Perkelahian Jagad dan ke 13 mahasiswa yang entah berasal dari fakultas mana, sama sekali tidak menjadi beban pikiran buatnya. Jagad merasa, hal itu enggak ada hubungannya dengan usahanya saat ini mengungkap pelaku pembunuhan Imam.
Tapi itu menurutnya, saat ini ke 13 mahasiswa itu sedang memupuk dendam dan menanti kemunculan Jagad dan kawan-kawan. Mereka juga enggak tau Jagad cs ini anak fakultas mana. Pokoknya mereka mau balas dendam.
Enggak terima aja coy, masa mereka bertiga belas dan malah kalah, babak belur lagi. Senior mereka malah nambah nonjokin mereka saat mereka melaporkan diri ke fakultasnya.
"Banci lo pada." Teriak Rinda, salah satu petarung tangguh Fakultas Pertanian. Gawat nih, sepertinya Jagad cs salah milih lawan. Pertanian cukup disegani di kampus Jagad. Mereka emang jarang terlibat bentrok tapi jarang juga ada yang bisa ngalahin sekali mereka ikut.
Ppaakkk ppakkk ppaakk
Bunyi tamparan tangan Rinda yang menyapa pipi ke 13 juniornya itu.
"Sekarang lo pada balik nyariin mereka. Gue enggak mau tau, pokoknya kalian harus balas perbuatan mereka. Kalahin mereka dan kalian boleh balik lagi ke sini ngelanjutin kuliah kalian." Perintah Rinda dengan emosi yang mendidih.
"Siap kak." Jawab juniornya bersamaan lalu bergegas pergi.
Ketiga belas junior Rinda itu melangkah menuju perpustakaan umum kampus yang letaknya paling strategis karena berada di bagian tengah kampus.
Dari sana mereka bisa mengamati mahasiswa yang lalu lalang. Udah seminggu sejak Jagad cs ngalahin mereka dengan gagah berani. Mereka masih bisa ingat bagaimana hinanya mereka dipermalukan sama 4 orang aja.
Pengamatan mereka memakan waktu berjam-jam sampai salah satu dari mereka mengenali wajah seorang mahasiswa yang sekarang melintasi mereka.
"Eh, itu tuh orangnya." Kata salah satu dari mereka yang mengenali wajah Bumbum.
12 temannya langsung bangkit berlari kecil menyusul Bumbum yang lagi melangkah santai.
"Woi...." Teriak salah satu mereka yang berjalan paling depan. Mukanya cukup garang.
"Woi..."
Bumbum belum sadar kalo dia yang diteriakin. Kawanan itu pun mempercepat langkah dan langsung mengepung Bumbum.
"Woi, lo budek apa?" Kata salah satu dari mereka lagi.
Bumbum baru tersadar kalo teriakan itu ditujukan buat dia. Bumbum mengedarkan pandangannya ke tiga belas mahasiswa yang mengelilinginya hingga tubuhnya berputar di tempat.
"Kenapa nih?" Tanya Bumbum polos belum mengingat wajah mereka.
"Lo enggak inget kita?" Tanya salah satu dari mereka memegang bahu Bumbum dan seringainya mengembang sadis.
"Sikat." Teriaknya.
Kawanannya pun serentak melayangkan pukulan dan tendangan ke tubuh Bumbum.
"Woi, apa nih?" Teriak Bumbum kaget dengan pukulan yang tiba-tiba ia terima dari mereka.
Bumbum berusaha membalas tapi sayangnya mereka terlalu banyak.
Dua orang di belakang Bumbum memegang dan menahan tubuhnya hingga ia enggak bisa melakukan perlawanan.
"Kampret, arghh...." Teriak Bumbum geram.
Lawannya enggak menggubris teriakannya. Mereka terus saja menghajar Bumbum tanpa ampun.
"Arghh, banci lo pada." Teriak Bumbum kesal merasa pertarungan ini enggak adil karena mereka keroyokan.
Lawannya malah tersenyum dan kembali memukuli Bumbum penuh semangat. Mereka merasa tertantang dengan kemampuan tubuh Bumbum bertahan menerima pukulan.