itu. Gerakannya berhenti, "Tae ho."

***

"Tae ho! Lepaskan!" Bentak Jinaa. Membuat cowok yang ada di depannya berhenti. "Kamu menyakitiku."

Masih memegangi lengan Jinaa, Tae ho melirik tangannya yang mencengkeram gadis itu cukup kuat. "Mianhae." Ucapnya menyesali sembari melepaskan Jinaa.

Jinaa mendengus, bercak merah melingkari lengannya. Lalu di pelototinya Tae ho, "kenapa kamu menghalangi tamparanku tadi?"

"Apa kamu ingin menjadi seperti Yong joon. Bersikap semena-mena di sekolah hanya untuk mendapatkan perhatian dari banyak orang."

Napas Jinaa tertahan. Apa barusan ia sedang mencoba mencari perhatian saat akan menampar Yong joon. Tapi ia tidak pernah bermaksud seperti itu. Ia hanya ingin mengasih sedikit pelajaran supaya gadis itu sadar.

"Kalau saja aku tidak datang tadi. Mungkin kamu sudah di habisi Yong joon." Lanjut Tae ho.

Jinaa tak menjawab. Gadis itu menundukkan kepala menatap lantai. Entah apa yang sedang di pikirkannya sekarang. Kaki Tae ho melangkah mendekat. Kemudian tanpa meminta persetujuan Jinaa terlebih dahulu, di dekapnya tubuh mungil di depannya itu.

Mata Jinaa membesar, tubuhnya menegang. Ia ingin melawan, tapi rasanya semua anggota tubuhnya lumpuh. Dari jarak sedekat ini, Jinaa dapat merasakan detak jantung Tae ho tak beraturan. Sama halnya dengan yang ia rasakan saat ini.

"A...apa yang kamu lakukan?" Tanya Jinaa tergagap.

Tae ho lebih mengeratkan pelukannya saat tubuh Jinaa berusaha melepaskan diri. Di benamkannya wajahnya di leher gadis itu. Membiarkan semua kepenatannya dalam beberapa hari ini hilang. Ia tak menyangka jika berada sangat dekat dengan Jinaa bisa berimbas menginginkan hal yang lebih.

"Tae... ho?" Panggil Jinaa mencoba menjauhkan tubuh Tae ho. Tetapi tenaga seorang cowok sangatlah kuat sehingga ia menyerah dan membiarkan cowok itu terus berada di sana.

Lebih dari lima menit Jinaa dan Tae ho tidak merubah kedekatan mereka. Meskipun Jinaa sedikit risih, apalagi sekarang mereka berpelukan di taman sekolah. Tempat yang sangat sering di datangi banyak orang saat waktu istirahat tengah berlangsung.

"Apa kita akan seperti ini terus?" Tanya Jinaa yang langsung di balas dengan anggukan kepala Tae ho. "Bagaimana kalau ada yang melihatnya. Ini masih di dalam area sekolah."

"Aku yang akan bertangging jawab." Balas Tae ho enteng.

"Aish," Jinaa mendesis. Ia menepuk punggung Tae ho pelan. "Aku tidak bisa bernapas."

Mendengar pernyataan yang di lontarkan Jinaa. Cepat-cepat Tae ho menjauhkan tubuhnya. Gadis itu berulang-ulang menarik napas dan menghembuskannya keluar.

Melihat kelakuan lucu Jinaa, Tae ho mengulurkan tangannya. Mengacak-acak poni Jinaa gemas. "Pulang nanti jangan naik bus. Aku akan mengantarmu."

Jinaa mengerjap, "kamu membawa mobil? Tumben?"

"Karena aku ingin mengantar tuan putri." Cengir Tae ho.

"Tuan putri apanya? Aku manusia biasa." Rutuk Jinaa. "Dasar tukang memgambil kesempatan."

"Tapi kamu suka, kan?" Olok Tae ho. Satu pukulan keras melayang di perutnya. Kontan saja ia meringis, "Akh!"

"Rasakan." Ucap Jinaa merasa puas, karena sudah berhasil mendiamkan Tae ho. "Aku akan ke kelas dulu."

"Ya! Jinaa! Bantu aku!" Teriak Tae ho menahan kesakitab sembari mengejar Jinaa.

"Shiro!" Balas Jinaa tak kalah berteriak. Ia membalikkan tubuhnya, kemudian memberikan leletan lidah kearah Tae ho. Lalu kembali melanjutkan kepergiannya dengan berlari.

"Ya!"

Bersambung....

***

Terjemahan :

*Jugeullae : mau mati!

*Philyo eobseo : tidak usah

*Shiro : tidak mau

***

Maaf jika da typo.

Semoga kalian suka sama bagian ini. Dan jangan lupa juga kasih Vote dan Commentnya ya!!!!

Baca juga cerita ku yang lain. 'PROMISE' di jamin kalian bakalan suka deh!!

Salam manis,

SulisTia

Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang