4. Abang Tingkat

3.2K 504 60
                                    


Dari minggu pertama Jisoo jadi murid SMA rajawali, dia udah dapet surat cinta dari secret admirernya.

Semua anak kelas satu tahu siapa cowok yang suka godain Jisoo.

Ya, siapa lagi kalo bukan Taeyong.

Tapi Jisoo yakin surat-surat itu bukan dari Taeyong. Soalnya, bahasanya baku banget dan romantis. Sedangkan Taeyong kan slengean, kalo ngomong juga kasar.

Lagipula tiap Jisoo baca surat-surat itu, ia pasti senyum-senyum sendiri.

"Oh.. jadi cewek lebih suka dikasih kertas yang isinya jiplakan kata-kata romantis dari novel, ketimbang usaha?" Taeyong tiba-tiba bersandar di ujung koridor sambil menghisap rokoknya.

Jisoo otomatis kelabakan lalu meletakkan kembali surat-surat itu didalam loker.

"Apasih kamu!" Sahutnya sedikit sewot.

Taeyong terkekeh, kemudian menginjak habis sisa rokoknya.

"Gue tau siapa yang naro surat-surat itu di dalam loker lo." Ucapnya membuat Jisoo mendelik,

"Siapa?"

"Eummm.." Taeyong pura-pura berpikir, tapi kemudian ia hanya mengedikan bahu dan berlalu.

"Taeyong!"

"Gue nggak mau ngasih tau! Ntar lo naksir dia lagi daripada gue."

"Iiih!"



*

Pernah nggak sih, kalian pertamakali suka sama orang. Dan saking sukanya, kalian nggak bisa bedain, orang yang kalian suka itu sebenernya nggak suka sama kita atau dia belum punya rasa suka sama kita?

Sama kayak Taeyong, senakal-nakalnya dia, dia itu masih nol besar kalo soal cinta.

Mungkin ia berkali-kali ditolak sama Jisoo. Tapi dia tidak sekalipun ngerasa galau.

Bagi Taeyong, kalo Jisoo masih nggak nganggep dia ada.

Berarti cara dia yang salah.

Tapi setelah kejadian di loker waktu itu, Taeyong udah gapernah gangguin Jisoo lagi.


"Gue nyerah ajalah ngejar Jisoo." Begitu katanya,

Mino yang lagi makan mie ayamnya berhenti. Menatap Taeyong kemudian mengangkat alis, "kenapa?"

"Capek bang." Celetuk Taeyong sambil merengut.

"Capek ditolak?"

"Capek tawuran bang."

Mino mengerjap beberapa kali, kemudian menatap bingung laki-laki itu, "terus hubungannya apa'an tawuran sama ngejar Jisoo?"

Sambil menghela nafas berat Taeyong mengacak rambutnya, "Jisoo nggak suka cowok nakal, dia sukanya cowok culun. Kayak anaknya kepsek."

"Wonwoo maksud lo?"

Taeyong mengangguk, "tiap hari tuh anak naro surat diem-diem di loker Jisoo."

"Lhah terus?" Mino berdecak remeh, "Ya masa' lo mau nyerah gara-gara gitu doang?"

Taeyong lagi-lagi diam, wajahnya masih terlihat sangat masam. Persis anak kecil yang nggak dibeli'in permen.

"Tapi Jisoo bisa senyum tiap baca suratnya."

Mino kembali meletakkan sendoknya, emang Taeyong tuh lebih suka sharing sama dia sejak mos beberapa minggu lalu. Dan Mino tidak keberatan dengan itu.

"Lo umur berapa sih yong?" Tanyanya sambil menopang dagu, "masih enem belas kan? Masih kecil. Jisoo juga, dia masih terlalu kecil buat paham isi surat itu."

Taeyong berlahan mendongak, serius mendengarkan Mino. "Walaupun gue nggak tau isi suratnya apa. Tapi kalian tuh cuma sekedar tahu kata cinta, suka, kamu baik, kamu cantik. Itu doang, tanpa tahu usahanya, efeknya, dan resikonya."

"Berarti gue juga dong bang?"

"Sekarang. gue nanya, kenapa lo pengen Jisoo jadi pacar lo?"

"Karena gue cinta sama dia." Jawab Taeyong yakin.

Tapi Mino kembali menggeleng, dan bertanya lagi, "gue tanya kenapa lo pengen Jisoo jadi-pacar-lo?!"

"Karena gue cinta-"

"Lo itu gangerti cinta! sekali lagi gue nanya-"

"Jisoo baik!" Jawab Taeyong pada akhirnya, "Jisoo baik.. dia satu-satunya orang yang pernah baik sama gue."

"Cuma karena pulpen?"Taeyong menggeleng,

"Pas awal gue pindah kesini, gue langsung ikut tawuran sama anak smp swasta. Gue gangerti mereka siapa, tapi gue ikut gabung aja tiba-tiba." Taeyong menghela nafas, mengatakan semuanya pada Mino."gue luka, dan gue ketemu Jisoo untuk yang pertama kali. Dia tiba-tiba ngasih plester.. dia masang plester itu sambil senyum."

Suara taeyong berlahan serak, tapi ia tak bisa menangis. "Gue tau mungkin bagi lo itu lebay, tapi dari kecil gue nggak punya siapa-siapa. Gue hidup dipanti, gue diangkat anak sama germo, gue kabur dan gue hidup sama preman. Nggak ada yang pernah ngasih obat kalo gue sakit, nggak ada yang pernah ngasih plester kalo gue tergores. Dan nggak ada yang pernah ngasih senyum, kalo gue ngerasa putus asa."

Taeyong menyedot ingusnya, tapi dia masih bisa mengontrol dirinya agar tidak menangis.

"Jadi pas gue ketemu Jisoo lagi disini, dan dia ngasih pinjem pulpennya. Gue yakin dia emang baik."

"Yong.." Mino akhirnya membuka suara, kembali mengulang pertanyaan yang sama. "Jadi, kenapa lo pengen Jisoo jadi pacar lo?"


































"Karena gue butuh dia di hidup gue."






BLAME [ LTY x JS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang