09. Test Market

78 10 1
                                    

Suara klakson itu membuat Arina segera bergegas keluar dari rumahnya. Mobil kodok berwarna hijau milik Ringgo sudah terparkir di depan rumahnya. Terlihat Ringgo di belakang setir dan Julio yang duduk di kursi belakang yang tengah menanti Arina. Sudah menjadi kebiasaan Ringgo setiap paginya untuk memberi tumpangan bagi para sahabatnya untuk berangkat bersama menuju kedai. Hanya Keanu yang selalu minus untuk ikut. Selain karena arah rumahnya yang terlalu jauh juga karena Keanu yang lebih memilih menggunakan taksi.

"Sorry ya, nunggunya kelamaan?" ucap Arina begitu masuk ke dalam mobil.

Ringgo hanya menggeleng pelan. Setelah itu, mobil kodok yang diberi nama Jojo oleh Ringgo tersebut segera bergerak menembus jalanan ibu kota. Biasanya dalam rentang perjalanan tersebut mereka akan mengoborol tentang apa saja. Namun akhir-akhir ada satu tema yang terus mendominasi obrolan mereka bertiga. Tema tersebut tidak lain adalah Kemi dan kedai kopi baru miliknya. Yang menjadi kegelisahan mereka bertiga bukan hanya semata Kemi adalah rival bisnis yang tangguh namun juga melihat reaksi Keanu yang begitu gentar dalam menghadapinya. Padahal selama ini mereka mengenal Keanu sebagai sosok yang tangguh dan juga akan berjuang sekuat tenaga dalam mewujudkan keinginannya. Namun hari itu, kegentaran Keanu begitu kentara oleh mereka semua. Membuat mereka menyadari bahwa begitu seorang pemimpin tak yakin lagi maka seluruh anak buahnya juga akan mengalami hal yang sama. Kegoyahan dan ketakutan yang dirasakan oleh Keanu lantas menular pada mereka semua. Membuat mereka bertiga seringkali bertanya-tanya, dapatkah kedai mereka bertahan?

Hanya tinggal beberapa meter saja dari kedai mereka, terlihat orang-orang yang ramai berkerumun pada satu tempat. Membuat Ringgo tidak memiliki pilihan lain selain menghentikan mobil kodoknya. Ternyata pusat dari keramaian tersebut tidak lain adalah bisnis coffe shop baru yang dimiliki oleh Kemi. Tepat di depan tempat tersebut terlihat sebuah meja panjang yang menyediakan puluhan cangkir diatasnya. Dengan beberapa orang yang terlihat sibuk melayani orang yang seperti tidak ada habisnya meminta cangkir plastik berwarna putih itu. Karena dipancing rasa penasaran, Ringgo memanggil seorang anak jalanan yang berada tidak jauh dari sana.

"Dek, itu ramai-ramai lagi ada apa?" Ringgo menunjuk ke arah yang dimaksud.

"Oh.. itu ada yang lagi bagi-bagi kopi gratis om." Balas anak tersebut dengan sumringah.

"Kopi gratis?"

"Test market. Mereka pasti lagi test market." Arina kemudian menyahuti. Arina sedikit paham bahwa test market biasanya dilakukan sebuah usaha bisnis baru untuk mengetes antusias sekaligus selera dari target pelanggan mereka. Sesuatu yang sepertinya begitu cerdik ditangkap dan dieksekusi kesempatan tersebut oleh Kemi.

"Dek, tolong kamu kesana terus ambilin kita satu cangkir kopi. Tapi nggak usah bilang kalau disuruh sama kita." Perintah Ringgo. Rasa penasaran begitu telak menguasai Ringgo.

"Ada komisinya kan om?"

"Iyee.."

Tak butuh waktu lama, anak jalanan tersebut membawakan secangkir kopi yang diambilnya dari tempat tersebut. Ringgo langsung menyambutnya dengan penasaran sekaligus antusias.

"Komisinya mana om?"

Ringgo langsung memberikan selembar uang lima ribuan kepada anak jalanan tersebut. Sesuatu yang cukup untuk mengubah raut wajah anak jalanan tersebut menjadi manyun. "Yaelah.. om. Uang segini bisa dapet apa? Beli Nasi Padang saja nggak bisa."

"Ganti aja sama Cilok!" sahut Ringgo tanpa beban.

"Oke. Kalau gitu aku kasih tahu mereka kalau om yang diam-diam minta kopi ini." Anak jalanan tersebut langsung menggertak.

Gertakan tersebut cukup untuk membuat Ringgo kembali merogoh koceknya untuk mengambil beberapa lembar uang yang diberikan untuk menutup mulut anak jalanan tersebut. "Dasar! Kecil-kecil udah pinter meres. Gedenya mau jadi Anggota DPR?" umpat Ringgo.

Kedai CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang