12 - Masalah Sepele

57 5 0
                                    

"Nic. Gua entar aja ya pulangnya. Gua mau ke Bu Delta. Kalau mau balik duluan gapapa." Ucap Widi yang baru keluar dari kelasnya sambil membenarkan tasnya.

"Eh serius lu Bu Delta udah ngajar lagi?" Tanya Nichol.

"Iya. Beliau udah sembuh sekarang." Ucap Widi.

"Kalau gitu gua ikut." Ucap Nichol.

"Tapi, kalau nanti ada Pa Suryo suaminya Bu Delta gimana?" Tanya Widi dengan wajah was wasnya.

"Gapapa. Dihabisin kayak kemarin juga gapapa. Salah gua juga kan. Gua yang ngerebut kebahagiaan mereka. Harusnya.. sekarang Bu Delta lahiran. Dia pasti sedih." Kata Nichol yang merasa bersalah.

Widi langsung mengelus kepala Nichol. Sebenarnya asal kalian tahu, aslinya Widi tidak jelek lho. Widi mempunyai bentuk tubuh yang dibilang 'body goals'. Ia tinggi, perawakannya cantik, tapi orang lain belum menyadarinya karena kecantikkannya itu ditutupin oleh dandanannya selama ini. Dan juga jerawat.

Nichol damai akan sentuhan Widi lagi. Ia selalu nyaman dengan perlakuan Widi akhir akhir ini.

"Dah gapapa. Mungkin ini udah jalannya." Ucap Widi dengan lembut seakan memberi ketenangan pada Nichol.

"Ya udah. Kalau gitu gua ikut aja deh." Ucap Nichol lagi sesudah dielus rambut oleh Widi.

Widi bisa romantis juga ternyata. Pikirnya.

"Ya udah kalau lu mau. Ayo." Ajak Widi. Tanpa ia sadari, ia sendiri yang menarik tangan Nichol.

"Mbak. Gemes banget ya sampe megang mengang gini."
Tiba tiba Widi tersadar dengan ucapan Nichol. Widi kaget melihat tangannya sendiri yang menggenggam Nichol.

Nichol langsung terkekeh melihat ekspresi malunya Widi.

Widi langsung melepas genggamannya.

Widi tersipu malu dan menunduk. Tiba tiba jemarinya dikaitkan dengan jemari Nichol.

"Gini aja gapapa. Terusin. Kata orang kalau berbuat sesuatu jangan nanggung nanggung. Masa kita udah mau nyampe tapi gandengannya kelepas ditengah jalan? Udah yuk lanjutin."

Blushh.. Widi semakin tersipu dengan ucapan serta perilaku Nichol.

Tuhan.. Harus gimana ini? Ga tau apa kalo yang disini deg deg an.
Batin Widi sambil mengumpatkan senyumannya.

Semua menatap kagum pada Nichol. Namun tak sedikit juga fans Nichol yang menatap Widi dengan tatapan membunuh.

Tak terasa. Akhirnya mereka sampai juga di tujuan.

"Eh Widi. Kamu udah dat---" Ucapan Bu Delta terhenti karena melihat sosok yang menemani Widi juga.

"Halo bu.." Sapa Nichol santai sambil menyalim Bu Delta.

"I..iya.." Jawab Bu Delta dengan kaku.

"Bu, saya minta maaf ya bu. Saya tau saya salah banyak sama ibu."

Tiba tiba Bu Delta teringat kalau suaminya sedang bermain ke sekolah ini.

"Nic. Mendingan kamu buruan balik deh. Ibu udah diceritain sama rekan guru yang lain kalau kamu dipukuli suami saya kan? Ibu minta maaf untuk itu semua. Jadi, ibu minta kamu buruan pulang." Ucap Bu Delta dengan muka panik.

"Loh, emang kenapa bu? Ibu ngusir saya? Ibu ga maafin saya? Tapi saya terima kok bu sama perlakuan Pak Suryo. Memang saya yang salah." Ucap Nichol memelas.

"Bukan gitu,Chol. Masalahnya dia masih was was dan dia ada disekolah ini sekarang. Jadi ibu tidak mau kamu kenapa napa. Suami saya itu susah menahan emosinya." Ucap Bu Delta.

"Gapapa bu saya terima." Bantah Nichol.

"Chol. Plis, denger saya. Mending kamu buru buru pulang sekarang." Mohon Bu Delta lagi.

"Ya udah Bu. Saya pulang. Maaf membuat kenyamanannya terganggu." Ucap Nichol sambil membenarkan letak tasnya.

"Satu lagi Chol." Bu Delta memegang pundak Nichol.

"Ibu memaafkan kamu. Kamu bertanggung jawab atas perbuatan kamu. Dan ibu menyukai itu." Ucap Bu Delta sambil tersenyum.
"Jadilah orang yang bertanggung jawab terus ya.." Ucap Bu Delta.

"Makasih bu. Saya pamit." Ucap Nichol lalu keluar dari ruangan Bu Delta.

"Di, ngomong nya nanti saja ya. Kamu bisa pulang dulu. Kasihan dia nanti nunggu kamu." Ujar Bu Delta pada Widi. Dan Widi pun berpamitan.

Widi berlari kecil ke arah parkiran sebelum Nichol meninggalinya.

Hampir sampai ditempat mobil Nichol terparkir, tiba tiba Widi ditabrak oleh langkah seseorang.

Dia itu Alby.

"Eh maap banget ya." Ucap Alby yang merasa bersalah.

"Sini, gua bantu berdiri." Alby mengulurkan tangannya, dan Widi berdiri atas bantuan Alby.

"Makasih." Ucap Widi.

"Iya sama sama."

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang menatap mereka kesal.

Bukan, bukan Nichol.

Kalau bukan Nichol, lalu siapa orang itu?

"Oh ya udah sana. Dia nungguin lho." Ucap Alby.

"Oh oke." Pamit Widi sambil membetulkan kacamatanya.

Widi masuk dan langsung duduk di mobilnya Nichol.

"Bagus ya adegannya." Ucap Nichol dengan blak blak kan.

"Apaan yang bagus sih? Adegan apaan?" Tanya Widi penasaran.

"Oh belum nyadar kesalahan ternyata." Ucap Nichol lagi, sementara Widi masih kebingungan.

"Apaan sih Nic. Ga jelas deh." Ucap Widi.

"Oh.. Gitu ya sekarang. Jatoh dikit terus langsung pegang pegangan. Ciuman aja sekalian habis itu." Ucap Nichol yang semakin blak blak kan.

"Apaan sih ngomongnya. Lagipula siapa yang--" Widi baru teringat akan kejadian dua menit yang lalu.

"Oh.. jadi lu ngeliat yang tadi? Ya ampun Nic.. Gua tadi jatoh, nah terus dia cuman bantuin gua doang. Ga lebih." Jelas Widi.

Nichol masih tidak percaya.

"Ya ampun Nichol ga usah gitu juga kali. Percaya deh sama gue."
Widi berusaha meyakinkan Nichol.

"Ngapain gua percaya sama lo. Bukan siapa siapa gua kan?" Ketus Nichol.

Widi menyadari perubahan Nichol.

Nichol cemburu.

"Cieee.. Mau tau dong, sejak kapan sosok Nichol cemburu karena si cupu ini?" Widi menunjuk dirinya sendiri.

"Cemburu ya mas? Ye kan??" Goda Widi sambil menoel pipi Nichol dengan gemas.

"Apaan sih. Bodoamat." Nichol langsung menjalankan mobilnya.

Sepanjang perjalan, Nichol masih diam. Padahal biasanya Nichol yang paling bawel kalau sedang berduaan. Tapi dia nampak bodoamatan.

Mungkin masih marah. Pikir Widi.

Ya ampun, cuman masalah sepele doang nyampe ngambek? Atau gua yang kegeeran ya? Mana mungkin dia cemburu gitu. Pikir Widi dalam batinnya.

Setengah Hati.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang