Lamunan panjang sedang menyertai langkah Jagad belakangan ini. Apa betul Gunawan yang menyuruh orang untuk membunuh Imam?
Setiap kali Adelia duduk di sampingnya, Jagad selalu menatapnya lemah. Seakan ia menolak untuk percaya.
Jagad belum siap kalau harus mengejar Gunawan. Bagaimanapun juga dia orang tua dari kekasihnya. Jagad masih ingin mewujudkan mimpi kecilnya bersama Adelia. Mimpi itu masih hangat.
Jagad tidak mungkin menyepelekannya begitu saja. Jagad bingung harus melangkah ke mana lagi untuk mencari jawaban yang ia cari. Membicarakannya ke Adelia jelas jauh lebih sensitif lagi.
"Gad, kamu kenapa?" Tanya Adelia lembut melihat tatapan sendu Jagad.
Jagad hanya tersenyum lemah.
"Kamu kenapa sayang?" Batin Jagad remuk menerima tatapan khawatir Adelia yang seperti tahu isi kepalanya.
"Enggak, enggak papa." Jagad mengecup kening Adelia untuk menyembunyikan keresahannya. Adelia masih pengen bertanya tapi urung melihat ekspresi wajah Jagad yang sangat sendu.
Adelia hanya berharap kekasihnya baik-baik saja. Dan hubungan mereka bisa terus berjalan seperti yang mereka impikan.
Untuk sedikit menjawab keresahannya, Jagad memberanikan diri mendatangi Erma di kantornya. Meski keberadaan Erma masih belum jelas di sana, Jagad optimis saja. Kalo toh calon mertuanya enggak ada di kantor, dia bisa balik lagi ke kampus.
"Maaf mas mau ketemu siapa?" Tanya petugas keamanan di gerbang depan kementrian keuangan.
"Mau ketemu Ibu Ermawati, Pak." Petugas keamanan itu melirik teman jaganya. Mungkin dia heran, ada perlu apa anak muda ini mencari orang tersibuk di negeri ini? Berondongnya kali yah? Tebak petugas keamanannya sedikit curiga.
"Nama mas siapa?"
"Jagad Setiawan."
"Sudah ada janji untuk bertemu beliau hari ini?"
"Belum, Pak, tapi Bapak bisa menyampaikan nama saya ke Ibu Erma dan mengatakan ada sedikit keperluan mendesak yang harus saya bicarakan dengan beliau."
"Baik, tunggu sebentar, Mas." Petugas keamanannya mengangkat telpon yang ada di pos securitynya dan menghubungi seseorang di dalam sana.
Jagad menantinya dengan sabar.
"Silahkan masuk, Mas, untuk prosedur keamanan gedung, silahkan tinggalkan tanda pengenal dan semua barang bawaan anda di sini." Jelas petugas keamanannya.
"Baik, Pak." Jagad menurutinya dengan mengeluarkan kartu identitasnya dan menyerahkan ransel yang di bawanya. Sebelum Jagad masuk, petugas keamanan masih melakukan body check lagi.
Setelah dinyatakan bersih, Jagad melenggang ke areal kementrian keuangan dan memasuki gedung utamanya.
Di pintu masuk, Jagad telah di tunggu oleh dua orang dengan tampilan layaknya agen khusus untuk mengawalnya ke ruangan Erma.
"Oh, Jagad. Mari masuk. Maaf dengan semua proseduralnya yah." Sambut Erma hangat ketika Jagad masuk ke dalam ruangannya.
"Enggak papa, Tante." Jawab Jagad ramah. Kedua pengawal itu meninggalkan ruangan setelah Erma memberi kode lewat alisnya.
"Terus, wow, ada hal mendesak apa yang harus saya dengar dari kamu sehingga mengharuskan saya meninggalkan beberapa pekerjaan penting saya?" Tekan Erma seperti tak ingin membiarkan Jagad asal menyebut alasan agar ia bisa bertemu Erma.
Soal Jagad, asumsi awal Erma soal kedatangannya hanya di sekitaran Adelia. Paling mau curhat soal hubungan mereka aja.
"Maaf, Tante. Saya tidak ada maksud mau mengganggu kesibukan, Tante. Tapi...." omongan Jagad terhenti disitu.