Lose Step: Di Udara

68 5 0
                                    

"Halo..." Suara Alan menyapa telinga Jagad pagi ini lewat sambungan telepon.

"Iya." Jawab Jagad datar.

"Kapan bisa ketemu?"

"Kenapa?"

"Ada yang harus saya tunjukin ke kamu." Jagad terdiam sejenak.

"Besok, jam 10 pagi di teras masjid kampus." Kata Jagad.

"Ok." Alan menutup pembicaraan singkat mereka.

"Alan pengen nunjukin apa?" Batin Jagad. Jagad menerawang beberapa hal.

"Semoga saja hal baik." Ucapnya lalu melanjutkan rencananya ke kamar mandi.

-------------------

Seperti yang dijanjikan, Jagad dan Alan bertemu di teras masjid kampus tepat jam 10 pagi. Alan ditemani ketua BEM Sospol yang baru, Sigit. Dan Jagad dikawal Bumbum.

Pertemuan mereka diliputi ketegangan yang bahkan ngalahin tegangnya di marahin sama pak ustad.

Bumbum dan Sigit pun seperti saling menaruh curiga satu sama lain. Mata mereka saling mengawasi dengan tajam dan ekspresinya kaku total. Ngalahin kerasnya beton.

"Lo pengen nunjukin apa?" Tanya Jagad penasaran.

"Bukan bukti sih tapi saya rasa bisa cukup membantu." Jawab Alan sembari menyodorkan gadgetnya yang sudah dilengkapi earphone.

Jagad meraih earphone alan. Tangannya menyentuh tombol play.

Pokoknya saya tidak mau tau, segera singkirkan Jagad.

Mata Jagad membulat mendengar serangkaian kalimat dari rekaman milik Alan. Jagad merasa familiar dengan suara itu. Ia menatap Alan seakan mencari jawab di sana tapi Alan tidak menggubrisnya dan seakan berkata "lanjutin aja dulu."

Tapi bos, dia selalu dikawal. Jawab suara lainnya dalam rekaman itu.

Argh, kamu cari orang buat bantuin dia. Kalo perlu buat dia seperti ketua himpunan sebelumnya! Seru suara yang sepertinya milik Esa. Tubuh Jagad sontak menegang.

Tapi bos...

Arghhhh, udah sana. Usir Esa sekaligus jadi kalimat penutupnya dalam rekaman suara itu.

Jagad melepas earphonenya lalu menyerahkannya kembali ke Alan.

"Dari mana lo dapat rekaman ini?" Kejar Jagad.

"Ruangan Dekan Teknik." Jawab Alan santai. Senyum merendahkannya mengembang.

"Emang kamu pikir, kamu aja yang bisa nyusup ke ruang dosen fakultas lain?" Bisik Alan.

"Berarti enggak salah lagi, itu suara Pak Esa." Kata Jagad.

"Yup, enggak salah lagi."

"Dan yang satunya?" Selidik Jagad udah enggak sabaran.

"Kamu tenang dulu, kalo pun kita tau pemilik suara yang satunya lagi, kamu mau apa?" Alan berusaha menenangkan Jagad.

"Rekaman tadi enggak ngebuktiin apa-apa. Apa? Pembunuh Imam? Belum tentu. Kebetulan aja alur pembicaraan mereka sama." Terang Alan dengan sangat tenang.

"Tapi...."

"Tapi apa?"

"Rekaman ini bisa membantu kita membatasi pandangan dalam mencari pembunuh Imam. Setidaknya, dengan rekaman ini kita bisa mulai pencarian lewat dekan kamu sendiri." Terang Alan. Jagad tersenyum sinis.

JAGAD RAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang