Waktu istirahat siang sedang berlangsung. Seperti biasa Brian tidak pergi menuju kantin. Melainkan ia berbelok di koridor dan melangkahkan kaki menuju perpustakaan. Ia biasa di sana. Brian akan menghabiskan waktu istirahatnya duduk diam di dalam perpustakaan sambil menikmati roti yang sengaja dibawanya.
Selain ingin menghindari kontak dengan vampir, Brian juga tidak mampu merogoh sakunya lebih dalam untuk sekedar makan siang. Bahkan untuk makan sekali saja, ia tak akan mampu. Hasilnya, ia sengaja membawa bekal berupa roti dan menyantapnya di perpustakaan.
Bahkan ia juga membaca buku yang diambil Brian dari rak tinggi perpustakaan.
Tak jauh dari Brian, ada seseorang yang mengintipnya. Kedua manik matanya terus mengawasi sosok Brian. Mulai dari memasukkan roti ke mulutnya, mengunyahnya, meneguk air hingga membalik halaman buku yan tengah ditekuni Brian.
Brian baru sadar dengan tatapan aneh itu setelah lima belas menit. Laki-laki itu menegakkan kepala dan mengitari ruangan perpustakaan. "Siapa?"tanya Brian kesal padanya dirinya sendiri. Ia menggerutu. Adakah seseorang yang memiliki hobi dan kebiasaan sepertinya sekarang? Laki-laki itu berdiri dan bangkit dari kursinya. Ia berjalan lurus sambil memperhatikan rak-rak tinggi yang ia jumpai. Matanya memindai setiap sudut rak kayu tersebut.
Sejenak Brian terdiam. Ia menghentikan langkahnya. "Vampir."desisnya pelan. Segera ia kembali ke kursinya dan mengambil air mineral dan rotinya yang masih bersisa setengah. Sungguh, ia tak ingin berurusan dengan vampir apalagi di tempat sepi seperti itu.
Sang pengamat yang tak lain adalah Lucy mendesah. "Aku ketahuan rupanya."ucapnya tersenyum miring. Lucy mengibaskan rambut panjangnya yang terurai. Ia menempelkan tangannya ke dagu dan tersenyum kecil. "Kamu terlalu peka, Brian Simon!"puji Lucy. Detik berikutnya Lucy telah menghilang.
Di tempat lain, Brian duduk di taman paling ujung. Ia tidak ingin bergabung dengan siapapun yang juga berada di taman yang sama dengannya. Sebelum ke taman, laki-laki itu pergi ke kelas untuk menjemput buku yang belum selesai dibaca tadi pagi.
"Hei! Kutu buku!"sapa manis seseorang dari belakang Brian.
Brian menoleh. Matanya melebar. Hening sesaat mengamati wajah cantik dan rupawan dari jarak yang dekat. Tersadar. Brian membuang mukanya.
Lucy tersenyum. Ia berjalan mendekat dan duduk di sebelah Brian. Hal itu membuat Brian bergeser memuat jarak antara mereka. "Lucu sekali kamu Brian!"tawa Lucy. Bahkan suara tawa gadis itu terdengar merdu.
"Maaf sebelumnya nona muda. Aku bukanlah orang yang akan memujamu. Jadi sekarang tolong tinggalkan tempat ini."ucap Brian dingin.
"Ayolah! Jangan seperti itu padaku. Aku bukan monster Brian!" Lucy seakan sudah terbiasa dengan pandangan tentang dirinya sebagai penghisap darah. Pasalnya ia memang seorang penghisap darah. Bahkan, sekarang ia mati-matian menahan dirinya untuk tidak menyerang Brian yang tercium sangat harum di hidungnya.
"Aku rasa anda sudah mengerti alasan aku tidak menyukai anda nona muda. Jadi sekarang tolong tinggalkan tempat ini."Brian masih bersikukuh mengusir Lucy.
Lucy menghembuskan nafas kecewa. Gadis menawan itu berdiri dan berjalan menjauh. Sosoknya menghilang ketika beberapa meter dari tempat Brian.
Brian melayangkan tatapan tajam pada sosok Lucy sebelum menghilang. Ia sangat tidak suka dengan seorang vampir. Namun... ia tak akan dapat menyangkal dirinya terkait erat dengan vampir. Walaupun Brian sendiri belum tahu ikatan apa itu. Karena ikatan itu akan menjadi bumbu pengubah dunia. Nasib sang vampir dan sang manusia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Of Midnight (End)
Vampire[ Romance - Vampire] Di dalam nadiku, mengalir darahmu. Di dalam nadimu, mengalir darahku. Aku membawa darahmu dan kamu membawa darahku. Kita telah terikat oleh takdir tak kasat mata. "Aku sangat membencimu. Semua bangsamu. Semua ras yang kau perjua...