Debaran pertama 'part 2'

51 4 1
                                    

"Silahkan tuan putri." Ujar Tae ho setelah membukakan pintu mobil untuk Jinaa.

Jinaa menyerngit. Sepagi ini temannya itu benar-benar bisa membuatnya terus tertawa. Ia berjalan di samping Tae ho tanpa memerdulikan tatapan teman-temannya yang lain. Kedekatan keduanya memang sudah tersebar luas di seluruh sekolah. Apalagi sikap peduli yang di berikan Tae ho untuk Jinaa. Hingga semuanya berpikir jika mereka sedang berpacaran.

Ketika sampai di koridor sekolah, Jinaa menghentikan langkahnya. "Kita berpisah di sini saja, ya."

"Wae?" Tanya Tae ho di sertai kerutan di keningnya.

Jinaa bergumam, di tatapnya ke sekeliling koridor. Rasanya ia ingin mati saja. Semua orang sedang memeperhatikannya, bukan karena ia populer. Apalagi siswi terpintar. Melainkan dirinya hanya seorang siswi dengan nilai pas-pasan ketika pembagian raport. Dan siswi populer. Oh tidak! Sangat jauh dari pikirannya. Ia tidak cantik sama sekali.

"Aku... aku hanya ingin kita berpisah di sini saja." Ucap Jinaa sedikit berbisik.

"Tidak mau." Tolak Tae ho. Lalu di genggamnya tangan Jinaa. "Jangan menjauhiku hanya karena mereka semua. Dan aku akan mengantarmu ke kelas."

Mata Jinaa membulat sempurna. Saat ia ingin melarikan diri. Genggaman Tae ho mempererat. Sebuah senyuman terhias di wajah cowok itu begitu mereka berjalan melewati satu persatu siswi-siswi yang di lalui mereka.

Apa selama ini aku yang salah. Jinaa menatap Tae ho. Cowok itu sangat tampan, mempunyai tubuh tinggi, pintar dan ia juga di kenal sebagai cowok yang baik kepada sesama. Pantas saja ia sangat populer.

Jinaa menundukkan kepalanya. Ia sangat takut sekarang. Tatapan kejam dan membunuh yang di layangkan setiap penggemar Tae ho telah berhasil membuat jantungnya ingin terlepas dari tempatnya.

"Jinaa!"

Mendengar namanya di panggil. Secepat kilat Jinaa menoleh. Di dapatinya Hyun ra tengah berlari-lari kecil kearahnya. "Hyun ra!" Balasnya sembari melepaskan tangan Tae ho. "Kemana saja?"

"Mianhae." Jawab Hyun ra cengengesan. Sekilas ia menatap Tae ho yang tersenyum. "Hari ini aku akan bersamamu terus."

"Wuah, jeongmalyo." Seru Jinaa penuh semangat. Kemudian di lingarkan tangannya pada lengan Hyun ra. "Tae ho, aku akan bersama Hyun ra. Jadi kita berpisah di sini saja, ya."

Sesaat Tae ho diam. Tapi setelahnya ia mengangguk. Seperti biasanya sebelum pergi. Tangan Tae ho menyentuh puncak kepala Jinaa dan mengacak-acaknya pelan. "Sampai ketemu pulang sekolah nanti."

Jinaa mengangguk. Lalu di tariknya Hyun ra agar berjalan. Meskipun baru beberapa hari mereka tidak bertemu. Tetapi rasa rindu yang di rasakan Jinaa sudah sangat membumbung hatinya.

"Bogoshipo." Jinaa menyenderkan kepalanya di bahu Hyun ra. " kamu tau selama ini aku sangat kesepian."

Hyun ra terkekeh. Namun kepalanya sedikit menoleh kebelakang  melewati bahunya. Tae ho masih berdiri di tempat tadi. Tidak sama dengan Jinaa, cowok itu tidak pernah meliriknya atau memberikan perhatian khusus seperti yang di berikan kepada Jinaa. Kalau pun mereka bertiga bersama, tatapan Tae ho selalu tertuju kepada temannya itu.

Apa ini yang di sebut dengan cinta bertepuk sebelah tangan? Ketika mata Tae ho bertemu tatap dengannya. Hyun ra berdeham, kemudian kembali berbicara kepada Jinaa. "Aku juga merindukanmu."

***

Rapat telah selesai. Min seok berjalan lebih dulu di depan Min young. Mempunyai perusahaan hampir di kenal oleh seluruh negara. Tak heran jika ia selalu di suguhkan dengan berbagai pertemuan dan semua pembahasannya selalu sama.

Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang