10. Di Ujung Tanduk

86 10 7
                                    


Cukup tiga minggu pembukaan Coffe Shop milik Kemi yang lantas mengubah segalanya. Termasuk semakin menyudutkan keberadaan dari coffe shop milik Keanu. Dari hari ke hari, pelanggan yang datang ke Rendezvous Caffe semakin menipis. Padahal sebelumnya saja, pelanggan yang datang tidak bisa terhitung besar. Kondisi berbanding terbalik dengan bisnis Coffe Shop milik Kemi yang terus memperlihatkan lonjakan pelanggan yang datang. Semua orang seakan tersedot dengan konsep brilian yang ditawarkan oleh Coffe Shop tersebut. Sesuatu yang semakin membuat kondisi Rendezvous Caffe terpuruk. Namun kondisi ini sebenarnya telah mengabarkan sesuatu yang lebih pahit lagi bagi Keanu. Bahwa ia telah kalah telak dari Kemi. Ia adalah Semut yang telah diinjak sampai hancur oleh Sepatu Boots itu. Bukan hanya terluka namun sudah tidak lagi bersisa.

"Gila! Kemana sih semua orang?" teriak Julio frustasi. Melihat kedai mereka yang begitu kosong di jam yang masih buka seperti sekarang ini. Apalagi ini termasuk jam makan siang yang merupakan jam paling potensial untuk mendatangkan pelanggan.

"Ke tempat Kemi, Jul." Arina membalas.

"Kemi pakai dukun pasti nih!" Ringgo kemudian ikut menyahuti, "Atau jangan-jangan dia pakai Tuyul? Kalau iya, marketing kita kalah jago nih. Soalnya Tuyul yang dikasih kita gembul begini. Makannya doang yang bar-bar tapi nggak pinter narik pelanggan." Ringgo melirik ke arah Julio.

"Maksud lo?" Otak Julio kemudian berpikir keras. Hingga kemudian dia menyadari bahwa yang dimaksud oleh Ringgo tidak lain adalah dirinya, "Ngeheee!"

Semua kalimat tersebut semakin memenuhi kepala Keanu yang juga sebenarnya sudah penuh dengan berbagai kemungkinan terburuk. Bahkan untuk merespon obrolan dari dua sahabatnya tersebut, Keanu sudah tidak memiliki daya lagi. Semua dayanya telah habis tersedot oleh kekecewaan demi kekecewaan yang terus menghantamnya tanpa henti. Bahkan Arina yang seringkali menjadi dorongan motivasi tersembunyi miliknya tidak mampu melakukan hal itu.

Hingga tiba-tiba pintu dari Kedai berbunyi yang menandakan bahwa ada orang yang masuk. Wajah Keanu sedikit sumringah karena menduga bahwa ada pelanggan yang datang ke kedainya. Namun gerak-gerik orang tersebut terlihat tidak seperti biasa. Matanya terlihat terus berkeliling memantau kondisi dari dalam kedai tersebut. Bukan pandangan untuk mencari kursi duduk layaknya pelanggan biasa namun pandangan untuk mencari tahu tentang seluk beluk dari kedai tersebut. Sesuatu yang segera menarik perhatian dari Keanu. Apalagi dengan penampilannya yang memakai jas rapi semakin menandakan bahwa dia bukan orang sembarangan.

"Ada yang bisa saya bantu Pak?" ramah, Arina kemudian menghampirinya.

Pria tersebut terlihat terkejut dengan kehadiran Arina namun seketika langsung menyambutnya ucapan tersebut dengan wajah ramah miliknya. "Saya lagi nyari yang punya tempat ini?" jelas pria asing tersebut sambil membuka kacamata hitamnya.

Ucapan tersebut memaksa Keanu bangkit dari tempat duduknya. "Saya yang punya tempat ini. Kalau boleh tahu, ada urusan apa?" tanya Keanu dengan nada penasaran.

"Kenalkan, nama saya Ilham." Pria tersebut langsung menawarkan sebelah tangannya ke arah Keanu.

"Saya Keanu." Keanu langsung menerima tawaran jabatan tangan dari pria tersebut.

"Keanu? Keanu Ardimas Pramundito?" pria tersebut mencoba memastikan.

Keanu mengangguk pelan sambil diiringi perasaan curiga yang semakin menggelembung membesar. Siapa sebenarnya orang ini? bisik Keanu pada dirinya sendiri. "Anda kenal saya?"

"Siapa pula orang yang tidak kenal dengan keluarga Pramundito? Ayahmu itu pengusaha sukses. Belum ditambah lagi dengan kakakmu, Kemi yang juga jadi penerus suksesnya. Lalu kamu.... " ucapan dari pria tersebut terhenti ketika melihat situasi dari kedai yang dimiliki oleh Keanu.

Kedai CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang