*********
"Dev, kok malah ngelamun sih?"
Aku memutar kepalaku menghadap wajahnya. "Aku lapar! Aku mau pulang!" seru ku kesal. Aku menyambar tas ranselku dengan kasar. Aku kesal karena lapar, terkurung di ruangan ini selama hampir tujuh belas jam sementara ia sudah berputar putar mengitari kota mengunjungi Dhelia.
"Dev?!" Teriak Diva. Aku tidak menghiraukannya.
Aku mencintai piano karena Diva yang mengenalkannya padaku. Aku mencintai piano, tapi cintaku tak seperti cinta Diva.
Aku ingin menampilkan yang terbaik karena penampilan kami nanti sangat berpengaruh bagi karier Diva selanjutnya. Beberapa hari setelah konser Valentina, Diva memutuskan untuk lebih serius menekuni dunia musik.
Sepertinya konser tersebut berhasil membuat kami, murid-muridnya, begitu terpengaruh dan mulai memimpikan berada di panggung, di tonton orang orang yang mengapresiasi kami. Malam itu adalah malam hipnotis bagi kami untuk menentukan (kembali) mimpi yang akan kami capai.
Showcase ini adalah tahap pertama penilaian untuk menarik sponsor dari luar sekolah, sekaligus ujian yang akan dinilai berdasarkan apresiasi publik. Tahap kedua adalah ujian tertutup yang di adakan dalam tiga bulan ke depan dan secara langsung akan dinilai oleh sponsor yang tertarik pada talenta kami.
"Dev, kita belum selesai." Diva menarik sikuku setelah berhasil menyusul. Aku menatap wajahnya. Tidak ada kelelahan di sana. Ia memang hebat. Valentina tidak salah memilih Diva, mengingat tekad luar biasa yang ia miliki.
"Diva, aku menyerah, aku tidak bisa menyesuaikan tempomu, tidak bisa bermain seindah kamu, tidak bisa berkonsentrasi sehebat kamu. Aku menyerah! Aku muak!"
Tiba tiba aku merasakan air mataku mulai turun. Aku berusaha menahannya tapi mataku sudah buram. Aku menangis namun tidak tahu untuk apa, karena aku yang begitu pengecut atau karena kenyataan bahwa aku mengecewakan Diva.
"Kamu mau menyerah?" suara Diva melembut.
Aku mengangguk. "Mungkin aku tidak berbakat seperti yang kalian bilang."
Diva menggeleng. "Tidak,tidak,Devi. Kamu sangat berbakat. Aku yang salah, aku terus memarahimu, memaksamu berlatih seperti Spartan. Aku yang lupa kita juga memiliki batas. Berlatih terus tidak akan membuat kita lebih baik tapi justru muak."
Aku diam, menangis sesenggukan. Setuju dengan perkataan nya.
"Maafkan aku,Dev." Diva menjulurkan tangan kanannya, menawarkan jabatan tangan.Aku tidak merespon. Aku tidak tahu mengapa ia meminta jabatan tangan. Untuk meminta maaf? Bukan ia yang seharusnya minta maaf, tapi aku. Karena aku mengecewakannya? Atau ini hanya usahanya membujukku untuk berlatih?
"Ini memang sulit, Dev. Tapi jangan bilang menyerah. Iya bisa melakukan nya, aku akan berusaha mengendalikan emosi," bujuknya, masih dengan tangan terjulur.
"Mungkin lebih baik aku jadi anak SMA biasa saja."
"Apa kamu puas dengan begitu? Dengar, Devi, permainan pianomu sungguh akan membuat orang yang mendengarnya jatuh cinta oadamu. Kamu seperti Valentina , atau bahkan lebih, jangan menyerah atau karena aku yang terlalu menyiksamu. Please...."
Wajah Diva memelas, matanya begitu teduh dan menenangkan. Mungkin ini salah satu pesona yang membuat sahabatku jatuh cinta padanya. Orang tidak akan bisa menolak permintaan nya kalau seperti ini.
"Oke. Give me a break,", kataku dengan sauara serak. Air mataku masih mengalir turun. Aku memang tidak bisa berhenti menangis dalam waktu singkat. Aku akan menangis sampai sesegukan dan kecapean.
"Baiklah, nyonya. Sekarang kita bisa pulang, tapi sebelum itu izinkan aku meneraktirmu sesuatu yang lezat..." Katanya ceria.
"Memang nya kamu pikir jam berapa ini? Semua toko sudah tutup."
"Siapa bilang? Masih banyak kok tukang nasi goreng di ujung jalan."
Aku menatap nya dengan pasanganku yang buram karena air mata.
"Sudah dong, kok malah nangis sih?"
"Aku.... Aku.... Tidak bisa nangis... Cepat.."
"Aneh !!" Komentarnya, " Dasar cengeng."
"Diva... Kamu mau.. bantu aku?"
Diva mengerenyitkan dahi. "Apapun deh biar kamu berhenti nangis daripada orang mengira aku apa apain kamu."Aku langsung memeluknya, membenamkan wajahku di tubuhnya yang besar, aku menangis sekeras kerasnya, menghabiskan seluruh air mataku. Hanya ini caraku menghentikan tangisku. Aku hanya membutuhkan perasaan nyaman dalam diriku kembali. Apapun yang Diva pikirkan saat ini akan ku jelaskan nanti meskipun aku bisa merasakan tubuhnya yang berubah kaku karena terkejut.
*Bersambung"
![](https://img.wattpad.com/cover/99892868-288-k440732.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
FantasyAku Ingin Kau Mengejar Impianmu. Aku Ingin Kamu Menikmati Petualangan Hidupmu Yang Membawamu Pergi. Tapi Ketika Kamu Selesai Menggapai Impianmu,Jangan Lupa Ada Seseorang Yang Selalu Menunggumu,Ditempat Dari Mana Semuanya Dimulai. @Stay With Me.. Fal...