Episode 14 - Parakawan

230 14 1
                                    

Mungkin sudah saatnya aku berfikir. Ada masanya aku mengalir. Namun saat ini kemudi bersamaku. Terserah kemana hidup harus aku lalui.

Perkelahian tak bisa di elakan lagi. Kamu harus tahu itu. 2007 adalah masa adu jotos masih sesuatu yang biasa. Aku mau saja di tindas selamanya. Namun kali ini tidak. Karena Tia sudah melindungiku lama. Aku tak ingin lagi.

Meski aku siap untuk kalah. Aku masih ketakutan hingga aku tak bisa tidur malamnya. Tak terbayang olehku bagaimana Jumat itu. Tapi apabila itu bisa membebaskan Tia. Aku rela.

Pagi sudah muncul. Sekarang kamis. Aku tidak tidur. Tapi aku tetap kesekolah. Mungkin hari ini terakhir aku bersekolah. Bisa saja besok aku cedera ringan, atau parah. Mungkin juga tiada. Ah andai waktu bisa di ubah. Tapi kalaupun waktu bisa kembali. Aku tidak akan menyesal melewatkan hariku dengan Tia.

Kamu tahu. Para lelaki selalu bertarung masa itu. Namun hanya pecundang yang mau bertengkar hanya karna masalah cinta. Dan saat itu aku lah yang paling konyol. Aku masih ingat kamis pagi itu. Semua menatapku. Dengan belas kasihan. Matanya jelas iba.

Aku duduk di kelas. Guru blom masuk. Rendi datang

"Kamu benar bertarung besok?"
Tanyanya penasaran.

Aku hanya menangguk. Rendi diam sejenak

"Ayo kumpulkan parakawan!"
Katanya serius. Aku terkejut

"Kamu tahu Kevin takkan sendiri. Tapi kamu juga tidak sendiri. Mari kita kumpulkan prang orang yang mau mendukung. Setidaknya aku akan ada disana saat kamu bertarung!" Rendi serius.

Baru terfikir olehku. Setidaknya aku ada kawan. Namun apa mungkin ada yang membantu? Harus aku sadari, selama ini aku adalah sosok yang egois, apatis dan tidak mahu tahu urusan orang. Aku tak suka berkumpul. Aku lebih suka pulang cepat. Jika ada perkelahian aku tak pernah ikut. Bahkan melihat. Namun sekarang aku butuh bantuan.

Kawan, kuharapkan ini adalah pesan moral untukmu sehingga kamu tak menjadi seperti aku. Pesanku satu. Perbanyaklah teman jika kamu punya pacar primadona. Jika tidak, berlatih debus lah.

Rendi mengeluarkan kertas, kemudian dia menulis "Peta Kekuatan Anak Kelas Dua" .

Dia membuat empat kotak berjajar.

"Oke. Ini kelasnya. Seluruh kelas Dua ada enam lokal. Namun empat ini adalah pembagian klan genk sekolah" Rendie merangkan dengan serius. Aku harap kamu tak perlu curiga. Terkadang dalam sebuah cerita, kamu akan menemukan sosok yang maha tahu. Begitupun rendi.

Kelompok kelas dua B. Di ketuai oleh Nanda. Si hitam dari Pariaman. Meski badannya kecil. Nyalinya kuat. Dia bos genk "Maximus". Saat ini Genk mereka yang paling di takuti di kelas dua.

Kelompok kelas 2-D. Di pegang oleh genk "Astro" Ketuanya adalah Berry.

Kelompok Kelas 2-E. Di pegang oleh Dayan. Ketua kelompok "Pujakesuma".

Lalu yang terakhir adalah 2-F. Di pegang oleh Yudi Bubu

"Hah? Yudi juga punya genk?"
Aku juga terkejut lelaki yang sudah tidak memiliki kejantanan semenjak pacarnya memanggilnya Bubu ini jugaemiliki genk.

"Kamu gekz paling parah yang aku temui Roy, masak hampir setengah tahun menjadi pembantu di klub basket kamu tidak tahu?" Rendi heran.

Tapi benar aku tidak tahu.

"Menurutku. Kita ke Yudi dulu" kata Rendi.

"Iya"

Entah kenapa Rendi bangkit maunya. Padahal persoalan ini urusanku. Namun dia benar benar serius. Beberapa tahun kemudian aku baru tahu. Rendi sangat ingin terlibat. Dia sungguh peduli denganku? Ah tidak. Tapi dia peduli soal strategi. Sepertinya Rendi mendapatkan candu baru.

Kamu harus tahu. Rendi benar benar serius menolongku. Kami ke Yudi. Yudi setuju. Karena dia anggap aku teman. Lalu ke dayan. Dayan juga setuju. Dayan rupanya akrab dengan Rendi. Lalu ke Nanda. Nanda hanya diam. Aku tak temui jawaban.

Di satu sisi Kevin mengetahui gerakanku segera mengumpulkan temannya. Pergerakan semakin sengit. Semua tahu pertarungan kali ini. Aku sudah bersama kelompok Yuda dan Dayan. Semua berjumlah 18 orang. Termasuk aku dan Rendi.

Kamis siang sudah berakhir. Pulang sekolah, Tia menemuiku. Aku hanya diam saat dia menghampiri. Kurasa dia tidak tahu aku juga bersiap.

Singkat cerita kami ke gedung tua, markas rahasia Lima Mawar.

"Apa yang kamu lakukan Roy!"
Tia kemudian bertanya
"Aku melakukan hal yang seharunya sudah aku lakukan!"
Jawabku
"Tapi kamu tahu Kevin! Dia bangsat! Dia tak akan meladenimu satu satu. Dia mengeroyokmu. " Jawab Tia

Aku tahu kesedihan Tia. Kupandangi matanya. Terlihat kecemasan yang dalam. Aku memegang bahunya. Dia menatapku aku menatapnya.

"Kalaupun besok aku akan luka dan patah. Tapi kamu harus izinkan aku untuk dewasa" Jawabku

Tia diam

"Aku cinta kamu. Maka izinkan aku tetap mencintaimu."

Aku tidak tahu pujangga mana yang merasukiku. Namun aku bisa mengeluarkan kata kata yang indah. Setidaknya itu menurutku.

Tia sedikit tenang. Dia merunduk.

Senja sudah menguning. Mega-mega sudah muncul di ujung barat. Hembusan angin terasa hangat. Dedaunan yang jatuh menjadi romantis takkala seruan suara Tia yang berbisik menghangatkan hati.

"Aku cinta kamu"

JOMBLO RADIKAL The Series  Vol 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang