Bring Step: Damn That River

92 4 0
                                    

Pertaruhannya dimulai. Jagad menyambangi Rinda di Agrotek. Tanpa pengawalan. Pertemuan personal yang Jagad harap bisa menyentuh hatinya dan membuahkan hasil.

Sepanjang sejarah perkuliahan di mana pun itu, belum pernah yang namanya Teknik berkolaborasi dengan fakultas lain. Selain karena Teknik di kenal garang, Teknik memang cenderung tidak bisa akur dengan fakultas lain.

Impian Imam bukanlah mustahil untuk diwujudkan sekarang. Tinggal bagaimana Jagad melakukannya. Bisakah dia menaklukkan hati mahasiswa dari fakultas lain?

"Rinda..." Sapa Jagad saat menghampirinya di ruang himpunan Pertanian. Rinda tidak menjawab. Tatapannya seperti lupa-lupa ingat dengan wajah manis yang sekarang berdiri di hadapannya.

"Masih inget gue kan?" Tatapan Rinda segera melonjak kaget saat mengingat sosoknya.

"Lo..." Jagad menggerakkan tangannya sedikit ke atas tanda ia tidak bermaksud berbuat onar.

"Tenang, gue datang dengan damai."

"Hah, damai. Luka di wajah gue baru saja mengatakan itu. Kita akan berdamai kalo gue udah ngancurin wajah sialan lo itu." Rinda naik pitam. Tubuhnya udah bergerak menghampiri Jagad dengan mata yang melotot.

"Gue datang dengan damai." Jagad masih berusaha menenangkannya.

"Iya, dan apa maksud 'damai' lo ini?" Rinda masih tidak bersahabat.

"Gue enggak ada niat berseberangan dengan Agrotek. Lo tau itu." Terang Jagad.

"Yang gue tau, memar di pipi gue ini karena tangan kiri lo. Luka di pelipis gue ini karena tangan kanan lo. Dan gigi, gigi gue yang patah ini karena sepakan keras elo. So, apa yang membuat lo berpikir untuk datang ke sini seorang diri sementara gusi gue nih, masih nyut nyut..." Rinda terlihat membutuhkan perawatan medis bukan proposal damai.

"Lo tau bagaimana perang berakhir. Lo pejuang, gue juga pejuang. Hal seperti ini biasa dalam pertarungan."

"Oh hahahahaha" Tawa keras Rinda menarik perhatian kawanannya datang mendekat. Sekarang Jagad bak di tengah kawanan serigala yang siap mengoyak tubuhnya.

"Woi, anak ini anak Teknik yang mimpin gangster kemarin itu ngancurin fakultas kita." Teriak Rinda membagikan info perihal sosok di hadapannya. Kawanannya mulai terlihat geram mendengar info pemimpinnya.

"Nih anak datang seorang diri ke sini setelah membuat kita semua babak belur. Kira-kira enaknya diapain?" Tambah Rinda. Emosi kawanannya kian tersulut.

"Bakar aja, Kak." Teriak salah satu mereka.

"Potong usus 12 jarinya" buset dah.

"Laporin polisi aja, Kak." Di antara semua usul gila mereka, usul ini yang paling nyeleneh. Emang Jagad maling apa?

"Tenang dulu." Ucap Jagad.

"No, kita baru akan tenang setelah tubuh lo kita kremasi." Jawab Rinda.

"Bisa enggak kita ngomong berdua?" Jagad terus berusaha membujuknya.

"No..." Telunjuk Rinda bermain di wajah Jagad.

"Yang bisa, kita mati berdua." Tambah Rinda.

JAGAD RAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang