05. Bayangan Itu Bernama Kemi

103 6 4
                                    


"May I?" tunjuk Kemi pada bangku kosong yang ada di hadapan Keanu.

Keanu sendiri masih berusaha mencerna keterkejutan yang terlampau jelas terlihat di wajahnya. Namun tanpa perlu jawaban dari Keanu, Kemi segera duduk dengan kaki yang menyilang diatas. Cukup untuk membuat semua pandangan di tempat tersebut mengarah kepadanya. Apalagi kehadiran Kemi langsung membuat atmosfir yang sangat berbeda di tempat tersebut. Pandangan Kemi sendiri terus sibuk berputar ke setiap inci demi inci dari tempat tersebut. Seakan sedang berusaha untuk menelanjangi seluruh sisinya. Sesuatu yang cukup untuk membuat Keanu menjadi tidak nyaman karenanya.

"Kamu mau ngapain kesini?" tanya Keanu dengan nada ketus.

Kemi hanya melihat ke arah Keanu sekilas dan lantas membalasnya dengan senyuman kecil, "Untuk ketemu dengan adik kecil kesayangankulah sambil sedikit ngopi." Balas Kemi singkat.

Sebuah jawaban yang lantas dibalas Keanu dengan gelengan cepat. Kakaknya yang satu ini tidak akan mungkin membuang waktunya hanya untuk bertemu dengannya. Keanu percaya dari sekian banyak jadwal kesibukan Kemi setiap hari, namanya tidak akan pernah masuk dalam jadwal tersebut. Dan Keanu juga paham bahwa kakaknya satu ini tidak akan jauh-jauh keluar dari kantonya hanya demi secangkir kopi. Apalagi dia memiliki banyak bawahan yang siap untuk membawakan secangkir Kopi dari Jakarta belahan manapun. Sesuatu yang malah membuat Keanu merasa harus segera waspada dengan kedatangannya.

"Udah deh... terus terang saja, kamu ada urusan apa kesini?"

Balasan ketus dari Keanu malah disambut sumringah oleh Kemi, "Nu.. Nu. Kamu memang tidak pernah bisa diajak untuk basa-basi ya? Rileks ... lihat mukamu yang tegang itu, sudah hampir mirip karpet yang nggak dicuci sebulan." Setelah mengucapkannya Kemi lantas tertawa kecil.

Keanu sama sekali tidak bergeming.

Ekspresi tersebut membuat Kemi menarik nafas panjang, "Ok .. aku cuma ingin lihat bisnis coffe shop milik adikku ini, Rendezvous café?" Jelas Kemi sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling. "dan seperti yang sudah bisa kuduga. Selalu tidak bisa memenuhi ekspektasi."

"Maksudnya?" suara Ringgo yang malah kemudian nyaring terdengar untuk menyahuti.

Kemi sekilas menoleh ke arah Ringgo, "Oh ... hai Ringgo. Apa kabar? Masih sibuk dengan hobi mengoleksi wanita seperti mengoleksi perangko? Sudah berapa banyak wanita malang dan bodoh yang berhasil kamu kumpulkan? Aku sampai nggak sadar loh kalau kamu ada disini. Padahal kan tempat ini kosong sekali, seharusnya aku bisa melihat kamu."

Kalimat dari Kemi membuat semua wajah yang ada disitu berubah menjadi tegang.

"Sepertinya aku sudah mulai pikun. Di tempat SEKOSONG ini sampai nggak lihat Ringgo. Ya kan Nu?" nada pada kalimat terakhir dari Kemi cukup untuk membuat telinga Keanu terasa panas jadinya.

Keanu memilih untuk diam.

Mata Kemi kemudian kembali ke arah Keanu dengan tatapan meremehkan, "Jadi semua uang Papa yang susah payah kamu pinjem itu cuma buat beli gudang bekas ini dan dijadikan coffe shop untuk zombie? Pelanggannya mana? Atau jangan-jangan pelanggan kalian itu makhluk halus ya? Jadinya nggak kelihatan." Setelah mengucapkannya, Kemi segera tersenyum puas.

Cukup untuk membuat wajah Keanu menjadi merah padam.

"Lalu kamu mau bayar pakai apa hutang kamu sama Papa? Mau pakai bangku kosong ini atau jangan-jangan mau pakai Kopi?" Senyuman sinis kembali dipamerkan oleh Kemi.

"Hutangku sama Papa itu biar jadi urusanku."

"Aku masih nggak habis pikir sama kamu yang ngotot lebih milih tempat ini daripada perusahaan Papa. Aku yakin profit setengah tahun dari tempat ini nggak bakal bisa nyamain tiga persen profit sebulan dari perusahaan Papa. Tapi tunggu sebentar, memangnya tempat ini sudah punya profit?" Kemi lantas tertawa kencang.

Kedai CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang