AKU membuka lemari bajuku dan langsung mengembuskan
napas panjang.Kecewa,apa yang bisa kuharapkan dari lemari seorang gadis enam belas tahun yang tidak perah
membeli baju seumur hidupnya?Hanya ada tumpukan kaus oblong warna netral di rak paling atas,
seragam sekolah,baju olahraga,
dan beberapa sweter di rak tengah,
sementara di rak paling bawah,
hanya ada satu celana jins dan beberapa syal.
Ya aku hanya memeiliki satu celana jins...Kutatap isi lemariku sekali lagi,
mencoba menurunkan standar sambil kemabali mengurutkan dari rak atas hingga rak bawah,berharap ada satu baju yang cukup layak ku kenakan untuk kencan pertamaku.Mungkin ada satu kemeja bagus terselip di antara tumpukan kaus oblongku. Namun sia- sia.
Aku mengembuskan napas panjang sekali lagi. Devi benar,I'm living the past.
"Dilema baju,vinny?" Ibuku mengintip dari balik pintu kamar.
ia tersenyum lebar dan puas. "Ibu tahu akan tiba saat seperti ini,
walaupun aku agak kecewa karena
waktunya terlalu lama dari yang
aku harapkan," katanya sambil
duduk di ranjangku."Memang nya ibu berharap peristiwa seperti ini terjadi kapan?"
"Waktu kamu SMP,mungkin kelas tiga" ia berhenti sejenak. "Dan ternyata kamu baru mengalaminya di kelas dua SMA."
"Bukankah SMP itu nama nya dewasa sebelum waktu nya."
"Kamu memang dewasa sebelum waktunya,sayang. Kamu tahu itu. Hanya saja kamu tidak segera dewasa dalam urusan laki-laki."
katanya merengut."Jadi jatuh cinta berarti menjadi dewasa?" tanyaku.
Ibu tertawa. Aku tidak tahu apa yang lucu dari kata kata ku. Ia langsung berdiri,menjajariku dan menarik tubuhku mendekatinya.
Kami sekarang berdiri di depan cermin panjang yang tertempel di lemari. Ia merangkul dan menatap mataku melalui pantulan di cermin.
"Aku tidak ingat mengatakan apa pun tentang jatuh cinta,sayang."Pipiku memanas. Ibu menjebakku. Sebelum sempat aku mendebat, ia telah berbicara terlebih dahulu.
"Suka belum tentu jatuh cinta. Itu hanya sistem hormonmu. Ketika kamu mencapai usia tertentu,tubuhmu giat memproduksi hormon yang membuatmu tertarik dari lawan jenis.""Jadi apakah playgirl/playboy adalah orang yang kelebihan hormon?" tanyaku pedas.
Ibu tertawa. "Kamu selalu berdebat! Kamu tahu bukan itu maksud ibu. Hanya saja,ketika SMP,ibu sudah tergila gila pada binatang, film,penyanyi,atau teman sekelas. Ibu tidak melihatmu begitu,ibu tidak tahu apakah itu terjadi atau kamu berhasil menyembunyikannya dari ibu,ibu sempat hawatir mengenai itu."
Aku menghembuskan napas kesal.
"Jadi apa aku harus ikut tergila gila pada boyband untuk membuat ibu menjadi tenang.?"
"Kamu selalu setingkat lebih pintar dari pada ibu," ia memutar mata, "Harusnya ibu yang jadi anakmu," tambah nya.Mau tidak mau aku tersenyum. Ibu selalu mengatakan hal itu setiap kali kalah berdebat denganku.
"Jadi ada saran? Ada baju yang bisa kugunakan?" tanyaku langsung to the point.
"Apa menurutmu masih ada waktu sejenak ke Mall?" tanya nya prihatin.
Aku menggeleng dan melirik ke arah jam. "Setengah jam lagi aku akan di jemput."
Ibu berdecak. "Oke. Untunglah,untuk urusan ini ibu jauh lebih pintar dari pada kamu." katanya sambil pergi menuju kamar nya.
Aku membututinya. Ia mengeluarkan tas kertas dari dalam lemari dan menyerahkan benda itu padaku. Aku membukanya dan mengeluarkan dua potong pakaian dari sana. Pertama,aku bersyukur karena ibu membelikanku celana jins normal warna gelap tanpa ada hiasan norak yang memang sedang ngetren saat ini.
Kedua,aku sedikit kecewa,karena sepotong lagi adalah sebuah hmm...
apa namanya? Aku sama sekali tidak tahu istilah baju. Semua baju tanpa lengan aku namai you-can-see."Ini namanya turtleneck," kata ibu merujuk pada baju biru tua berbahan sifon dengan pita di bagian leher.
Baju itu sanggat cantik,tapi terlalu berlebihan untukku. Tapi di lain sisi,aku tidak ingin mengecewakan ibuku. Akhirnya aku tersenyum palsu dan berpura pura senang. Ibuku langsung bersemangat.
Ia berlari ke rak majalah dan menunjukan baju serupa di pakai seorang model majalah. Memang terlihat kasual,tapi aku tetap tidak terbiasa menggunakan pakaian yang mencolok perhatian.
Aku mengerang pasrah.
Ibu mengawasiku ketika aku mencoba baju itu. Sangat cantik,bahkan aku bisa melihat kulitku yang kuning langsat begitu serasi dengan warna baju itu. Ibuku melakukannya lagi,berdiri di sampingku,melingkarkan lengan nya di bahuku,dan menatap pantulan kami di kaca.Ia tersenyum lebar.
Tiba-tiba aku mendengar suara bel berdentang. Itu pasti Diva!!>>apakah yang akan terjadi dengan mereka,tunggu kelanjutan kisah nya hanya di sini..<<
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
FantasyAku Ingin Kau Mengejar Impianmu. Aku Ingin Kamu Menikmati Petualangan Hidupmu Yang Membawamu Pergi. Tapi Ketika Kamu Selesai Menggapai Impianmu,Jangan Lupa Ada Seseorang Yang Selalu Menunggumu,Ditempat Dari Mana Semuanya Dimulai. @Stay With Me.. Fal...