Bibir sedikit terbuka, mata menatap tidak percaya. Itu ekspresi yang terpahat di wajahku selama sekian menit. Entah berapa lama aku berdiam seperti itu. Tak berapa lama kemudian, aku duduk di atas kursi. Kedua mata masih terfokus kepada Erina, yang dengan polosnya mengulas senyum seolah ia tidak mengatakan apa pun.
Kupijat kepala yang berdenyut dengan jemari tangan. Aku tahu, bertanya tiada gunanya lagi. Erina sudah mengatakan hal tersebut, dengan penuh keyakinan khas dirinya. Bibirku tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
Sebotol air mineral disodorkan oleh Erina ke arahku. Aku tidak bersuara, bahkan untuk berterima kasih sekalipun. Langsung saja kuteguk seluruh isi botol tersebut--kebetulan isinya hanya seperempat.
"(Y/n)-chan!" Ia mengibaskan tangan kanannya di depan wajahku. "Hei, tenanglah. Aku hanya bercanda, kok." Guratan senyum usil kembali menghias wajah mungilnya.
"Apa?" Kuarahkan sorot mata penuh amarah ke arahnya. Bisa-bisanya ia menipuku seperti itu. Alisku tertaut dalam, kedua sudut bibir pun mengerut ke bawah.
Erina mengarahkan jari telunjuk dan jari tengahnya ke depan, membentuk tanda peace seolah mengajak berdamai. "Aku tidak akan menikung (y/n)-chan. Jadi, tenang saja." Mata kanannya mengedip penuh kepastian, yang entah mengapa dapat membuat amarahku mereda. Kuperhatikan dirinya yang kini menutupi wajah dengan buku. Kedua maniknya menyipit dengan alis yang terangkat sebelah. "Kau sangat terkejut, ya. Jangan-jangan, (y/n)-chan suka sama Eiji." Bagai detektif yang berhasil mengungkap misteri, ia berseru penuh kemenangan.
Aku memukul meja dengan cukup kencang. Dengan ekspresi tidak senang, aku mengelak, "Tentu saja tidak! A-aku tidak mungkin suka dengannya. Dia sangat lemah dan tak dapat diandalkan!"
"Jika kau suatu saat berpacaran dengannya, aku akan menertawaimu, (y/n)-chan."
Kubiarkan saja ucapan Erina mengudara tanpa jawaban. Aku tidak akan berpacaran dengannya, tidak akan pernah. Menyukai seseorang seperti Eiji pasti tidak mungkin bagiku. Dan lagi, ia juga tidak akan pernah menerimaku.
"Sebentar lagi akan ada darmawisata, ya?" Erina menempelkan tangannya di jendela, menerawang ke arah luar dengan kedua iris cemerlangnya.
"Satu minggu lagi." Aku kembali mengingat pengumuman yang ditempel guru tadi.
Erina tersenyum penuh misteri, seolah menyembunyikan sesuatu dariku. Detik berikutnya, ia menghempaskan diri ke ranjang yang empuk, lalu berguling di atasnya. "Aku jadi tidak sabar." Antusiasmenya seolah bertambah kala mengucapkan kalimat tersebut.
"Aku sungguh berharap darmawisata itu tidak ada."
* * *
S
eminggu yang sangat tidak kuinginkan akhirnya tiba. Erina membangunkanku pukul empat. Banyak sekali cerita yang ia beri tahu kepadaku--kebanyakan tidak penting--yang hanya kujawab dengan anggukan. Ia berkali-kali menyeretku, memintaku memilih baju yang cocok, memberikanku beberapa obat yang mungkin diperlukan saat darmawisata nanti, meminjamkanku sebuah topi guna melindungi diri dari teriknya matahari, mengingatkanku untuk selalu membawa tabir surya agar kulit tidak terbakar.
"Perempuan harus tampil cantik kapan saja," katanya seolah menggurui. Harus kuakui, ia memang tampak cantik, namun sederhana. Namun, sikapnya yang seolah mengatur itu sangat menjengkelkan. Kutahan amarahku, mengingat ini juga bukti bahwa pertemanannya denganku tulus--tidak seperti beberapa rekan sekelas yang terkesan hanya memanfaatkan.
Aku kembali tidur setelah satu jam Erina menceramahiku soal apa saja yang harus dilakukan seorang perempuan kala berpergian. Akibatnya pelajaran singkat darinya, koper yang kubawa nyaris meledak karena diisi dengan berbagai macam hal. "Hei, kita belum mempersiapkan yang paling penting." Aku mengangkat kepalaku saat ia kembali berbicara. "Kita belum membawa camilan!" serunya dengan penuh semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silentrella || Otori Eiji X Silent!Reader
FanficFanfic Utapri yang pertama Banyak typo dan kadang tidak jelas * * * Dalam cerita dongeng, Cinderella yang malang akhirnya menemukan sang pangeran, cinta sejatinya. Apakah aku bisa menemukannya juga? Kata ibu, setiap gadis akan menemukan lelaki yang...