07. Kejutan Yang Tak Pernah Terjadi

106 7 5
                                    


Surat elektronik tersebut dibaca Keanu dengan penuh kegamangan. Ringgo, sahabatnya dari Indonesia baru saja menulis pesan bahwa dia tertarik untuk membangun sebuah bisnis coffe shop bersama dengannya. Meskipun lebih lama tinggal di Melbourne, bukan berarti Keanu melupakan semua sahabatnya di Indonesia. Tidak terkecuali Ringgo, yang Keanu selalu ikuti kabar beritanya. Dan ia tahu betul bahwa sepak  terjang Ringgo sebagai seorang barista cukup diperhitungkan. Namun Keanu juga tahu bahwa dia tidak mungkin meninggalkan bisnis coffe shopnya yang sudah ia bangun bersama dengan dua sahabatnya disini. Namun puncak kegamangan dari Keanu adalah ketika Ringgo menyebut bahwa Arina juga tertarik bergabung dengan proyek ini apabila Keanu setuju.

Dilema itu kembali menghantam Keanu. Nama itu kembali menggelayuti perasaan terdalamnya. Ia kemudian teringat sebuah kertas yang sering ia bawa kemana-mana. Kertas tersebut berisi sebuah puisi pendek yang ditulis oleh Arina. Keanu ingat betul bahwa sebelum keberangkatannya ke Melbourne, kertas tersebut mendadak berada di dalam tasnya. Dan ia tahu betul gaya tulisan itu milik siapa. Sesuatu yang segera membuat Keanu hanya bisa berspekulasi tentang perasaan Arina yang juga sama kepadanya.

"Sejak kapan kamu pakai Kacamata?" suara Andrew segera memecahkan lamunan dari Keanu. Andrew pun duduk di hadapan Keanu yang sedari tadi sibuk menatap layar laptopnya. Di jam yang masih pagi seperti ini, kondisi coffe shop mereka memang tidak terlalu ramai. Sehingga membuat mereka semua tidak terlalu sibuk.

"Ini kemarin Alexa yang beli buat aku." Balas Keanu sambil menunjuk kacamata dengan lensa bulat yang kini menghiasi matanya.

Mendengarnya, Andrew langsung tersenyum girang, "Ini sudah resmi! Jadi kapan kalian jadiannya?" pertanyaan itu terdengar dengan nada sedikit menggoda.

"Belum." Balas Keanu singkat.

Andrew tidak bisa menutupi rasa terkejutnya dengan jawaban Keanu, "Why?"

"Why not?" Keanu meninggikan nada suaranya.

Andrew langsung mengubah raut wajahnya, "Why the hell not! Hei.. Alexa itu keponakanku. Kalian empat bulan terakhir ini seringkali jalan bersama. Kalau nggak kamu yang datang mengunjungi Alexa maka Alexa yang datang ke apartemenmu. Kamu memang idiot, cowok di luar sana itu rela garuk-garuk tanah untuk bisa jalan bareng dengan Alexa. Kesempatan kamu untuk bisa jadiin dia pacar itu terbuka lebar."

Nafas berat terdengar dari mulut Keanu, "Aku masih belum yakin..."

"Oh I see! Ini soal cinta pertamamu yang ada di Indonesia kan? Kamu ragu antara memilih mempertahankan cinta pertamamu atau Alexa kan?" sorot mata Andrew terlihat berbinar.

"Sok tahu."

Andrew seakan tidak memperdulikan respon dari Keanu, "Kamu seratus persen idiot, Keanu! Kamu sudah begitu yakin untuk tidak pernah kembali ke Indonesia namun kamu masih mempertahankan cinta pertamamu yang berada di sana? Itu sama saja, kamu menyiksa dirimu sendiri! Kamu tahu? Ada satu teori tentang cinta pertama yang dianut oleh semua manusia di belahan bumi manapun. Cinta pertama itu ada hanya untuk dinikmati tapi mustahil untuk dimiliki." Jelas Andrew panjang lebar sekaligus dibubuhi dengan nada menekan. "Alexa itu nyata. Dia berada dalam radius jangkauanmu dan yang terpenting dia ada di Melbourne sekarang!"

Kalimat dari Andrew menyesakki pikiran Keanu. Barangkali yang dikatakan oleh Andrew memang benar adanya. Keraguan itu mulai meluntur dari benak Keanu. Jika kesempatan untuk memiliki itu datang sekarang maka ia harusnya mengambil sekarang juga.

"Kamu setuju kalau aku jadian sama Alexa?" pertanyaan dari Keanu terdengar menggantung.

Tubuh Andrew kemudian ia sandarkan di kursi, "Not one hundred percent! But you're my best friend. Jika harus memilih antara melihat keponakanku bersama dengan pria asing atau bersama dengan sahabatku sendiri yang aku tahu dia orang baik. Pasti aku memilih opsi yang kedua."

Kedai CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang