"Password Wifi-nya apa mas?"
Ringgo yang baru saja meletakan tiga cangkir Capuccino segera menghentikan gerakannya. Ia menatap ke arah tiga cewek yang baru saja memesan dan segera meminta satu permintaan lagi. Dari wajah dan penampilan mereka, Ringgo menebak bahwa mereka adalah mahasiswi yang baru saja pulang kuliah. Sesuatu yang kemudian membuat radar penggoda dari Ringgo kembali menyala kuat. Ia tidak akan menyia-nyiakan hal ini untuk berlalu begitu saja.
"Boleh, tapi kasih tahu dulu nama kalian, ok?" mata Ringgo mengerling ke arah mereka.
Sesuatu yang nyatanya disambut senyum sumringah oleh mereka semua. Menandakan bahwa mereka bertiga setuju dengan pertukaran tersebut. Satu demi satu ketiga cewek itu memperkenalkan diri sambil tentunya menjabat tangan Ringgo. Hingga kemudian cewek terakhir yang belum memperkenalkan diri langsung menjabat tangan Ringgo dengan erat.
"Ais Enjelina. Panggil saja Ais."
"Nama yang cantik. Persis seperti orangnya." Ucap Ringgo sambil memamerkan senyum terbaik miliknya. Selain itu, Ringgo sengaja menjabat tangan itu sedikit lebih lama dari yang lain. Mencoba mengirimkan sinyal tebar pesona miliknya agar sampai pada pelanggan bernama Ais tersebut. Hal tersebut tidak lepas karena dari kedua lainnya, pelanggan bernama Ais tersebut memiliki pesona yang lebih terang daripada yang lain. Sesuatu yang cukup untuk membuat Ringgo mulai berpikir untuk menjadikan dia sebagai target gebetan berikutnya.
"Nama saja nih mas? Nggak mau nomor WA sekalian?" pelanggan cewek yang lain menyahut dengan nada manja yang tak bisa disembunyikan.
Sesuatu yang membuat Ringgo hanya bisa tersenyum-senyum sendiri. Karena itu artinya jaring penggoda miliknya telah berhasil menangkap mangsa. Bukan hanya satu namun tiga mangsa sekaligus. Menandakan bahwa daya pikat dari Ringgo memang masih terlalu kuat untuk ditahan oleh ketiga cewek yang masih belum kuat iman itu.
"Memang boleh?" tanya Ringgo menantang.
"Yaelah, jangankan nomor WA. Nomor alamat rumah, nomor kode pos sampai nomor sepatu juga bakal kita kasih kalau mau. Apa sih yang nggak buat Barteng?" Ais kemudian menyahut.
Ringgo mengernyitkan keningnya, "Barteng?"
"Barista Ganteng!" jawab mereka bertiga hampir bersamaan.
"Kalian ini... sudah cantik, manis .. pinter lagi!" balas Ringgo dengan terkekeh.
"Jadi password wifi-nya apa Barteng?" pertanyaan itu kembali ditanyakan dengan nada yang lebih menggoda.
"Julio Gak Punya Udel."
Jawaban dari Ringgo disambut hening oleh ketiga cewek itu. Bahkan mereka memasang wajah datar sekaligus bingung. Berusaha mencerna kalimat dari Ringgo bahwa memang kalimat itu yang keluar bukannya mereka yang salah dengar. "Itu beneran passwordnya?" dengan ragu-ragu mereka berusaha meyakinkan.
"Yoi, keren kan? Inget, nggak pakai spasi." Ringgo tidak bisa menyembunyikan senyum sumringah dan jahilnya.
Mereka bertiga kemudian saling bertatapan satu sama lain. Sedetik kemudian, mereka bertiga tidak bisa lagi menahan tawa keras mereka. Bahkan Ais terus menahan geli di perutnya. Tidak pernah menyangka bahwa kalimat aneh tersebut adalah sebuah password Wifi dari tempat ini.
"Passwordnya ajaib banget."
"Julio itu siapa sih?"
"Kok dia bisa nggak punya udel?"
Mereka bertiga bertanya dengan jarak hampir bersamaan. Ringgo kemudian menunjuk ke arah seseorang yang sedang berdiri di belakang mesin kasir. "Tuh .. dia orangnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kedai Cinta
General FictionApa itu Cinta? Pertanyaan paling absurd di muka Bumi ini coba dijawab oleh tiga sahabat. Ringgo, Arina dan Keanu. Bukan dengan cara biasa. Namun dengan membuka sebuah kedai unik bernama "Kedai Cinta". Di Kedai ini dipenuhi dengan menu unik seperti C...