23 - I Need You

49 6 0
                                    

Nichol sedang berada di minimarket. Ia sedang membeli keperluan bulanannya. Sudah dua bulan lamanya ia mengekos.

"Bu, ini bu uangnya.."
"Makasih bu." Ucap Nichol, setelah itu ia menuju kosannya dengan berjalan kaki.

Saat di tengah jalan, ia bertemu Alby. Nichol sempat gelagapan, ia mencoba untuk bersembunyi namun keburu tertangkap basah oleh Alby.

"Nic.. Kemana aja lu baru nongol sekarang?" Tanya Alby.

"Hmm.." Nichol bingung harus jawab apa.

"Gua tau. Lu masuk berita kan? Tenang kok, beritanya udah ga ada lagi. Jadi belum banyak orang yang tau. Gua bakal bantu elu kok buat buktiin ke semua. Karena gua tau, lu ga salah. So, jangan takut ngadepinnya ya." Kata Alby yang memang benar benar tahu tentang kehidupan Nichol sekarang

"Thank's bro.." Ucap Nichol sambil tersenyum.

"Anytime." Jawab Alby.

"Eh iya. Lu kok bisa jauh jauh kesini sih, ngapain emangnya?" Tanya Nichol.

"Kampus gua ada di kota ini. Deket deket sini. Jadi boleh lah kalo mau maen." Ucap Alby.

"Owalah.. Seneng ya bisa kuliah." Ucap Nichol. Ia jadi teringat bagaimana nasibnya. Ia ingin juga seperti Alby yang kehidupannya lancar.

Namun apa boleh buat kalau memang sudah begitu jadinya.

"Susul gua berapa tahun lagi oke.." Ucap Alby dengan nada motivasi.

"Makasih lho Al.." Ucap Nichol.

"Yodah, gua mau balik kos an dulu ya." Pamit Alby.

"Hati hati, bro."

Disisi lain.

19.00

Widi sedang termenung.

Merindukan semua bagian dari hidupnya yang perlahan pergi.

Widi semakin takut untuk kehilangan.

Tiba tiba Widi teringat akan suatu tempat yang suka ditemui kekasihnya dulu.

Club.

Untuk pertama kalinya, Widi pergi kesana sendirian, atas niatnya sendiri.

Dentuman musik yang keras seolah menyambut kedatangan Widi. Widi terusik sekali. Apalagi melihat semua orang di tempat ini.

Ada yang mabuk, ada yang berjoget ria. Dan ada juga yang kencan buta disini. Mata Widi ternodai sepertinya. Widi mengingat niatnya dari awal, hanya ingin mencari Nichol.

Udahlah, Nichol mana mungkin ada. Toh juga dia diluar kota sekarang.
Ucapnya pasrah.

Tiba tiba ada tangan yang menariknya.

Widi bersyukur kala mengetahui orang yang menariknya adalah perempuan.

Selamat.

"Halo. Gua Sashi.." Sapa cewe itu.
Kalau Widi lihat lihat, cewek ini tidak terlalu garang sepertinya.
Cewe yang bernamakan Sashi nampak lebih sopan pakaiannya dibanding cabe cabean yang lain disini.

Mungkin dia beda. Mungkin dia baik.
Pikirnya.

"Hai. Widi..." Widi memperkenalkan dirinya juga.

"Oh ya. Pendatang baru apa gimana?" Tanya Sashi tiba tiba.

"Ga. Cuman pengen dateng. Habis ini pulang kok." Ucap Widi dengan sopan.

"Ga mau join disini nih?" Tanya Sashi dengan tatapan menggoda.
"2 jam bisa 2 juta lho.." Godanya lagi.

Widi bingung dengan ucapan Sashi.
Apa yang ia maksud dengan '2 jam bisa 2 juta'.

"Bersenang senanglah dengan itu semua. Kapan lagi kan ngedapetinnya. Gua bisa kok cari partner yang pas buat lo." Goda Sashi.

What the
Hell..
Widi baru mengerti apa yang sedari tadi ditawarkan oleh Sashi.

Apa! Dia kira gua cabe cabean yang bisa dibayar buat napsu orang!
Kesal Widi dalam hati.

"Oh.. Santai babe.. Ini dunia baru lo. Gua tau lo ga bakal mau sekarang. Memang sih ya, jalang awalnya memang seperti ini..." Sashi mendekat, berbisik pada Widi.
"Tapi lo bakal nikmatin. Liat aja entar."

Widi bergidik ngeri mendapat bisikan setan itu.

"Hell. Lu kira gua cabe cabean?! Awas lo sana minggir!" Bentak Widi.

"Bukan jadi cabe sekarang cantik, tapi calon cabe. Ditunggu soon yaaa..." Goda Sashi lalu pergi dari hadapan Widi.

Widi pun pulang dengan lemas. Ia tak tahu harus bagaimana.

Jujur ia tergiur dengan uang tersebut, karena Widi sudah pasrah kalau ditanya tentang ekonomi. Namun akal sehatnya masih bisa berfikir untuk itu.

Tapi sepertinya, Widi memang dihadapkan dengan banyak pilihan. Itulah yang membuatnya dilema.

Widi yang kini beda dengan Widi yang dulu.

Sebatang kara.

Menyedihkan.

Widi teringat akan kekasihnya yang selalu ada. Dia jadi rindu dengan pria itu. Yang dingin di depan banyak orang, dan akan berubah total bawelnya saat hanya berduaan saja.

Widi rindu. Sangat rindu.

"I need you."
Lirihnya.

Setengah Hati.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang