Perasaan 'part 1'

58 4 0
                                    

Baru saja Tae ho akan menjalankan mobilnya. Tiba-tiba Hyun ra menghalangi jalannya dengan merentangkan kedua tangan. Ia sedikit terengah-engah, berlari dari kelasnya hingga tempat parkir telah menguras seluruh tenaga yang ia punya.

Hyun ra menelan ludah, di tatapnya Tae ho yang ada di dalam mobil. Kemudian beralih kesamping cowok itu, Jinaa nampak terkejut di sana. Ia tersenyum, "aku pikir kalian sudah pulang?"

Jinaa turun dari mobil dan di ikuti Tae ho. "Waegere, untung saja Tae ho tidak menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi."

"Mianhae." Balas Hyun ra. Masih berusaha mengatur napasnya yang sedikit tersendat.

"Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?"

"Gawat! Ini benar-benar gawat!" Seru Hyun ra setelahnya. Tae ho yang sedari tadi diam pun ikut bereaksi. Cowok itu menatap Hyun ra penuh serius.

Jinaa memegangi lengan Hyun ra. Sungguh ia sekarang sangat cemas. "Apanya yang gawat?"

Hyun ra mendesis, ia menggaruk kepala lalu berkata. "Mereka membatasi waktunya, dan hari ini merupakan hari terakhir penjualan album. Kalau kamu tidak memesannya hari ini. Kamu harus menunggu tiga bulan lagi."

"Kenapa tidak memberitahuku seminggu yang lalu!" Protes Jinaa. Sedangkan Tae ho menghela napas panjang. Ia telah tertipu oleh dua gadis di depannya itu.

"Na do mollayo!" Balas Hyun ra membela diri. "Lebih baik sekarang kamu minta uang dengan appa mu. Kalau tidak tunggu saja tiga bulan lagi."

"Orangtua satu itu tidak akan memberikanku uang. Dia akan bertanya untuk apa uang sebanyak itu. Kalau aku katakan yang sebenarnya... Akh! Dia akan membedahku!" Jelas Jinaa kesal setengah mati. "Pinjami aku uang, ya." Lanjutnya memohon kepada Hyun ra.

"Semua tabunganku sudah habis." Ucap Hyun ra ikut prihatin dengan keadaan Jinaa sekarang.

Jinaa meremas rambutnya mencoba berpikir. Minta kepada ibunya, itu sama saja keluar kandang singa masuk kandang buaya. Jadi sekarang apa yang harus ia lakukan. Min seok. Nama itu terlintas begitu saja di kepalanya.

"Oppaku." Ujar Jinaa menatap Tae ho cepat. "Ayo kekantor oppaku." Pintanya tak sabaran dengan menarik-narik seragam Tae ho.

"Oppa." Ulang Hyun ra sedikit tak bisa memahami arti dari perkataan temannya itu. "Sejak kapan kamu mempunyai oppa."

"Sejak appaku menikah lagi!" Seru Jinaa. Kontan membuat Hyun ra terperangah.

***

Ternyata kakak tirinya itu mempunyai sisi yang lembut, penuh kehangatan. Tapi kenapa selama ini sikapnya selalu dingin terhadapnya. Dan saat ini, melihatnya memeluk seorang wanita dengan tatapan yang jauh berbeda ketika menatapnya. Belaian lembut di rambut wanita tak di kenalnya itu serta bisikan-bisikan yang mungkin dapat menenangkan hati. Rasanya ia ingin lari saja, tetapi kedua kakinya terasa berat. Seperti ada bongkahan besi mengikatnya.

"Eh, maaf." Ujar Jinaa. Ia mengalihkan pandangannya ketika Min seok menyadari keberadaannya. Ia menunduk menatap lantai, "Satpam mengatakan suapaya aku masuk saja. Karena sekretarismu tidak ada di tempat kerjanya. Sungguh aku benar-benar minta maaf." Beberapa kali ia membungkukkan tubuhnya.

Min young melirik Min seok bergantian dengan gadis yang baru di lihatnya itu. "Siapa?"

Min seok berdeham. Lalu berjalan menghampiri Jinaa yang tertunduk. Tangannya langsung melingkar indah di bahu gadia itu. Dan perlakuan tak terduga itu, sempat membuat Jinaa terkejut. "Dia adik tiriku. Bukannya aku pernah membicarakannya kepadamu dulu."

Min young menutup mulutnya tak percaya. Baru saja ia selesai menangis dan setelah mendengar pernyataan Min seok, semua kesedihannya menghilang begitu saja.

Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang