Selama ini, Junhoe tidak pernah berurusan dengan gadis yang sedang menangis. Sekalipun gadis gadisnya juga sering ia buat nangis, nyatanya laki-laki ini tidak mau pernah ribet mengurusinya.
Tapi hari ini sepertinya ia sedang sial. Karena dia harus sendirian menenangkan Jisoo dikoridor rumah sakit, karena Jaewon dan Lisa harus memastikan sesuatu.
Bukan karena Junhoe tidak mau menemani Jisoo. Siapa yang tidak ingin berduaan bersama gadis cantik itu. Nyatanya Junhoe hanya takut kata katanya akan lebih menyakiti perasaan Jisoo.
Ya, mulut Junhoe kan sebelas duabelas dengan Jaewon. Samsama No Filter.
"Udah gausah nangis, Taeyong gabakal mati" Tuhkan, Junhoe meringis mendapati Jisoo menatapnya dengan matanya yang sembab
"Maksud gue, Taeyong tuh gabakal betah tiduran gitu"
Ia menunjuk ruang inap Taeyong dengan dagunya, membuat Jisoo lagi lagi terisak.
"Kalo aja, waktu itu Taeyong gajemput aku. Kalo aja Taeyong waktu itu bilang perutnya sakit. Kalo aja Taeyong ditangani secara cepat.."
"Sshh" Junhoe memotong, "ini bukan salah lo"
Junhoe menghela nafas kemudian menatap Jisoo yang sedang menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia tidak tahu seberapa menyesalnya Jisoo. Ketika gadis itu tidak menyadari wajah pucat Taeyong saat itu, menolak pelukannya karena menahan perih diperutnya, atau darah dan keringat dingin ditubuhnya yang Taeyong tutupi dengan jaket kulit.
"Ada nggaknya lo dikehidupan Taeyong, dia tetep bakal ngalamin ini"
Jisoo mendongak menatap Junhoe dengan dahi berkerut, dan Junhoe menyerahkan satu botol air mineral padanya
"Taeyong daridulu itu musuhnya banyak, dari kalangan tempe sampe big rat. Banyak yang pengen Taeyong mati, karena dia terlalu ikut campur sama urusan yang bukan miliknya. Lo pikir kenapa nyokap wonwoo benci sama Taeyong? "
Jisoo menggeleng, pertanda tidak tahu. Dia pikir ini hanya sekedar guru yang benci pada muridnya yang nakal. Tapi ternyata lebih dari itu.
"Banyak orang luar yang mendesaknya untuk mengeluarkan Taeyong dari rajawali. Ya lo tau? Orang-orang berduit. Mereka nyogok kepala sekolah supaya gimanapun caranya taeyong bisa ditendang secara tidak hormat dari sekolah. Dengan begitu masa depan Taeyong tidak akan pernah cerah"
Junhoe terkekeh "tapi gue juga bingung, dewi fortuna selalu berpihak sama tuh anak. Banyak yang ingin dia mati tapi banyak juga yang ngelindungin dia"
Jisoo tidak mengerti, melindungi apanya sedangkan Taeyong tidak punya siapapun disekitarnya.
"Taeyong tuh tau banyak hal dari apa yang kita gapernah ngerti Jis. Dulu, gue sama anak anak berusaha gapeduli sama Taeyong, karena dia terlalu bahaya. Ya, anak sekolah mana sih, yang mau dikejar kejar preman mulu?" Junhoe menggeleng cepat
"gue juga gapernah mimpi, bakal mati muda. Makanya, gue cukup mengenal Taeyong aja tanpa ikut campur urusannya"
"T-terus?" Jisoo sudah berhenti terisak "k-kalo udah kaya gini. Aku harus gimana Jun?"
Junhoe mengedikan bahunya "ya lo pilih"
"Lo bertahan sama dia, yang setiap hari bakal babak belur. Yang setiap hari diincer preman. Atau lo stop disini dan balik sama hidup lo yang dulu? Gue bukannya nakut nakutin lo. Yang perlu lo tau, hidup lo gabakal sama lagi setelah lo nerima dia"
Junhoe melanjutkan sebelum Jisoo menjawab apapun "dia cinta sama lo, dia bener bener cinta sama lo. Gue cuma gamau lo php-in sahabat gue yang hidupnya udah setengah dineraka itu"