Air mata mulai jatuh membasahi pipiku. Aku tak percaya, aku bisa berubah menjadi orang yang cengeng dalam hitungan detik.
Rasanya jantungku serasa ditikam oleh sebilah belati. Tapi mengapa? Mengapa aku merasa seperti itu?
Tangisan dan kesedihan tak akan bisa menjawab pertanyaanku. Namun entah mengapa, pikiran dan isi hatiku saat ini bertentangan. Aku tak bisa menghentikannya. Tangisan ini mengalir dengan sendirinya.
"(Y/n)-chan ada apa?" Erina menghampiriku.
"Jangan mendekatiku!" larangku.
"Biar kutebak, ini pasti karena Eiji dan Haruka-chan kan?" tebak Erina.
Perkataan Erina bagai sambaran untuk hatiku. Bagaimana Erina bisa mengetahuinya?
"Kau suka Eiji ya? Namun, kau tak bisa mengatakannya. Apakah aku benar, (y/n)-chan?"
Aku tak dapat membalas perkataan Erina. Itu tak benar! Namun, mengapa ia bisa tahu soal Eiji dan Nanami?
Seolah bisa membaca pikiranku, Erina berkata, "Aku melihatnya. Saat kau membawa Haruka-chan ke taman dan aku juga melihat Eiji. Aku tak tahu apa yang ingin mereka lakukan, tapi kau tampak sangat sedih. Tentang kau yang menyukai Eiji, itu hanya spekulasiku."
"Aku tidak menyukainya!" sangkalku sambil terus menitikkan air mata
"(Y/n)-chan payah." Kata-kata tersebut membuatku melihat Erina dengan bingung.
"Apa maksudmu?" tanyaku.
"(Y/n)-chan tidak peka dengan perasaannya sendiri. Dari gelagatmu itu, sudah terlihat semuanya. Aku tahu kamu suka Eiji." Erina menghampiriku "Tidak perlu berbohong. Berbohong itu tak akan menguntungkanmu!"
Erina menepuk kedua bahuku, membuatku langsung mengalihkan pandangan, tak berani menatapnya.
"(Y/n)-chan, tatap aku!" perintah Erina.
Dengan perasaan gugup, aku menatap matanya. Erina yang berada di depanku tak seperti biasa, ia terlihat jauh lebih serius. Gadis yang berada di hadapanku sekarang bukanlah orang yang ceria seperti dulu.
"Apa yang kau inginkan, Erina?" Aku bertanya masih dengan linangan air mata.
"Jujurlah terhadap perasaanmu sendiri. Kalau tidak, kau akan kehilangannya selamanya. Jangan mengambil langkah yang salah. Jangan sepertiku," gumam Erina.
"Aku sudah jujur terhadap perasaanku sendiri. Aku sudah mengatakan yang sebenarnya. Berhenti menasihatiku. Kau tak tahu apapun tentang diriku." Aku terus-menerus menyangkal perkataan Erina.
"(Y/n)-chan, jernihkan pikiranmu sejenak. Dan sadarilah bahwa kau mencintai Eiji!" Erina tampak marah.
Tak dapat menahan ocehan dari Erina untuk jangka waktu yang lebih lama, aku memutuskan untuk keluar.
Aku tak mendengar perkataan Erina. Dengan cepat, aku memerintahkan kakiku untuk berlari.
Udara malam langsung menyambutku. Parahnya lagi, aku lupa membawa jaket. Sungguh hari ini benar-benar buruk.
Aku duduk di bawah sebuah pohon. Aku tak lagi peduli akan serangga yang ada di sekitarku. Aku tak ingin memikirkannya lagi. Aku hanya ingin menikmati kesendirian. Itu saja. Namun mengapa aku justru terjebak dalam situasi yang membuatku tertekan? Tujuanku pada awalnya adalah bebas dari tekanan. Namun, tekanan seolah tak membiarkanku untuk hidup bebas.
Tadi Erina bilang, aku mencintai Eiji. Apakah definisi cinta yang dimaksudkan olehnya? Bukankah cinta itu sama saja dengan perasaan kasih terhadap teman?
Baiklah, aku memang tidak begitu pandai jika sudah dihadapi oleh yang namanya cinta. Terlebih lagi, cinta adalah perasaan yang menurut banyak orang itu spesial.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silentrella || Otori Eiji X Silent!Reader
FanfictionFanfic Utapri yang pertama Banyak typo dan kadang tidak jelas * * * Dalam cerita dongeng, Cinderella yang malang akhirnya menemukan sang pangeran, cinta sejatinya. Apakah aku bisa menemukannya juga? Kata ibu, setiap gadis akan menemukan lelaki yang...