Episode 9 - Kita Bicara Cinta

348 10 0
                                    

Untuk cinta itu urusan takut. Saat kamu jatuh cinta. Saat itu jugalah patah hati paling sengaja. Cinta adalah anugrah. Namun kadang orang tak kuasa menjangkaunya. Bagi seorang laki laki. Jatuh cinta adalah soal nomor dua setelah soal bermain . Kadang kala laki laki punya kebimbangan untuk cinta.

Seperti temanku yudi. Anak paling gagah seantreo kelas dua di SMA ku. Sangat suka bermain basket. Ya olahraga paling seksi menurut perempuan di kotaku. Yudi juga anggota tim.

Aku bukan pemain basket. Namun seperti yang kamu tahu. Saat ini aku pacaran dengan Tia. Hari itu dia menyuruhku agar masuk jadi tim basket. Aku menolak tapi Tia memaksa. Alhasil aku ikut test pemain basket. Dan akhirnya masuk tim sebagai staf official dengan tugas khusus. Menyapu lapangan basket.

Hari itu latihan terakhir. Tim mulai latihan. Yuda cukup populer dan hebat. Dia kapten. Aku juga kagum. Andai ini bukan masalah kelamin. Aku juga ingin dia.

Juga ada Rendi. Juga sama sama staff Official bagian kebersihan. Namun dia juga bagian konsumsi. Namun beda dari aku yang bekerja dengan malas. Rendi memang ingin masuk tim. Sayang ukuran badannya yang cuma lebih tinggi sedikit dari kurcaci menjadi masalah. Namun baginya tidak masalah. Basket adalah kesukaannya. Aku juga sering ngibrol dengannya. Darinya aku tahu istilah istilah dunia basket. Dari pemain hingga strategi. Aku hanya mendengarnya dengan malas. Ada kalanya dia bermain sendirian. Tidak kalah hebat dari Yudi.

Aku duduk di samping Rendi. Tim latihan dengan serius. Yudi entah berapa kali berhasil memcetak angka. Semua kagum. Di sela istirahat tim kumpul bersama kecuali aku yang 'dinas' membersihkan lapangan dan mengumpulkan bola.Gina datang menghampiri tim. Gina itu Pacarnya Yudi. Sebenarnya ngak cantik-cantik amat. Hanya menang banyak karena kulitnya putih bening. Gina Membawa sekotak makanan dan air. Dia sumbringah semenjak awal latihan. Dia memberikan kotak itu pada Yudi. Yudi senyum. Gina senyum. Rendi tidak senyum. Kepala sekolah tidak senyum. Juga tidak disana. Mungkin di kantor. Mungkin juga tidak. Setelah senyum Gina diam dengan satu tarikan nafas dia teriak.

"Semangat ea Bubu Sayang!!!!!"

Lalu lari keluar. Menutup mulut dan senyum senyum sumbringah. Khas gaya paling menjijikan perempuan malu malu kucing. Orang-orang diam. Yudi diam. Aku juga. Keheningan seperti malaikat lewat ini hanya sebentar. Lalu pecahlah tawa kami. Aku tertawa. Rendi juga. Pak pelatih juga teman pemain juga tertawa. Ibu ibu jualan sayur tidak tertawa. Soalnya .emang tidak ada disana.

Tiga kata yang membuat kelaki lakian Yudi berubah menjadi sekor anak kucing yang imut. Amit. Dan menjijikan. Semenjak saat itu seluruh tim memanggil Yudi dengan Bubu. Lalu satu kelas memanggilnya bubu. Lalu seluruh kelas dua memanggilnya Bubu. Lalu seluruh sekolah memanggilnya Bubu. Hingga saat kami bertemu lagi. Satu kota memanggilnya Bubu.

Apa yang dilakukan Gina itu semangat. Tapi tidak dengan konyol. Namun Yudi hanya malu malu senang. Juga malu malu jijik.

Namun ini soal hati. Kadangkala resiko seperti itu harus di alami. Asal sang pujaan senang. Kamu cukup senang.

Saat jatuh cinta adalah saat saat yang riskan. Banyak yang sukses. Juga banyak yang pudur. Momennya hanya sedikit. Namun kenangannya akan selalu diingat.

Bila lelaki jatuh cinta. Kami tidak lansung bisa bilang. Setidaknya kami butuh waktu. Butuh waktu untuk tidak menggigil dan norak didepan pujaan. Butuh waktu untuk pura pura cerdas saat bicara dengan pujaan. Butuh waktu untuk menjadi orang yang menjijikan seperti tertawa berlebihan. Senyum yang aneh. Memakai baju gagah stelan Radja band. Butuh waktu untuk mencari tahu apa kesukaan pujaan. Apa hobi pujaan. Apa minuman kesukaan pujaan. Apa makanan kesukaan pujaan. Apa kebencian pujaan. Apa tipe laki laki pujaan. Jika pujaan suka musik. Maka berhoboh toboh si laki laki belajar musik. Kadangkala. Kami para lelaki lebih banyak menghabiskan waktu kami untuk mempersiapkan diri agar di sukai dan bisa melindungi dari pada lama pacaran itu sendiri.

Namun aku tidak ada waktu untuk itu. Aku beruntung. Tia lebih dulu menembak. Aku hanya menganguk bengong. Namun sekarang aku malah harus kuat imam. Setiap pagi bagun dan berangkat aku sering ketakutan sendiri. Tia seperti mengerjaiku habis habisan namun hanya untuk aku. Di depan orang dia bisa bisanya memujaku habis habisan. Seakan tidak ada pembulian. Orang lain mengangap aku dan Tia pasangan yang harmonis dan megaumkan. Mereka tidak tahu saja bahkan Tia sudah seperti rezim orde lama yang menghantui.

Namun jika kamu berkata aku bego. Tidak! Aku tidak bego. Aku juga sakit ketika dia sering memukul, menjambak rambut bahkan menendangku. Atau saat makan tiba tiba dia memasukan cabe yang pedas dimakananku hingga akhirnya aku pernah mencret tiga hari. Tia juga pernah menyuruhku menunggu tapi dia tidak muncul.

Apakah aku muak? Iya aku muak! Apakah aku jijik? Iya aku jijik! Apakah dia egois? Iya dia egois! Namun aku tidak bisa pergi darinya. Kejelekannya bagaikan bintang di malam hari. Sangat banyak. Namun takkala Tiaku tersenyum. Itu seperti matahari pagi yang menghilangkan bintang malam.

Kamu harus ingat. Aku masih kelas dua SMA kala itu. Waktu dimana cinta hadir di umurku yang masih labil. Kamu harus memafkan aku. Dan memaklumi perasaanku. Karena jika bicara cinta, kamu kadang kala benci. Kadangkala bosan. Namun kamu akan selalu memaafkan karena takut kehilangan.

Tia adalah hariku saat ini. Aku tak tahu isi hatinya. Sudah tiga bulan berpacaran namun sekalipun aku tak pernah mendengar dia bilang cinta. Namun aku tak ingin mendengarnya. Jelas dia tak cinta. Setidaknya itulah pendapatku. Namun bersama dengannya dan bego. Bagiku itu lebih indah.




JOMBLO RADIKAL The Series  Vol 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang