Kekuatan Tak Terkira (1)

1.4K 111 2
                                    

Kerusuhan.

Keributan.

Keramaian.

Semua mengelili Brian. Mengapa? Karena si gadis yang paling diagungkan oleh semua penghuni Sekolah De Noir manatap pada satu arah. Seorang Brian yang tak pernah muncul di perbincangan manapun menjadi populer sekarang. Laki-laki itu tiba-tiba saja menjadi pusat perhatian begitu si menawan menyapanya senang.

Lucy, pagi ini gadis itu tersenyum manis pada Brian. Memang, ia melakukannnya pada semua. Namun gadis itu sempat menyapa Brian dan menggandeng tangan Brian sekejab yang berakibat Brian melepaskan rangkulan itu. Setelah kejadian gila yang disaksikan umat De Noir, Brian menjadi artis terkenal.

Banyak desas-desus yang menyebutkan bahwa Brian ini. Brian itu. Brian siapa? Tak terhitung jumlahnya lagi. Bahkan teman sekelasnya terus menatap Brian. Tatapan iri, tatapan tidak percaya bahkan tatapan seolah seorang Brian tidak pantas ada di dunia juga menghujam diri Brian.

"Gila. Apakah hari ini aku akan menjadi buronan untuk semua negeri De Noir?"keluh Brian menopang dagu sambil mengedarkan pandangannya. Beberapa kali manik biru milik Brian beradu pandang dengan manik yang memandangnya aneh.

"Ckck!" Seseorang berdecak di belakang Brian.

"Siapa dia hingga nona Lucy bersikap seperti itu padanya?"timpal yang lain di belakang Brian.

"Pastilah ia memberikan darahnya sambil mengemis."balas mereka.

BRUKKKKKK!!!!

Tiba-tiba Brian berdiri dan mendorong dengan keras kursinya. Ia menghantam meja dengan kedua tangannya. Pandangannya terpekur. Hingga helaian rambutnya yang kecoklatan jatuh bebas ke bawah. Detik berikutnya ia berdiri tegak dan berjalan menuju keluar kelas.

Semua mata hanya memandangnya heran. Pasang mata mengawasi sosok Brian yang keluar dari kelas. Padahal jam pelajaran pertama akan di mulai sepuluh menit lagi.

*___*

Brian terlihat menunduk. Ia berdiri tegak menghadap seorang laki-laki paruh baya yang menggunakan kacamata berbentuk kotak. Kedua tangannya berada di belakang.

"Maaf pak. Saya merasa tidak enak badan sehingga pergi beristirahat di ruang kesehatan tadi."maaf Brian.

"Tidak apa Brian. Kembalilah ke kelasmu. Saya hanya ingin memastikan bahwa kamu tidak membolos. Kalau kamu sakit saya tidak bisa berbuat apa-apa. Sudah."pak Daniel.

Sekali lagi. Brian membungkuk memberi hormat kepada guru sastra Jermannya. Kemudian berbalik dan keluar dari ruangan guru tersebut. Brian berbelok menuju lorong kelas. Ia berhenti di depan pintu dan mengetuk beberapa kali.

"Masuk!"terdengar suara bu Margareth dari dalam kelas.

Brian mendorong pintu. Ia menunduk meminta izin pada bu Margareth untuk masuk. Wanita yang sudah berumur sekitar empat puluhan itu mengangguk. Brian melangkah masuk. Namun baru beberapa kotak ubin yang diinjaknya, bisikan halus tentang dirinya mulai menggema. Awalnya pelan namun akhirnya berakhir dengan rusuh. Brian menghela nafas berat. "Ini akan menjadi pelajaran yang melelahkan."

*___*

Dua jam pelajaran cukup membuat Brian gerah. Begitu memasuki waktu istirahat, bisikan halus yang menggelitik telinganya berubah menjadi teriakan yang disengaja. Beberapa orang mencemooh Brian dengan suara yang keras. Jelas, agar semua itu terdengar oleh laki-laki yang tiba-tiba disebut-sebut itu.

Queen Of Midnight (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang