VULNERE - ENAM

106 14 4
                                    

Jatuh cinta itu ngga sakit, kecuali kita jatuh cinta sama orang yang sama sekali ngga pernah melihat kita itu ada.
-

Millenia Ayunda Wijaya

❤❤❤

Sepulang dari rumah kediaman neneknya. Afkar tidak langsung kembali kerumahnya. Ia pergi kerumah Ilham. Karena tadi siang Ilham mengirim pesan kalau nanti malam Dika dan Fathan akan berkumpul dirumahnya.

Motor sport Afkar nemembus dinginnya malam. Suasana sepi menyeruak padahal masih jam 8 malam tapi ditempat ini terlihat begitu sepi hanya ada beberapa kendaraan yang lalu lalang.

Dari kejauhan Afkar melihat seorang perempuan sedang digoda oleh 2 preman berotot besar. Afkar mendekati perempuan itu ia seperti mengenal siapa perempuan yamg sedang di goda 2 preman berotot itu. Afkar memarkirkan motornya, ia turun dari motornya kemudian ia melepas helm yang menempel dikepalanya dan dia lempar helm itu kearah preman yang hendak membawa perempuan itu.

"Brengsek lepasin itu cewek!!" Bentak Afkar.

"Wah anak ingusan ngapain lo disini? Mau jadi pahlawan kesiangan lo?" ucap Preman 1

"Banyak bacot lo" ucap Afkar kemudian menyerang mereka berdua. Jangan remehkan kemampuan bela diri Afkar, ia pernah menjuarai karate waktu kelas 10 walaupun sekarang ia sudah vakum dari club karate bukan berarti ia sudah tak bisa bela diri lagi.

Pukulan demi pukulan Afkar berikan kepada kedua preman itu. Sudah lama Afkar tak pernah berantem seperti ini. Ini merupakan pemanasan bagi seorang Afkar Reymond Zeroun. Afkar yang tak bisa berkilah akhirnya tertonjok sudut bibirnya membuat ia jatuh tersungkur ditanah.

❤❤❤

Sepulang dari supermarket Millen berjalan kaki menuju rumahnya. Biasanya ia tidak pernah melewati jalan ini. Namun entah mengapa kakinya terus saja berjalan kearah jalan ini. Ia terus berdoa dalam hatinya agar tidak terjadi apa-apa dijalan nanti. Namun tiba-tiba dari arah berlawan ia melihat 2 orang preman yang berjalan kearahnya. Millen berbalik dan berjalan cepat namun ia kalah cepat dengan kedua preman itu yang kini sudah berada tepat didepannya.

"Pe.. Permisi bang saya mau lewat" ucap Millen dengan suara gemetar.

"Wahh cantik juga nih bocah" ucap Preman bertato kuda ditangan sebelah kanannya.

Preman-preman itu mendekat ke arah ke arah Millen membuat Millen memundurkan langkahnya sedikit demi sedikit. Tiba-tiba saja kedua Preman itu memegang kedua tangan Millen agar Millen tiba pergi kemana-kemana. Dengan posisi ketakutan Millen minta dilepas oleh para Preman itu. Salah satu Preman itu membelai pelan wajah mulus Millen menggunakan tangan kanannya yang terlihat kasar. Millen semakin menggigit bibir bawahnya ketakutan.

"Abang ngga bakal bikin neng kesakitan kok jadi neng nurut ajah sama abang yah" ucap Preman bertato itu ketika membelai wajah Millen.

"Bang lepasin saya, saya mohon" ucap Millen dengan nada bergetar kemudian meneteskan air matanya.

"Diem deh lo kaga usah mewek segala. Ayuh Bon kita bawa tuh cewe ke tempat yang lebih sepi dari ini" ucap Preman berotot lebih besar daripada Preman bertato itu.

Preman bertato yang disebut Bon itu hanya mengangguk. Millen terus meronta dan menangis membuat baju yang ia kenakan robek akibat dirinya ingin melepaskan diri dari kedua preman tersebut. Ia ketakutan dalam hatinya ia berdoa supaya ada yang menolongnya. Millen menutup matanya ketakutan tanpa ia sadari kedua Preman itu melepaskan peganggannya dari tubuh Millen. Millen yang masih ketakutan hanya mampu berlari bersembunyi dibalik gedung kosong, ia berjongkok dan memeluk kedua lututnya. Suara isaknya semakin terdengar jelas ketika suara perkelahian ia dengar begitu jelas. Bayang-bayang masa lalunya muncul dipikiran Millen bagaikan sebuah film yang tak ada habisnya. Dimana kembaran laki-lakinya mati terbunuh akibat dipukuli preman 1 tahun lalu. Saat itu Millen melihat sendiri kejadian itu mengakibatkan ia trauma.

VULNERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang