"Cantik ya Jisoo"
"Nggak usah ngimpi kamu!"
"Etdah, mbak Min nyaut aja" Taeyong menghembuskan rokoknya lagi, nggak peduli ia diarea kantin sekolah yang bisa aja tiba tiba guru dateng menegurnya. Tapi Taeyong Panji Wilmastika yang nyatanya kelakuannya nggak sekeren namanya, nggak pernah mau susah mikirin itu.
"Yaelah yong yong bocah slengean kaya kamu mau suka sama mbak Jisoo. Pikirin aja tuh utang sotomu, sama jangan ngerokok disini dong! Bisa ditegur aku sama gurumu" mbak min mencak mencak sambil ngomel dengan logat jawanya, ngeliat Taeyong masih setia dengan rokok yang tinggal dua ruas jari itu, mbak Min jadi heran kenapa bocah ini selalu lolos drop out, padahal amnesti yang didapat Taeyong sudah bisa membuat laki laki itu layak dikeluarkan.
Apa gara gara Taeyong sudah kelas 12?
"Mbak min tuh jangan sepelein saya, saya juga ganteng kok, mana bisa Jisoo nolak saya" Taeyong berucap percaya diri masih sambil menikmati rokoknya dengan menghadap lapangan, yang memang disana ada kelas Jisoo sedang berolahraga.
"Ganteng gundulmu, mbak Jisoo itu cantik,pinter, baik , pacarnya juga ganteng banget kaya lee minho. Mana mau yong dia sama bocah urakan kaya kamu. Udah sana, kalo kamu nggak mau bayar utang balik kekelasmu sana, lagian pelajar kok jam segini masih nongkrong dikantin. Belajar yong belajar!"
Taeyong mencebik, bukan sekali duakali mbak kantin satu ini menceramahinya, ya namanya juga langganan utang, Taeyong jadi pasti jadi bulan bulanannya mbak Min.
Laki-laki itu menyentil rokoknya disembarang tempat, ia kemudian berdiri beranjak. Bukan karena ia mau nuruti perkataan mbak Min buat masuk kelas kaya yang lain, boro boro dia mah dari pelajaran pertama udah di usir keluar sama guru agama gara gara ga hafal surat al-kafirun.
Niatnya mau godain Jisoo yang lagi sumringah rebutan bola sama temen-temennya, tapi niat itu ia urungkan karena selain kelas Jisoo lagi ada guru olahraga yang killer abis, Taeyong gasengaja pas-pasan sama dua orang yang keliatan sembunyi sembunyi menuju gudang.
Taeyong bersender di pintu gudang, melipat kedua tangannya menghadap sepasang kekasih itu bercumbu tanpa ragu.
"Aaahhhh.."
"Keenakan Lis?" Dua sejoli yang hampir setengah telanjang itu kaget setengah mati.
"Bangsat lo yong !"
"Hahahahaha" tawa Taeyong meledak, membuat Lisa langsung merapikan kancing seragamnya, dan Jungkook yang memutar bola mata "ganggu aja lo anjing"
Tanpa rasa bersalah, Taeyong mengeluarkan ponsel jadul bermerk motorolanya kemudian memberikannya pada Lisa
"Lis, minta nomernya Jisoo dong"
"What? " Lisa menatap Taeyong rendah "Jisoo apa Jiho?"
"Jisoo let, ngapain minta nomernya lonte" Lisa ketawa kencang, gadis itu mengeluarkan fondation dan mengoleskannya pada lehernya, btw itu bekas cupang yang dikasih Jungkook keliatan banget kalo kancing seragam paling atas Lisa nggak dikancingin.
"Nggak usah gaya minta ngedeketin Jisoo deh Yong, nggak cocok sama lo" Jungkook tertawa mendengar jawaban Lisa.
"Halah.. Sama aja lo kayak mbak Min, kenapa sih? Gara gara gue bejat?"
"Bingo!" Lisa menjetikkan jarinya, "Jisoo itu one and only extra ordinary perfectnya, pacarnya aja si Wonwoo anak kepala sekolah. Lo sama kepala sekolah? Udah kaya musuh mau saling bunuh kaya dihunger games. Lo mau deketin pacar anaknya? Behh, beneran udah siap drop out lo?"
"Si Sunny itu cuma bacot doang mau keluarin gue dari sini. Buktinya gue nungguin selama ini juga gue masih dipertahanin di sekolah ini" fyi. Bu Sunny itu kepala sekolah mereka. Dan mungkin orang yang paling benci sama Taeyong.
Jungkook menepuk bahu Taeyong "bertahan bentar apa susahnya sih yong, udah kelas 12 nyet. Jangan ngusik ketenangan bu Sun. Biar lo dilulusin sekalian. Entar kalo udah lulus kan, lo udah bebas. Mau tawuran kek, balapan kek, mbandar kek, terserah lo"
Taeyong tertawa remeh, Jungkook dan Lisa tahu. Nasehatin Taeyong itu percuma. Jangankan mereka, omelan kepala sekolah mereka aja sering di sengak sama Taeyong.
"Gue cuma mau minta nomernya Jisoo" Taeyong menegaskan sekali lagi. "Kalo nggak mau kasih yaudah nggak usah sok ngebacot"
Taeyong meninggalkan keduanya yang saling berhadapan dan membuat Lisa mengedikkan bahu.
"Ngapain juga kita ngeladenin setan"