Part 11

320 23 0
                                    

Kyuhyun menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi kebesarannya di ruang kerja di kantornya sambil menghela nafas dan meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Pekerjaannya hari ini benar-benar menguras tenaga dan pikirannya. Proyek baru yang akan dimulai minggu depan benar-benar menyita waktu dan memerlukan konsentrasi dan ketelitian agar semua berjalan sesuai rencana dan mendapatkan hasil yang diharapkan.

Ia menghela nafasnya perlahan kemudian melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Pukul 15.00. Kyuhyun meraih ponselnya yang tergeletak ditas meja kerjanya, melihat beberapa notifikasi dari beberapa temannya dan rekan bisnisnya. Membaca satu persatu pesan itu kemudian membalasnya. Setelah selesai dengan beberapa urusan perpesanan itu, ia membuka kontak dan mencari nama kekasihnya disana lalu menghubungi gadis itu. Beberapa kali ia mencoba melakukan panggilan tapi tak satupun dijawab. Ia menghembuskan nafasnya frustasi ketika melakukan panggilan untuk kelimabelas kalinya. Kyuhyun mengerang frustasi kemudian mengirim pesan teks untuk kesepuluh kalinya dalam kurun waktu sepuluh menit ini. Yah, meskipun gadis itu jarang mengangkat teleponnya pada panggilan pertama, setidaknya setelah panggilan ketiga ia selalu akan menjawabnya meskipun dengan setengah hati. Tapi rupanya hal itu tidak berlaku hari ini, dan itu cukup untuk membuat Kyuhyun mengerang frustasi untuk kesekian kalinya.

Ia merapikan berkas-berkas yang telah selesai dibacanya kemudian berdiri untuk mengambil jasnya yang tersampir di sandaran kursi, kemudian bergegas keluar kantor.

"Oh, Kyuhyun Oppa...!" seseorang menubruk Kyuhyun ketika ia akan menutup pintu ruangan di belakangnya. Gadis itu memeluk Kyuhyun dengan erat membuat Kyuhyun terkejut dan membeku di tempatnya. Ia mengerutkan keningnya kemudian melirik Sekretaris Kim yang berdiri menatap Kyuhyun sambil mengerutkan kening dan mengangkat tangan di balik meja kerjanya. Pria itu benar-benar tidak tahu soal kejadian yang kini tengah menimpa bosnya itu. Kyuhyun memejamkan matanya kesal sambil menghela nafas, kemudian kembali manatap Sekretaris Kim, memintanya untuk melakukan sesuatu.

Sekretaris Kim berdehem membuat gadis yang memeluk Kyuhyun itu melepaskan pelukannya dan menatap Kyuhyun sambil tersenyum, "Oppa, aku merindukanmu..." katanya sambil mengalungkan kedua lengannya di leher Kyuhyun, menatap pria itu dengan tatapan memelas andalannya.

Kyuhyun berusaha melepaskan tangan gadis itu, "Seohyun-a, maaf aku harus pergi. Ada pertemuan penting yang harus kuhadiri sekarang.." katanya sambil menatap gadis itu.

Gadis itu menatap Kyuhyun sambil mengerucutkan bibirnya, "jangan bohong Oppa. Kita baru saja bertemu dan kau mau meninggalkanku lagi?"

"Maafkan aku, tapi ini benar-benar pertemuan penting.." Kyuhyun berjalan menghampiri meja Sekretaris Kim, "ayo Kibum-a. Kita sudah terlambat.." katanya sambil mengedipkan sebelah mata pada sekretarisnya itu, memberikan sebuah kode padanya agar mengikuti permainan Kyuhyun.

Sekretaris Kim segera merapikan dokumen yang ada di mejanya kemudian menyimpannya, "ayo Sajangnim.." katanya kemudian mengikuti Kyuhyun yang telah berjalan menuju lift, meninggalkan Seohyun yang menjerit memanggil Kyuhyun sambil menghentakkan kakinya dan mengacak-acak rambutnya dengan kesal.

"Awas saja kau Cho Kyuhyun! Aku akan membalas perlakuanmu dan membuatmu bertekuk lutut di hadapanku nanti!" teriaknya dengan nafas terengah-engah dan asap yang keluar dari kedua telinganya.

*

Kyuhyun mengemudikan mobilnya perlahan dan memarkirkannya di dekat cafe. Setelah tadi mengantar Sekretaris Kim pulang ke rumahnya, ia memutuskan untuk menemui gadis itu. Belakangan ini, gadisnya sangat sering datang ke padang rumput favorit mereka seorang diri untuk sekedar bersantai atau membaca buku. Jadi jika dugaannya benar, sekarang gadis itu pasti berada di tempat itu. Beberapa kali Kyuhyun menemukan gadis itu disini ketika ia mencarinya. Sedang asik dengan buku dan ipodnya ataupun sekali waktu sedang tertidur. Ia berjalan perlahan menuju pohon besar diatas sebuah bukit rendah itu kemudian mendesah lelah ketika tidak menemukan sorang pun ada disana. Ia mendudukkan dirinya sejenak di bawah pohon itu kemudian menghirup udara sebanyak-banyaknya dan memejamkan mata. Menikmati angin yang menerpa kulitnya. Sejenak menyegarkan pikirannya dari berbagai hal yang tadi sempat membuatnya frustasi.

Rather AbsurdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang