VULNERE - LIMA

94 18 4
                                    

Afkar masuk kedalam kediaman sang nenek. Ia kini berada di salah satu kamar yang biasa ia tempati ketika di Bogor. Afkar merebahkan tubuhnya diatas kasur. Ia ingin mengetahui apa orang tuanya akan memarahi anaknya pada umumnya ketika mengetahui anaknya bolos sekolah. Senyum sinis keluar dari bibir Afkar. Memikirkan hal seperti membuatnya muak.

Pintu kamarnya terbuka ia melihat sang nenek membawakan coklat hangat dan beberapa makanan ringan lainnya. Nenek menaruh makanan beserta minum di meja. Ia berjalan menghampiri cucunya yang sedang rebahan diatas kasur.

"Kamu ada masalah? Biasanya kalo ada masalah kamu selalu kerumah Nenek" tanya Nenek membelai pelan kepala Afkar. Afkar merupakan cucu kesayangannya.

"Biasa" ucap Afkar datar.

"Orang tua kamu kerja banting tulang buat kamu sayang. Mereka sebenarnya sayang sama kamu, hanya saja cara mereka salah. Mereka pikir dengan uang kamu akan bahagia" ucap Nenek. Ia sedih melihat kondisi cucunya yang kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya.

"Aku ngga butuh harga yang melimpah Nek aku butuh mereka yang support aku, yang selalu marahin aku kalau aku berbuat salah" ucap Afkar pelan.

"Sudah sudah jangan bahas itu. Kamu harus nyari kesibukan sendiri biar tidak terus memikirkan orang tuamu seperti ini. Yang penting kamu doain mereka supaya bisnisnya lancar, semoga mereka sehat terus dan mereka bisa kembali ke rumah seperti yang kamu mau" ucap Nenek memandang kasing sayang Afkar. "Ahh iya kamu sudah berumur 17 tahun loh Kar udah punya pacar belum inih" tanya Nenek mengalihkan pembicaraan.

Afkar bangkit dari tidurnya, ia duduk dengan kedua kakinya disilakan diatas kasur. "Buat apa sih Nek punya pacar? Cewek cuma bisa bikin sakit hati doang" ucap Afkar.

"Hush jangan ngomong begitu. Kamu harus cari perempuan yang benar-benar kamu sukai biar nantinya kamu ngga kesepian. Biar perempuan itu menghiasi hari kamu yang suram ini. Perasaan kamu ganteng loh tapi kenapa belum punya pacar? Kamu masih suka perempuan kan Kar?" ledek sang Nenek.

"Aku masih normal Nek" ucap Afkar memutar kedua bola matanya malas.

"Mangkanya cari pacar biar Nenek percaya sama omongan kamu" ucap Nenek meninggalkan Afkar dikamar sendirian lagi.

Pacar? Sepenting apasih? Ngga penting buat apa terikat dalam sebuah hubungan yang ngga jelas seperti itu. Tapi kalo punya pacar hidupnya lebih berwarna kenapa engga? Tapi siapa? Bahkan ia masih belum bisa melupakan Bella dan luka yang Bella berikan itu. Afkar melupakan kata-kata dari sang Nenek untuk mempunyai pacar. Ia belum berpikir untuk berpacaran untuk kali ini. Ia belum siap menerima luka lain lagi dihatinya.

❤❤❤

Seperti niatnya tadi malam ia akan mengembalikan sapu tangan milik Afkar. Millen berada dikoridor kelas Afkar tinggal beberapa langkah lagi ia akan sampai didepan kelas Afkar. XI IPA 4 kelas Afkar. Kelas Afkar terkenal dengan kelas anak-anak bandel. Seperti sekarang ia melihat teman-teman Afkar tengah mengadakan konser dadakan mereka di dalam kelas. Sambil memantapkan dirinya ia berjalan menuju kedalam kelas Afkar.

"Permisi" ucap Millen pelan.

Konser dadakan itu terhenti. Dika berlari menuju ke arah Millen. "Lo sendirian dimana Lisa?" tanya Dika pada Millen.

"Dia di kelasnya. Oh iya Afkar dimana?" tanya Millen. Dika mengerutkan dahinya "Tumben lo nyariin manusia kutub. Ntar pawangnya marah loh" ledek Dika pada Millen.

"Pawang? Maksud lo siapa" tanya Millen. "Siapa lagi kalau bukan Si Roni. Doi kan pacar lo Mil" ucap Dika santai membuat Millen melotot. Roni itu kapten basket di sekolahnya Millen pernah menyukai Roni pada saat kelas 10 tapi ketika ia mendengar kabar Roni berpacaran dengan kakak angkatannya. Ia memilih untuk mundur padahal hubungan keduanya dulu sudah dikatakan cukup dekat.

VULNERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang