Semua lampu yang ada di sepenjuru kantor telah di matikan. Satu persatu pegawai pulang kerumah mereka masing-masing. Jam menunjukkan pukul sembilan malam. Tapi Min seok masih sibuk dengan komputernya.
Lingkaran hitam di pinggir mata semakin menggelap. Beberapa hari ini ia tidak sempat tidur. Pekerjaan bagitu asyik menerjangnya tanpa memikirkan akibat yang akan terjadi. Min seok melonggarkan dasinya, ia begitu gerah.
Tiba-tiba ponsel yang ada di sampingnya bergetar. Di tatapnya benda persegi itu, nama ibunya tertera di sana. "Wae eomma?" Setelahnya mendekatkan ponselnya ke telinga.
"Ne araseo." Telepon terputus. Di matikannya monitor komputer. Kemudian di raihnya jas yang tersampir di belakang kursi.
Sesampainya di dalam mobil. Ia langsung menyalakan mesin mobil dan meluncur di jalanan.
Siang maupun malam. Kota Seoul tidak pernah sepi. Beragam aktifitas manusia yang mendiami kota ini seolah tidak tidur.
Ketika siang mereka mencoba mencari uang untuk menghidupi keluarga yang ada di rumah. Dan mereka juga bisa melihat bagaimana keindahan suasana penuh warna dan menyejukkan mata.
Saat musim semi berlangsung, berbondong-bondong orang ingin melihat bunga sakura yang banyak di pinggirnya jalan telah bermekaran.
Apalagi saat musim gugur datang, iklim yang di ciptakan begitu hangat, cuaca pun cerah, langit berwarna biru, dengan dedaunan yang sangat menakjubkan dan sangat menarik.
Dan ketika matahari tenggelam dari sebelah barat. Menunjukkan Seoul sudah di selimuti malam. Keindahan yang di pancarkan begitu mempesona dengan rona lampu dari berbagai bangunan. Kesempatan yang sangat bagus bagi semua kalangan. Apalagi suasana yang di ciptakan sangat romantis dan begitu cocok di nikmati bersama orang-orang terkasih.
Lima belas menit lamanya, akhirnya Min seok sampai di sebuah rumah yang memiliki desain eksterior maupun interior berwarna putih itu. Selain itu, di samping kolam ikan yang berada di bagian pojok halaman rumah terdapat satu ayunan. Ia memiliki pemikiran, jika Jinaa sering ke sana.
Min seok menutup gerbang. Alasan kenapa keluarga ini tidak membutuhkan pembantu. Karena Dong min, ayah Jinaa ingin semua anaknya hidup mandiri. Dan ia bisa menerima asalan itu. Lagi pula ia benci menyuruh-nyuruh orang yang lebih tua darinya untuk melakukan pekerjaan yang bisa ia lakukan sendiri.
Min seok berjalan memasuki rumah. Suara bising terdengar di gendang telinganya. Keningnya berkerut saat mengetahui Jinaa sedang asyik bernari-nari di atas sofa sembari berteriak menyanyikan salah satu lagu dari artis terkenal di korea, Ailee.
Sebenarnya lagu yang di bawakan gadis itu tidak ada sedikit pun keceriaan di dalamnya. Melainkan kesedihan. Tapi satu yang ingin ia tahu, kenapa dia bernyanyi seperti orang gila seperti itu.
Min seok menyandarkan punggungnya pada tembok yang ada di sampingnya. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Matanya lurus menatap keasyikan yang di ciptakan gadis mungil di depannya itu. Tanpa sadar senyumnya terkembang.
Gadis itu memiliki rambut sebahu serta poni menutupi kening, hidung yang tak begitu mancung, mata besar alami dan yang menambah kecantikan di dalam diri Jinaa adalah sebuah senyuman yang tercipta di bibir kecil gadis itu.
Tubuh Min seok tersentak kaget dan menjauhkan dirinya dari tembok. Apa yang baru aku lakukan tadi? Ia mengalihkan wajahnya menatap langit-langit rumah. Begitu salah tingkah. Sudah berapa lama Jinaa menyadari keberadaanku di sini?
***
Di ujung tempat tidur, Jinaa menatap jarum jam yang terus berputar. Setelah kepulangannya dari mengelilingi Insadong bersama Hyun ra, ia pikir akan ada yang menyambut kedatangannya. Tetapi ia salah, rumah masih sangat sepi.
Dengan mengenakan piyama tidur. Jinaa keluar kamar, kemudian terus berjalan menuju dapur. Untung saja ia banyak makan tadi, jadi ia tidak perlu merasa lapar untuk beberapa jam kedepan nanti.
Jinaa membuka lemari pendingin. Di keluarkannya beberapa makanan ringan serta dua botol minuman bersoda dari sana. Lalu ia kembali melangkahkan kaki dan berhenti di ruang keluarga. Ia menyalakan tv kemudian duduk di sofa. Ia begitu tidak menyukai suasana sepi seperti ini. Akan tetapi, dunia terus membuatnya kesepian tanpa memberikan ruang untuknya pergi.
Kedua tangan Jinaa memain-mainkan ujung piyama tidurnya. Pipinya memanas seketika. Mungkin sudah berubah merah tomat. Sangat malu rasanya jika seseorang mendapati dirinya sedang melakukan hal gila seperti tadi.
Di samping itu, Jinaa juga dapat melihat reaksi salah tingkah kakak tirinya. Lihat saja sekarang pria itu berkali-kali menggaruk kepala, berdeham, menatap seluruh benda yang ada di ruangan dan tingkahnya sangat lucu. Jinaa merapatkan bibir agar tidak tertawa.
"Hmm... oppa... sudah pulang?" Tanya Jinaa. Ia mengutuk dirinya sendiri karena memanggilnya kakak. Di gigit bibir bawahnya kuat, menyesali dengan apa yang barusan ia lontarkan. Di tambah lagi Min seok tak membalas sapaannya itu.
Min seok memberanikan diri menatap Jinaa. Kali ini ia bisa melihat dengan jelas bahwa kedua pipi gadis itu memerah. Ia mengangguk pelan, "iya."
"Ah," balas Jinaa lalu turun dari atas sofa. Memberesi semua bungkusan makanan dan kaleng dari atas meja. Dan tak lupa di matikannya tv. "Kalau begitu aku naik dulu ke kamar." Lanjutnya, secepat kilat berlari menghilang dari pandangan Min seok.
Di tutupnya pintu cukup keras. Lalu menyandarkan punggungnya di sana. Satu tangannya memegangi dada, napasnya begitu menggebu -gebu. Apa tadi dia berbicara denganku? Aku tidak bermimpi, kan? Itu benar sungguhan, bukan? Jinjjha!
Kembali seperti orang kerasukan, Jinaa melompat keatas tempat tidur dan melanjutkan tarian yang sempat tertunda saat di ruang keluarga tadi. "Dia berbicara kepadaku! Akh!" Teriak Jinaa tertahan dengan membekam mulutnya supaya tidak terdengar oleh Min seok.
Bersambung...
***
Terjemahan :
*Wae eomma : kenapa ibu?
*Ne araseo : iya baiklah
*Jinjjha : benar
***
Maaf jika ada typo.
Besok 'Falling in Love' udah masuk bagian yang baru. Jadi pantengin terus ya 'Falling in Love'
Semoga kalian suka!!!
Jangan lupa juga vote dan comentnya, ya!!!
Baca juga cerita ku yang lain judulnya 'Promise'. Kisah cinta antara Dokter psikolog dan wanita cantik bernama Soo hee.
Salam manis,
SulisTia
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling in Love
RomancePercaya cinta pada pandangan pertama? Jika kamu percaya, beranikah kamu menyatakan cintamu itu. Sebuah perasaan yang datang entah dari mana sanggup membuat Jinaa tak bisa bernapas. Ia tak pernah menyangka akan mencintai seorang pria tampan yang jel...