Part 8

342 28 0
                                    

Kyuhyun memarkirkan mobilnya di depan gerbang rumah gadis itu. Senyum cerah tersungging di bibirnya, secerah sinar matahari pagi ini. Hari sabtu pagi yang cukup cerah di awal musim dingin ini terasa hangat dengan kehadiran sang mentari yang memancarkan sinarnya ke seluruh pelosok negeri.

Kyuhyun menghela nafasnya sejenak sebelum keluar dari mobilnya. Ia mengambil sebuket besar bunga mawar merah dari jok belakang kemudian keluar dari mobil sambil tersenyum.

Ia masuk ke dalam rumah itu perlahan. "Eo, Kyuhyun-a..wasseo?"

Kyuhyun tersenyum menatap pria paruh baya yang tengah menyiram tanaman di halaman rumah itu. "Annyeonghaseyo, Ahjussi.."

"Kau mau bertemu Chaerin? Dia di dalam sedang menyiapkan sarapan dengan ibunya.." kata Tuan Park sambil tersenyum. "Masuk saja.."

Kyuhyun tersenyum, "nde. Gamshamnida, Ahjussi.."

Tuan Park hanya tersenyum melihat Kyuhyun yang berjalan masuk ke dalam rumah, kemudian kembali melanjutkan menyiram tanamannya.

*

"Bagaimana hubunganmu dengan Kyuhyun? Apakah berjalan baik, sayang?"

Gadis itu mendesah berat kemudian menatap ibunya yang tengah asik mengatur piring-piring diatas meja makan sambil tersenyum sumringah. Ia benar-benar heran terhadap tingkah orang tuanya yang kini bahkan kelihatannya lebih menganggap Kyuhyun sebagai anak dibandingkan dirinya sendiri. Bahkan keputusan masa depannya pun kini bergantung dari pria itu.

"Biasa saja.." jawab gadis itu tak acuh.

Nyonya Park mengalihkan pandangan, menatap putrinya sambil mengangkat sebelah alisnya, "benarkan? Apa kau sudah mulai untuk bisa bersikap baik padanya?"

Gadis itu memutar bola matanya, "memang kapan aku tidak bersikap baik padanya, Eomma?"

"Kau selalu bersikap seenaknya padanya. Jangan kira Eomma tidak tahu. Tidak baik memperlakukan orang seperti itu, Chae. Ketika nanti dia mulai lelah menghadapimu kemudian pergi, kau akan merasa kehilangan. Dia yang sudah biasa ada untukmu tiba-tiba menghilang, kau akan merasa kehilangan. Pikirkan kata-kata Eomma, sayang. Aku hanya tidak ingin kau menyesal nantinya.."

"Nde Eomma. Hanya saja, kenapa Eomma begitu mendukungnya untuk mendekatiku? Bahkan masa depanku pun bergantung dengan keputusannya? Aku sudah tinggal masuk saja di Harvard dan sekarang semua sia-sia. Aku harus memulai dari awal lagi untuk mempersiapkan test masuk universitas. Ini sungguh menyebalkan.." gadis itu menghela nafas frustasi sambil menatap ibunya.

"Eomma hanya ingin yang terbaik untukmu, sayang.."

"Apakah Kyuhyun yang terbaik untukku? Bagaimana Eomma bisa tahu?"

"Dia mampu melindungi dan menjagamu. Juga membuatmu bahagia. Kau hanya perlu sedikit membiasakan diri dan mulai untuk belajar menerima kehadirannya..."

Gadis itu kembali menghela nafas, "terserah Eomma saja. Yang jelas aku tidak bisa memikirkan apapun saat ini selain ujian kelulusanku nanti.."

"Iya, Eomma tahu. Panggil ayahmu, sarapan sudah siap.."

Gadis itu berjalan ke arah ruang depan saat sayup-sayup ia mendengar seseorang sedang bicara dengan ayahnya. Suara yang sangat dikenalnya. Dan beberapa saat kemudian, ia melihat Kyuhyun yang sedang memasuki rumahnya.

"Eoh, selamat pagi, sayang.." Kyuhyun tersenyum menghampiri gadis itu yang tengah menatapnya sambil mengerutkan kening. Memang, bukan pemandangan aneh lagi melihat pria itu pagi-pagi ada di rumahnya belakangan ini. Tapi tidak saat akhir pekan. Dan ini akhir pekan. Dia biasanya baru akan datang siang atau sore hari.

Rather AbsurdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang