Chapter ini gue dedikasiin buat the real Andi Syachreza yang aslinya tentu enggak secemen tokohnya dalam novel ini. You're the best brada. Keep it strong n make it loud.
----------------------------------------------------------------------
Adelia bersiap menghakimi Jagad atas tuduhan penyalahgunaan wewenang sebagai kekasih. Kok gue ketular asal ngomongnya Wita yah? Pokoknya Adelia lagi nyiapin semua pertanyaan yang akan dia ajukan saat bertemu Jagad.
Adelia sengaja enggak ngambil tindakan saat matanya menangkap basah sang kekasih sedang asik menemani selingkuhannya belanja. Dia enggak senorak itu. Banyak kesempatan yang lebih baik yang akan ia gunakan untuk meminta penjelasan.
Salah satunya siang ini, Adelia langsung menuju kos Jagad ketika melihat mereka sudah meninggalkan toko buku. Tapi ada satu hal lagi yang bikin kekesalan Adelia menggunung. Yup, matanya menangkap sosok Bumbum masih asik tidur di atas tempat kesayangannya. Adelia enggak rela ada orang lain yang melukis bantal Jagad. Lukisannya abstrak lagi. Main asal hambur aja.
Jagad pergi enggak bangunin Bumbum, pintu kamarnya ditutup biasa aja. Jadi siapa aja bisa masuk ke dalam kamar Jagad. Bukannya takabur, mau nyolong apa juga? Gitarnya dalam lemari di gembok. Barang berharga lainnya, paling cuma keyboard yang enggak mungkin maling mau nenteng barang itu siang bolong.
Adelia menatap kesal wajah Bumbum. Wajahnya yang minta ditangisi ini, seperti bensin yang disiram ke dalam api. Merusak suasana hati aja. Pantesnya, wajah pulas Bumbum yang lagi tidur ini bukan di dalam kamar tapi di balik jeruji besi. Pas deh mukanya.
Adelia memilih keluar kembali dan menunggu Jagad sambil bermain ayunan. Lama-lama natap Bumbum, Adelia bisa kena kolesterol.
Adelia duduk manis menggerakkan pelan ayunan yang ia duduki. Matanya seperti enggak sabar nungguin Jagad lagi.
Sumpah, di bawah kombinasi terik mentari dan hangatnya cinta yang dia miliki, di pandang dari sudut manapun Adelia memang cantik.
Lalu tibalah yang dinanti. Motor Jagad masuk ke halaman kosnya dan menatap heran ke arah Adelia. Keningnya mengkerut ketika helm yang ia gunakan dilepas.
"Del..." Tegurnya heran melihat Adelia datang ke kosnya.
"Ngapain di situ?" Tanyanya lagi.
Langkahnya perlahan mendekati Adelia.
"Ngapain lagi coba kalo bukan nungguin kamu?" Jawab Adelia jutek.
Jagad semakin mengkerutkan keningnya. Heran dengan tingkah kekasihnya ini yang tiba-tiba datang dan jutek padanya. Batin Jagad menimbang, ini ada apa lagi nih?
"Terus kenapa enggak tunggu di dalam aja?" Tanya Jagad. Kini ia berdiri tepat di samping Adelia.
"Males liat kebo ngacak-ngacak kasur kamu." Tuturnya kesal tanpa mau memandang Jagad. Jagad duduk di sampingnya dan menatapnya.
"Terus kamu kenapa?" Tanyanya pelan.
"Aku kenapa? Salah yah kalo aku dateng ke sini?" Adelia menunjukkan egonya.
"Enggak. Kenapa sih jutek banget?" Tanya Jagad penasaran.
"Enggak. Kamu aja tuh yang sensitif."
Jagad tersenyum enggak percaya dengan tuduhan Adelia. Dia baru saja datang dan udah dapat tuduhan sensitif.
"Kamu kenapa sih Del?" Tanya Jagad lembut.
Dia tahu sesuatu pasti sedang mengganggu suasana hati kekasihnya itu.