Jean Jackson POV
"Mukamu pucat," Aku menoleh ketika sahabatku memegang kedua pipiku supaya menoleh kepadanya. Ini sudah ketiga kalinya ia bertanya kepadaku sejak berada di dalam kelas saat pelajaran kimia sedang berlangsung hingga sekarang saat kami berada di ruang ganti.
"Aku tidak apa-apa, hanya sedikit gugup," Aku berusaha meyakinkannya.
"Kau gugup? Kenapa?" Deandra bertanya dan aku melihat dia sedang berusaha menahan tawanya.
"Jangan ketawa Dea, kamu kan tahu aku gak bisa main basket." kataku sambil menggigit bibir bawahku, kebiasaan burukku saat sedang gugup.
"Kamu mau..."
"Hei ayo cepat, Mr.Alvarez sudah menunggu." teriakan dari arah luar ruang ganti membuat aku dan beberapa siswi yang masih berada di ruang ganti segera bergegas.
Ketika menuju lapangan indoor, aku meremas kedua tanganku gelisah. Pasalnya aku tidak bisa bermain basket, aku ingat saat aku masih duduk di bangku Junior High School. Saat itu juga sedang praktik basket. Aku tidak bisa memasukkan bola ke dalam ring. Memegang bolanya saja sudah salah sehingga aku ditertawakan oleh teman-temanku, sebenarnya bukan teman karena mereka tak pernah menganggapku ada. Hanya Deandra. Deandra Paris.
Pertemanan kami bisa dibilang tidak berkesan sama sekali. Ketika itu, aku sedang membaca novel kesayanganku di atap gedung sekolah. Aku mendengar suara mendengkur yang cukup keras dan menemukan seorang gadis sedang tertidur. Awalnya aku berniat meninggalkannya tetapi secara mengejutkan gadis berteriak didalam tidurnya kemudian membuka kedua matanya. Pertama kali bertemu, dia sudah sangat cerewet kontras denganku yang pendiam.
Entah apa yang bisa membuatku berteman bahkan bersahabat dengannya. Aku mengerjapkan kedua mataku ketika merasakan tepukan dibahu kananku. Menoleh ke kanan, aku menemukan dea sedang menatapku aneh.
"Ayo semuanya kita pemanasan sebelum praktik basket." Aku mendengar suara bariton Mr.Alvarez.
Mr.Alvarez. James Alvarez, dia adalah guru di bidang olahraga. Mr.Alvarez masih muda, tubuh atletis dengan otot-otot kekar namun tidak berlebih dan wajah yang dipadukan dengan hidung mancung, bibir tipis yang membentuk garis lurus, dan juga rambut yang jatuh di dahinya. Mr.Alvarez terlihat panas dan berbahaya.
"Amelia."
"Bella."
"Bobby."
"Brenda."
"Charlina."
Mr.Alvarez memanggil nama-nama siswa sesuai absen. Ketika mendekati namaku yang akan dipanggil, aku merasakan kedua tanganku berkeringat. Bukan hanya takut tidak bisa mendapat nilai yang baik untuk praktek basket tetapi aku juga takut kepada Mr.Alvarez sejak peristiwa 'itu'. Aku tidak tahu Mr.Alvarez mengingatku atau tidak.
"Jean,"
"Jean Jackson?"
Aku hampir melompat terkejut saat suara baritone tiba-tiba terdengar diindra pendengar ku. Aku baru sadar jika aku sedang melamun sambil menundukkan kepalaku. Aku mengangkat kepalaku dan melihat perhatian semua orang yang ada di lapangan indoor tertuju kepadaku.
Ugh, aku benci menjadi pusat perhatian.
Aku melangkah mendekat ke arah Mr.Alvarez dengan kepala tertunduk. Aku berhenti melangkah ketika kepalaku membentur sesuatu yang keras. Aku mendongakkan kepalaku dan menunduk kembali segera setelah melihat tatapan mata hitam pekat itu. Tajam dan dingin.
Melangkah mundur saat aku sadar bahwa tubuhku dan Mr.Alvarez sangat dekat. Hampir menempel dan aku dapat mencium aroma khas Mr.Alvarez. Aroma mint nafasnya, aroma parfum mahalnya dan juga bau maskulin dari tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Guy With An Innocent Girl
Acak[Break] Back in June P.S : konflik ringan jadi bagi yang tidak menyukai masalah yang biasa biasa saja bisa meninggalkan story ini