QUEEN OF MIDNIGHT:
TWO PATH
.
.
.
"Lembaran Pertama"
.
Matahari telah beranjak ke tepian. Tak berapa lama lagi, senja akan menggantung di langit. Sepasang manusia yang berbeda terus berjalan cepat meninggalkan kota dan berpindah ke pedesaan. Sebuah komitmen yang masih dihantui keragu-raguan menghujam hati salah seorang dari pasangan tersebut.
Lucy hanya diam dan menatap laki-laki yang sedikit berubah di sampingnya. Ia tak menyangka berpisah dalam kurun waktu yang sebentar akan membuat perubahan yang kentara di sosok laki-laki itu. Lucy menelan ludah. Ia menurunkan pandangan ke jari-jarinya yang terlihat mungil di genggaman Brian. Oh tidak. Tangan laki-laki terasa begitu hangat.
"Aku yakin kau memiliki banyak pertanyaan untukku, Lucy." Setelah hening beberapa saat akhirnya Brian menoleh. Ia mengajak Lucy berhenti di sebuah toko yang tak berpenghuni. Brian mengangkat sebelah alisnya sambil menarik Lucy untuk duduk di sebelahnya.
"Banyak. Bahkan aku tidak tahu harus memulai dari mana. Semua ini terasa tiba-tiba dan sungguh sedari dari banyak pertanyaan yang bergulir di dalam otakku." ucap Lucy menghempaskan tubuhnya. Ia menarik nafas dan menghembuskannya pelan. Ia menatap Brian sebentar kemudian mengedarkan pandangan.
"Tak apa. Kita masih memiliki banyak waktu dan kau bisa menanyakannya secara perlahan. Itu jika kau tidak berubah pikiran, Lucy." Brian mengangkat sebelah tangannya dan mengelus pipi Lucy yang pucat. Gadis vampir di sampingnya sedikitpun tidak terlihat menakutkan. Padahal ia adalah jenis kaum vampir yang menempati posisi tertinggi di kasta haus darah tersebut.
Lucy terpana menatap sepasang manik biru yang menatapnya teduh. Sentuhan tangan Brian memberikan rasa hangat untuk kulitnya yang dingin. Ia tidak mengenal Brian yang begitu lembut ini. Tetapi hatinya menyukai sosok yang menatapnya penuh kasih sayang.
Aku mencintaimu. Tidak. Aku sangat mencintaimu.
Lucy tersenyum menyadari kata hatinya. Ia mengangkat tangan menyentuh tangan Brian yang begitu besar. Ia memejamkan mata dan merasakan perasaan yang tiba-tiba saja meluap di hatinya.
Brian tersenyum lebar lebih. Kali ini ia menggunakan kedua tangannya untuk menarik Lucy lebih dekat. Mendekapnya dan merasakan perasaan hangat yang tak berbeda dari Lucy. Harum bunga mawar menggelitik Brian. Sungguh, ia pernah merindukan bau mawar yang berasal dari gadis cantik ini.
Lucy menyandarkan kepalanya ke dada Brian. "Kita akan pergi kemana, Brian?" ucap Lucy yang tiba-tiba sadar kembali. Tetapi gadis itu tak mengubah posisinya. Ia tetap diam dan balas memeluk Brian.
"Pertanyan pertama. Baiklah. Awalnya aku tidak ingin mengajakmu untuk berpetualang bersamaku. Tetapi, hatiku terlalu egois. Hatiku menginginkan sisi dirimu menemani setiap langkahku. Aku ingin bertanya balik padaku sebelum semua ini berlanjut lebih jauh." balas Brian sambil melepaskan pelukannya dan menatap Lucy serius. "Aku akan bertanya lagi. Akankah kau ingin mengikutiku meski harus melepaskan semua yang kau punya sekarang? Ini belum terlambat Lucy. Kalau kau tak ingin hidup dalam bahaya bersamaku maka kita akan berpisah di sini. Tetapi hatiku yang egois menginginkan kau menyetujuinya." lanjut Brian yang begitu jujur dengan perasaannya.
Brian telah cukup merasa gila selama ini. Meski ia pergi ke tempat-tempat jauh demi memenuhi hasrat keingintahuannya tetap saja, ia merindukan gadis bermanik merah yang begitu mempesona. Setiap waktu ia selalu teringat wajah gadis itu. Semakin ia menahannya semakin ia merasa gila. Akhirnya ia kembali dan bertekad membawa gadis itu bersamanya.
Lucy merasakan perasaan yang berkecamuk dari ekspresi wajah Brian. Ia tersenyum kecil dan mengusap wajah tegas tersebut. "Kau berubah tampan."
"Dan kau tidak memberikan jawaban yang cukup jelas." Balas Brian.
"Pertama, aku merasakan energi yang lain di tubuhmu. Kau tidak bisa dikatakan manusia tetapi bau darahmu menggoda. Terakhir kita bertemu energi ini tidak begitu mendominasi dirimu. Dan aku bisa memastikan bahwa kau adalah manusia sebelumnya. Tetapi sekarang ..." Lucy terlihat.
"Aku seperti vampir?" tebak Brian yang dibalas anggukan Lucy.
"Aku akan memberikan penjelasan lebih jauh kau menjawab pertanyaanku. Aku memang menginginkanmu tetapi nyawaku juga cukup berharga sekarang ini."
"Kau laki-laki egois yang menyebalkan." Lucy menggembungkan pipinya.
"Jadi apa?" Brian menekan pipi Lucy.
"Kau mencintaiku?" tanya Lucy.
"Ya." balas Brian menangkup kedua pipi Lucy dengan tangannya.
"Kalau begitu aku akan mengikuti kemanapun kau pergi. Asalkan kau mencintaiku aku tidak butuh hal yang lain." ucap Lucy. Gadis tersenyum lembut memperlihatkan bahwa ia benar-benar serius dengan ucapannya.
"Baiklah." Brian bangkit. Ia berjalan ke sisi meja kayu dan menghidupkan lampu ruangan itu.
"Bukankah ini rumah yang tak berpenghuni?" tanya Lucy terheran mengapa ada lampu yang bisa menyala untuk rumah yang tidak terurus ini.
"Memang, karena penghuninya tidak selalu ke sini. Aku menemukan rumah ini beberapa waktu yang lalu ketika aku menghilang. Dan aku menandainya sebagai tempat yang bisa kita singgahi selama perjalanan. Banyak tempat yang telah aku datangi." jelas Brian.
"Persiapan yang sangat matang." puji Lucy sambil menutup jendela karena malam telah tiba. Ia melebarkan mata begitu melihat Brian mengeluar beberapa makanan dan meletakknya di atas meja. Sedangkan laki-laki itu kembali duduk di sofa.
"Duduklah, Lucy! Aku akan mulai menceritakan kisah dongeng padamu." ucap Brian menepuk sofa di sebelahnya. Detik berikutnya Lucy telah berpindah ke sofa tersebut sambil menyandarkan bahu dan menatap Brian. "Kau terlalu bersemangat." tawa Brian.
"Kita akan pergi ke kota dewa. Aku tidak tahu keberadaan tempat itu dimana karena selama ini tidak pernah ada tempat seperti itu di peta dunia. Semua ini berhubungan dengan sosok tubuh ini. Aku merasakan bahwa aku bukanlah manusia sedari dulu. Semua itu dibuktikan karena seseorang yang bernama Monica mengatakan padaku bahwa ia sangat mengenal ayah dan ibuku. Sayangnya wanita itu hanya mengatakan nama mereka. Dan aku harus mencari lebih jauh tentang jejak mereka yang ternyata membuatku sangat terkejut." Brian mulai bercerita.
"Karena kau keturunan Ellius? Keturunan kerajaan vampir yang telah menghilang ratusan tahu lalu?" Lucy terlihat kagum.
"Ya." balas singkat Brian.
"Apakah kau ingin bercerita hingga pagi?" Lucy menyandarkan kepalanya ke bahu Brian.
"Aku memang berencana seperti itu" ucap Brian menerawang melihat langit-langit.
Bagaimana? Terlalu banyak romansa antara Lucy dan Brian?
Maafkan author yang membuka season dua dengan bunga cinta bertebaran dimana-mana.
Author sampai merasakan mabuk untuk membuat part ini. #curhat
Seperti pada part sebelumnya, author tidak tahu pasti kapan akan kembali update part selanjutnya.
Tetapi, author akan mengusahakannya minggu depan di hari yang sama. ^^
Baiklah, sekian tulisan aneh dari author, sampai bertemu di part selanjutnya.
Salam sayang author untuk kalian semua ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Of Midnight (End)
Vampire[ Romance - Vampire] Di dalam nadiku, mengalir darahmu. Di dalam nadimu, mengalir darahku. Aku membawa darahmu dan kamu membawa darahku. Kita telah terikat oleh takdir tak kasat mata. "Aku sangat membencimu. Semua bangsamu. Semua ras yang kau perjua...