Short a/n :
Di episode ini akan ada lagu lagi uwu lagunya Soundless Voice (vocaloid;Kagamine Ren), tapi yang kuletakkin di mulmed versi Valshe--utaite.
Lagu bukan milikku, credit to the own
Bagian pas Eiji nyanyi akan ditulis seperti ini* * *
Eiji mundur beberapa langkah kala melihat pemuda berkacamata itu.
"Onii-san...." Ritme napasnya menjadi tidak stabil, bagai melihat hantu. Ia menggeleng dengan panik, kedua tangannya tertaut dengan pasrah. "Aku mohon, jangan sekarang."Pemuda yang dipanggil kakak itu hanya tersenyum miring. Raut wajahnya mengukirkan kemenangan. Ia menatap jengkel ke arah baiknya. Sorot matanya yang setajam pisau mampu membuatku terbungkam. "Eiji, kau tahu alasanku datang ke sini. Sudah lama aku mencarimu." Ia mengulurkan tangan kanannya ke arah sang adik. "Mari, kembalilah ke rumah."
Eiji terlihat ragu untuk menjawab. Bibirnya kini bergetar, menunjukkan ketakutan yang luar biasa. Entah apa yang membayangi pikirannya, tetapi ia tampak tak senang. "Mengapa harus sekarang?" Ia meringis. "Tidak bisakah kakak menunggu sebentar lagi?" Ia menatap sang kakak, awalnya dengan ragu, namun semakin lama ketegasan terpahat di wajahnya.
Otori Eiichi menyilangkan kedua tangan di depan dada. Wajah angkuhnya benar-benar menyudutkan Eiji. "Sebentar lagi, katamu?" Alis pemuda itu terangkat sebelah. "Aku sudah menunggu sangat lama Eiji. Dan kau menyuruhku menunggu lagi? Sungguh tidak sopan!" Ia melangkah maju, menghapus jarak yang sangat jauh antara dirinya dengan sang adik. Digenggamnya tangan Eiji dengan erat.
"Kita pulang sekarang, Eiji!" bentaknya dengan keras.
Sebuah tawa menggelegar memecahkan ketegangan itu-atau begitulah menurutku. Sesosok bayang-bayang terlihat dari kejauhan. Tak perlu ditelusuri lebih lanjut, baik aku maupun Eiji sudah tahu sosok itu. Kepala sekolah. Ia melangkah dengan mantap menuju ke arah kami. Deretan gigi rapinya terpampang dengan begitu jelas. "Luar biasa!" Ia bertepuk tangan dengan sangat puas-seolah baru saja selesai menyaksikan sebuah pentas. Dari balik kacamata hitam, kedua matanya berkilat penuh ambisi.
"Kukira ini hanya kebetulan. Marga Otori itu ... ternyata kau memanglah anak dari Raging Otori, yang keberadaannya selalu disembunyikan. Berbeda dengan sang kakak yang banyak disorot, Otori Eiji adalah sosok yang banyak menghabiskan waktu di rumah. Bahkan, aku pun tidak pernah tahu soal adanya anak kedua dalam keluarga itu."
Eiji menunduk, tak berani menatap aku, kepala sekolah, ataupun kakaknya sendiri. "Biarkan aku menamatkan sekolah di sini. Aku ingin-"
"Tidak perlu banyak bicara. Kita selesaikan ini di tempatku." Sang kepala sekolah menunjuk villa besar yang letaknya tidak begitu jauh. Lalu, ia mengalihkan pandangannya ke arahku. "Kau juga ikut, Miss (l/n)." Ia tersenyum dengan penuh arti, lalu mulai melangkah pergi.
Mungkin ini adalah harapan terakhir yang tersisa. Aku menghela napas pasrah sambil mengikuti langkah sang kepala sekolah. Sesekali, kulirik Eiji yang terlihat sangat lemas. Aku melambatkan langkahku, berusaha untuk bersitatap dengan Eiji.
"Maafkan aku, (l/n)-san." Ia menatapku. Kedua netranya kini tidak memancarkan cahaya apa pun. Bagai harapan yang semakin redup, begitulah dirinya sekarang. "Aku seharusnya tidak pernah mendaftar di sekolah ini. Pada akhirnya, aku justru merepotkanmu. Aku sungguh minta maaf soal hal itu." Ia menutup wajah dengan tangan, menahan tangis yang hendak meruntuhkan pendirian.
Aku menepuk bahunya pelan. Aku tahu benar, yang dibutuhkannya saat ini adalah ketenangan dan penghiburan. Seseorang yang nyaris kehilangan semangat sepertinya, membutuhkan dukungan yang kuat dari orang di sekitar. Aku tidak bisa memberikan semua itu kepadanya. Namun, aku berusaha semampuku. Kulawan semua rasa takut dan ketidakinginanku untuk bersosialisasi. "Hei, tenanglah, Eiji. Semua akan baik-baik saja." Kuucapkan kalimat itu kepadanya, meski sesungguhnya perkataan itu untuk menenangkan diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silentrella || Otori Eiji X Silent!Reader
FanfictionFanfic Utapri yang pertama Banyak typo dan kadang tidak jelas * * * Dalam cerita dongeng, Cinderella yang malang akhirnya menemukan sang pangeran, cinta sejatinya. Apakah aku bisa menemukannya juga? Kata ibu, setiap gadis akan menemukan lelaki yang...