Aku terbangun dari tidur. Rupanya semalam aku tertidur di meja belajarku. Pantas saja, tubuhku terasa sangat sakit. Aku melihat partitur yang sempat kutulis kemarin. Sudah selesai, aku mampu menyelesaikannya, meski terburu-buru.
"(Y/n)-chan, kalau kau tak cepat, nanti terlambat loh." Erina menepuk bahuku.
"Iya," balasku pelan.
"Ini apa (y/n)-chan?" Erina mengambil kertas yang kupegang.
Aku terdiam. "Oh (y/n)-chan buat lagu ya, so sweet deh ... Buat siapa? Buat Eiji ya?" tebak Erina.
Aku mengambil kertas itu dari tangannya. "Tidak, ini hanya terlintas di otakku. Ini bukan buat siapa-siapa," sangkalku.
"Terserah," ujar Erina pasrah.
Aku segera bersiap-siap untuk mengikuti pelajaran. Untung saja, Erina bersedia menungguku.
Kami masuk ke kelas bersama-sama. Seperti biasa, aku duduk di belakang.
Saat itu, kami melihat Eiji sedang berbicara dengan Takayama-san. Bukannya dia seharusnya sudah pergi? Apakah dia akan menunggu sehari lagi?
Erina menyenggol bahuku pelan. "Pangeran yang kau tunggu sudah datang. Ayo, serahkan lagu tadi," godanya.
"Dia bukan pangeran," tegasku seraya duduk.
"Jangan berbohong, (y/n)-chan. Ingat, jangan sampai kau menyesal di akhir. Jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang sudah ada," nasihat Erina sambil berjalan menuju tempat duduknya
Aku bisa melihat kesedihan di matanya, seperti ada sesuatu buruk yang pernah terjadi padanya, sesuatu yang menyakiti hatinya. Aku bisa merasakannya. Sama seperti perasaanku sewaktu tinggal bersama ketiga saudara angkatku. Perasaan yang tak diketahui, perasaan yang tak bisa dimengerti.
"Ohayou, (l/n)-san!" sapa Eiji sambil tersenyum ke arahku, sebuah senyum yang lebih cerah dari biasanya.
Mungkin Nanami sudah menerima. Karena itu, Eiji terlihat ceria. Mungkin itu alasannya.
"Jadi bagaimana?" tanyaku setengah berbisik.
Eiji memandangku. "Apanya?" tanyanya balik.
"Kau dan Nanami. Apakah kal--"
"Tidak. Soal yang aku rencanakan kemarin, aku tak jadi melakukannya," papar Eiji.
"Kenapa?"
Aku mengepalkan tanganku. Dia sudah meminta bantuanku dan kini membatalkan semua rencananya. Ada apa sebenarnya?
"Aku merasa aneh. Hatiku seolah tak menginginkan hal ini. Hatiku meminta yang lain. Hatiku tertarik oleh seseorang, orang yang sangat baik padaku," jelas Eiji.
"Lalu kau akan bersekolah lagi di sini?" tanyaku.
Eiji mengangguk, lalu tersenyum.
"Sampai kapan?" Aku memandang manik pale violet miliknya.
"Sampai aku bisa mengutarakan perasaanku. Atau sampai orang itu peka terhadap perasaanku selama ini," jawab Eiji.
"Ohayou ppu!"
Suara Tsukimiya sensei terdengar sampai ke ujung ruangan. Selang beberapa detik kemudian, Tsukimiya sensei muncul.
"Eiji, ini untukmu." Aku menyerahkan lagu yang semalam kutulis.
"Eh?" Eiji tampak terkejut namun akhirnya mengambil kertas tersebut dari tanganku.
"Hari ini adalah hari spesial loh! Karena hari ini, kelas A mendapat siswa baru!" seru Tsukimiya sensei sambil memberi instruksi agar murid baru itu masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silentrella || Otori Eiji X Silent!Reader
FanficFanfic Utapri yang pertama Banyak typo dan kadang tidak jelas * * * Dalam cerita dongeng, Cinderella yang malang akhirnya menemukan sang pangeran, cinta sejatinya. Apakah aku bisa menemukannya juga? Kata ibu, setiap gadis akan menemukan lelaki yang...