Chapter 1 : Peluang

319 51 26
                                    

Bagi yang belum tau :
Nii-san itu kakak laki-laki
Nee-san itu kakak perempuan

(Reader's pov)

Aku duduk di meja belajarku sembari menulis buku. Saat itu, ketiga saudara tiriku masuk ke dalam kamar. Dengan cepat, aku menutup buku yang sedang kutulis. Aku memang selalu melakukannya, karena aku yakin mereka tidak akan menghargai karyaku. Jadi, lebih baik aku menyembunyikannya.

"(Y/n), kau ini kerjaannya cuman duduk seharian, tidak melakukan apa-apa. Sedangkan aku harus membanting tulang untuk menghidupimu. Dasar tak berguna!" semprot Uchida nii-san.

"Ya, sampai aku saja harus bekerja keras. Sadar diri dikit ya, kamu itu anak pungut, harus kerja lebih keras. Jadi orang kok duduk bengong doang sih?" timpal Misaki nee-san.

"Miyu-chan setuju dengan nee-san. (y/n) seharusnya bekerja atau setidaknya melakukan sesuatu. Dasar tak berguna!" cibir Miyu.

Ketiga saudara itu memang tak pernah menghargaiku. Padahal akulah yang melakukan semua pekerjaan rumah. Setelah pekerjaan di rumah selesai, barulah aku menulis cerita.

"Kalau tahu semuanya bakal berakhir seperti ini, sejak awal kami tak akan pernah menerimamu," tambah Uchida nii-san.

Aku tak membalas perkataan mereka. Walaupun aku balas, mereka tak akan pernah berhenti. Aku memilih untuk diam saja. Aku tidak ingin mencari permasalahan dengan mereka. Terkadang, diam itu lebih baik.

"Seharusnya, sejak ayah dan ibu pergi, kita masukkan saja dia ke rumah sakit jiwa. Dia ini memang tak normal," ujar Misaki nee-san sambil memukul kepalaku.

Aku tetap terdiam sambil menggenggam bukuku dengan erat. Air mata ini kutahan dengan sedemikian rupa supaya tak mengalir.

"Nee-san, nii-san, lihat ini!" seru Miyu sambil menarik buku yang kugenggam dan membukanya.

"Hmm... Apa ini? Jadi, kamu selama ini sibuk sendiri hanya untuk menulis?" tanya Misaki nee-san.

Aku hanya tertunduk. Bukan karena sedih, tapi karena aku merasa geram dan ingin menghajar mereka saat itu juga.

"Karyamu ini tak akan berhasil. Karya ini seperti sampah. Tunggu.. yang bikin kan juga sampah, aku tidak terkejut," ledek Uchida nii-san sambil berusaha merobek buku milikku.

"Jangan dirobek," pintaku dengan suara pelan.

"Jadi, kamu tidak ingin dirobek? Baiklah," kata Uchida nii-san.

Hatiku langsung lega mendengar perkataan nii-san. Buku itu adalah segalanya bagiku. Aku tak ingin kehilangannya.

"Miyu-chan, ambil pemantik!" perintah Uchida nii-san.

Miyu segera pergi dan mengambil pemantik sementara Misaki nee-san menahanku agar tidak bisa berdiri.

Miyu kembali dengan pemantik api. Uchida nii-san dengan segera membakar buku itu. "Karya seperti sampah ini memang tak cocok untuk dirobek, lebih baik dibakar," ucapnya kejam.

Aku hanya bisa menangis. Seluruh hidupku ada di sana. Semua tulisanku ada di sana. Dan kini sudah sirna, untuk selamanya.

"K-kenapa kalian membakarnya?" tanyaku geram.

"Bukankah sudah jelas, itu hanya sampah. Dan sampah itu harus dibuang," jawab Miyu.

"Apakah kalian tahu rasanya kehilangan sesuatu yang penting itu benar-benar menyakitkan? Apakah kau punya perasaan?" tanyaku marah.

"Penting? Jadi itu penting bagimu?" tanya Misaki nee-san.

"Selama bertahun-tahun aku sudah mencurahkan segenap hatiku pada buku itu. Dan kalian telah merusaknya. Makhluk apakah kalian? Mengapa kalian tak punya hati?" Emosiku meledak, ini gawat.

"Oh, jadi kau berani melawan juga sekarang?" tanya Uchida nii-san.

"Aku tidak takut dengan kalian! Aku hanya tak ingin mencari keributan! Karena itu aku memilih untuk diam," seruku kesal.

"Sok keren!" cibir Miyu.

Kekesalanku memuncak. Tapi aku tahu, semuanya akan menjadi sia-sia. Aku memilih untuk lari dari sini! Aku sudah tidak tahan lagi.

Aku lari secepat mungkin keluar dari rumah mengerikan itu. Apa yang telah terjadi pada rumah yang kutempati? Dulu rumah ini penuh dengan kehangatan dan kasih sayang. Tapi sekarang, semuanya sudah lenyap.

Aku tak tahan lagi, mereka terus menyiksaku. Aku tak ingin kembali ke rumah itu. Mereka hanya menimbulkan penderitaan bagiku.

* * *

Ini adalah keputusan tersalah yang pernah kuambil. Mengapa aku keluar dari rumah itu? Aku sekarang tak punya tempat tinggal. Kalau aku kembali, mereka akan terus menyiksaku. Aku tak menginginkan hal ini.

Saat ini, aku terduduk di gang yang terpencil. Aku menangis sekeras-kerasnya. Hanya di gang inilah, aku bisa sendirian. Aku benci keramaian. Hanya tempat ini yang bisa kutinggali. Gang yang kotor dan menyedihkan

Apakah aku benar-benar akan menjalani hidupku di sini? Aku tak punya uang dan tak punya kenalan. Aku tak bisa melakukan apapun. Apa sebaiknya aku bunuh diri saja?

Iya, akan lebih baik bagiku untuk bunuh diri. Aku memang tak bisa apa-apa.

Aku keluar dari gang sempit itu dan menunggu kendaraan yang lewat. Saat ada mobil yang lewat, dengan cepat aku melangkahkan kakiku dan bersiap untuk menemui malaikat maut.

Tapi, takdir berkata lain. Aku tidak merasakan sakit. Dan ternyata ada seorang lelaki berambut coklat yang menahan aksiku.

"Apa yang kau lakukan?" tanyanya sambil menatapku dengan manik ungunya.

"Itu bukan urusanmu," jawabku.

"Saat ada seseorang yang akan tertabrak mobil di depan mataku, aku pasti akan menolongnya. Siapa yang tega hanya melihat," ujar lelaki itu.

"Sudah kukatakan bahwa hal ini tidak ada kaitannya denganmu," kataku sambil menepis tangannya.

Tak sengaja, aku menjatuhkan buku sang lelaki. Ia segera memungutnya. Dan aku melihat ada selebaran yang jatuh dari bukunya. Aku segera mengambilnya.

Selebaran pendaftaran murid baru di Saotome Academy. Sekolah yang menggunakan sistem dormitory. Sekolah bagi mereka yang ingin menjadi komposer atau idola.

"Saotome Academy sedang membuka pendaftaran bagi mereka yang berminat," jelas lelaki itu.

"Begitu ya?" tanyaku

"Iya, kalau kau berniat mendaftar di sana, kau boleh mengambil selebaran itu," ujar sang lelaki.

"Terima kasih," ucapku.

"Kalau boleh tahu namamu siapa?" tanyanya.

"(Full name), kamu?"

"Namaku Otori Eiji," jawabnya disertai senyuman yang manis.

Ini mungkin peluang bagiku. Aku bisa keluar dari rumah mengerikan itu.

* * *

aga_alana

agashii-san

Sudah jadi ini kak chapter satunya ^^

Vote dan comment dari kalian sangat ditunggu. Kalau tak keberatan, silahkan beri kritik dan saran ya ^^

Silentrella || Otori Eiji X Silent!ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang