Diputuskan sepihak atau tanpa tau sebabnya tentu jadi hal yang sangat memilukan yah gaes. Memilukan sekaligus bikin penasaran resah gelisah tak menentu kayaknya. Kayak BAB yang enggak mau keluar. Rasanya kayak gimana gitu.
Tentu Jagad lagi ngerasain hal itu sekarang. Otaknya bekerja ekstra sepulangnya dari tempat kejadian perkara. Malam ia lewatkan kembali tanpa tidur sedikitpun.
Benaknya menduga-duga banyak kemungkinan tapi tak satupun yang mengarah ke Wita. Kemungkinan terbesar yang muncul di benak Jagad cuma Adelia yang kehilangan kesabaran menantinya.
"Mungkin dia udah enggak sanggup bertahan." Hal itu yang berulang-ulang di benaknya.
Karena tak mau dianggap enggak peka, pagi-pagi buta Jagad udah nongkrong di parkiran kedokteran. Dengan kantung mata yang menghitam, Jagad seksama mengamati kondisi jalan kampus.
Rasa penasarannya masih setinggi Semeru. Sambil menanti kedatangan sang pujaan hati, benaknya kembali mencari alasan kenapa Adelia mutusin dia semalam.
Tangannya meraba saku jaket dan mengeluarkan sebungkus rokok. Dia menarik sebatang, menyalakannya dan mulai mengisapnya perlahan. Jagad tampak sangat serius dan auranya yang keren itu kalo lagi serius menyeruak gagah di sekelilingnya.
Sekitar setengah 9 pagi, yang ditunggupun datang. Jagad mendongak ke arah mobil Adelia yang perlahan memasuki area parkiran. Biasanya kalo adegan dramatis kayak gini, cuaca mendung. Tapi kali ini gue kasih salju, hehehe. Panas yah gaes, cuaca cerah hari ini.
Jagad beranjak dari tempat duduknya lalu melangkah cepat mendekati mobil Adelia. Bisa dia lihat ekspresi Adelia yang sama kusutnya. Adelia membuka pintu mobilnya sembari membereskan barang-barang yang akan dia bawa ke dalam kampus.
Batin Jagad kian tersiksa dengan tambahan siksaan yang diberikan Adelia. Pagi ini, meski tanpa ekspresi semangat hidup, kecantikan Adelia melampaui kecantikan Raisa. Untuk pertama kalinya gue akui ada yang ngalahin kecantikan idola gue.
Jagad kian mendekat dan pandangan Adelia pun akhirnya menangkap sosoknya ketika Adelia hendak keluar dari mobilnya. Mereka bertemu pandang sejenak. Tatapan mereka sama-sama sendu. Lalu Adelia memutuskan membuang tatapannya dan melanjutkan langkahnya.
"Del.." Lirih Jagad pelan. Adelia tidak menggubrisnya.
"Adelia" Kata Jagad datar. Gue suka nih cowok yang tetap cool kayak gini meski enggak terima diputusin gitu aja. Jangan ngemis Gad.
"Adelia." Jagad mempercepat langkahnya menyusul adelia lalu menahan lengannya.
"Bentar aja." Tuturnya datar. Adelia tampak malas saat tubuhnya berbalik menatap Jagad. Jagad menghela nafas pelan.
"Kamu mau putus terserah tapi setidaknya kasih tau gue kenapa." Pinta Jagad. Tatapannya tajam menusuk hati Adelia yang sebenarnya enggak mampu putus dari Jagad man.
Adelia menarik rambutnya ke belakang dan membuang tatapannya dari wajah Jagad. Wajah yang selalu membuatnya tergila-gila.
"Aku pengen putus aja." Ujar Adelia cuek. Jagad tersenyum sinis mendengarnya.
"Enggak ada Del yang namanya aku pengen putus aja." Protes Jagad. Ia melangkah lebih dekat dan meraih wajah Adelia dengan kedua tangannya. Adelia dibuat grogi dengan jarak wajah mereka yang cukup dekat. Dan juga kehangatan telapak tangan Jagad yang melekat di pipinya membuatnya hampir kehilangan konsistensi.
Jagad pun seperti tau, dia semakin dalam menatap Adelia.
"Kamu kenapa sayang? Cerita ke gue." Bisik Jagad pelan. Seperti tersadar bahaya yang mengintainya, Adelia mengalihkan pandangannya lagi dan menarik kedua tangan Jagad menjauh dari pipinya.