33 - Kepergiannya

52 4 1
                                    

Kini Nichol sedang ada di ruangannya. Ia sedang menikmati secangkir kopi.

Tok tok tokk..
"Masuk." Interupsi Nichol.

Ternyata itu Widi.

"Hai Nic, aku bawa ini..." Widi memberikan rantang nasi.

Lah, kapan dia sempet buatnya? Kan lagi sakit. Batin Nichol kebingungan.

"Thanks." Ucap nya singkat.

"Ehmm, Nic. Maaf ya.. Widi pengen Nichol ga jauhin Widi lagi. Widi tau kok Nichol benci, Widi ga mau ganggu kenyamanan Nichol. Tapi Widi tolong, jadi temen Widi lagi yaa..." Mohon Widi. Sedangkan yang diajak bicara belum menggubrisnya.

"Ehmm.. Oke gapapa kalau Nichol belum mau ngomong sama Widi. Oh ya Nic, Widi.. Widi..." Ucap Widi yang menyembunyikan sakitnya.

Sebenarnya ia merasakan nyeri sekali di perutnya. Entah karena apa. Tapi ia berusaha menutupinya.

"Ehmm."
"Widi cape Nic. Widi anggep kita temenan lagi. Karena Nichol udah mau nerima Widi disini. Nic, makasih ya atas segalanya. Tapi.. boleh ga Widi pegang tangan Nichol? Bentar aja.." Pinta Widi dengan ragu.

Nichol pun meletakan tangannya di meja sedangkan pandangannya ke arah lain.

Widi pun menggenggam tangan Nichol.

"Makasih ya Nichol..."
Widi pun melepas genggamannya.

"Makasih udah ngasih kepeduliannya sama Widi. Widi bangga banget punya temen kayak Nichol. Yang dulunya bad boy eh sekarang jadi dogan. Dokter ganteng. Hihii." Ucap Widi sambil terkekeh, padahal sebenarnya ia masih merasa kesakitan lho.

Nichol memaksakan senyumnya.
"Sama sama."

Widi hampir menangis kala melihat Nichol yang mau berbicara lagi dengannya. Ia bersyukur sekali. Hampir meneteskan air mata, namun masih bisa ditahan Widi.

"Ya udah, Widi pergi ya.. Makasih Nichol udah jadi temen Widi." Pamit Widi lalu pergi.

+++
Eyas.

Satu nama itu lah yang membuat semuanya terjadi.

Nichol mengepalkan tangannya ketika melihat kertas hasil pemeriksaan.

Terjawab sudah pertanyaannya sejak berapa hari yang lalu.

Widi yang ceria dan bugar sekarang menjadi Widi yang sakit sakitan.

Kanker rahim.

Lagi lagi Eyas lah yang menjadi penyebabnya.

Nichol tak habis fikir dengan Eyas.
Bisa bisanya dia bermain dengan tubuh Widi lalu habis itu ditinggalkan kala sudah terpuaskan. Bahkan mereka melakukannya berkali kali setiap tahunnya.

Eyas tak bertanggung jawab atas kehamilan Widi diluar nikah. Sehingga beginilah akhirnya.

Nichol lelah dengan semua ini.

Akhirnya Nichol menelpon Alby untuk mencari solusi.

***
"Lu tau Al, gua bingung gimana nyembuhinnya.." Ucap Nichol sambil mengacak acak rambutnya.

"Ya. Ini emang takdir, Chol. Mungkin dari sini udah jelas kalau dia bukan bahagia lu."
"Sekarang lu lebih kayak kakaknya tau ga dari pada mantannya." Ucap Alby.

Mereka kini sedang ada di ruangan Nichol.

"Tapi salah emang ya kalau gua masih sayang?" Tanya Nichol dengan suara yang pelan.

"Aelah.. Alay ah main sayang sayangan ngomongnya.." Ucap Alby terkekeh.

"Sialan lu." Ketus Nichol.

Setengah Hati.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang