Sepulang sekolah Millen langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur kesayangannya. Ia merasa bahagia sekali hari ini. Millen bangkit dari kasur dan langsung merogoh saku rok osisnya ia mengeluarkan sapu tangan berwarna biru yang bertuliskan Afkar. Millen mencium sapu tangan dan harumnya mengingatkannya pada Afkar.
Millen memanggil asisten rumahnya Bi an. Bi an telah menjadi asisten rumah tangga keluarga Millen jauh sebelum Millen dilahirkan. "Bi an" teriak Millen dari dalam kamarnya
"Iya non ada yang bisa bibi bantu?" ucap Bi an yang langsung masuk kedalam kamar Millen karena memang pintu kamarnya tak ditutup.
"Millen mau nanya Bi detergen sama pengharum pakaian masih ada engga" kata Millen pelan.
"Lah si enon tumben nanya-nanya kaya gitu. Kenapa atuh non?" tanya Bi an dengan tatapan bingung.
"Hehe gapapa bi" kata Millen cengengesan.
"Yaudah atuh non bibi teh mau beberes lagi nyak" kata Bi an meninggalkan kamarku
Millen pun berjalan menuju tempat cucian. Sebenarnya bisa saja Millen menyuruh Bi an untuk mencuci sapu tangan milik Afkar namun perasaannya berkata bahwa ia akan mencucinya sendiri. Aneh sih padahal sapu tangan biasa tapi entah kenapa baginya itu istimewa.
❤❤❤
Malampun tiba seperti biasa Afkar sedang berada di caffe milik omnya Fathan. Afkar tak sendirian ia bersama kawan-kawannya namun Dika sampai sekarang tak menampakan batang hidungnya. Sedari tadi Afkar mengaduk-aduk minumannya menggunakan sedotan yang tersedia.
"Kar loe kenapa lagi sih? Kan udah gue bilang jangan galau mulu kali bro. Loe kaga liat apah daritadi cewe disini pada liatin loe semua emangnya kaga ada yang nyangkut gitu dihati loe?" kata Ilham menepuk pelan bahu Afkar karna memang posisi mereka duduk bersebelahan. Afkar tak bergeming sedikitpun.
"Astajim Ham loe ngomong sama patung kali bukan sama Afkar orang daritadi si Afkar kaga ngrespon omongan loe" kata Fathan yang asik memakan nasi goreng pesanannya.
"Loe bener Than. Lah satu cecunguk kok belum nongol-nongol sih? Masa iya doi nyasar kan kita udah sering kesini" nyerocos Ilham yang celingkukan mencari keberadaan Dika.
"Udah sante aja ntar tuh anak juga dateng" kata Fathan.
Terlihat dari ujung pintu caffe seorang pemuda yang rada gesrek memasuki area caffe dan melambaikan tangannya. Pemuda itu melangkah mendekati meja dimana terdapat Afkar dkk.
"Hallo bro gue kaga telat kan sori yee tadi ada banci didepan komplek gue. Jadinya gue nunggu tuh banci pergi dulu. Daripada ntar gue diajak dia ngamen lagi kan gue udah tobat" ucap Dika langsung duduk disamping Fathan.
"Lah ngapa elu kaga ikut dia aja. Ngga papa kali loe kembali kehabitat loe hahaha" kata Fathan cengengesan.
"Tai loe Than emang elu mau punya temen bencong hah?" tanya Dika menampilkan muka gaharnya.
"Ya kaga lah ntar gue ketularan bencong" kata Fathan.
"Nah dari itu gue kaga mau ikut-ikutan bencongan lagi" kata Dika santai langsung mengambil minuman milik Fathan dan meminumnya hampir abis.
"Ehh anjing minuman gue ngapain loe minum babi" kata Fathan merebut minumannya itu.
"Etdah loe kalo ngomong yang bener kali Than anjing ya anjing aja kaga usah make babi segala" kata Ilham nimbrung.
"Bener noh kaya Ilham dengerin nyet dengerin" kata Dika meledek Fathan.
"Gue duluan" kata Afkar meninggalkan teman-temannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/105485298-288-k802790.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
VULNERE
Teen Fiction[ WARNING BANYAK TERDAPAT KATA-KATA YANG KASAR ] Afkar Reymond Zeroun merupakan memiliki kepribadian yang dingin, jarang tersenyum, irit bicara, namun banyak digandrungi siswi disekolahannya karena memiliki wajah diatas rata-rata. Millenia Ayunda Wi...