CERITA INI AKAN DI TERBITKAN, SEBENTAR LAGI PO. JADI, NABUNG YAA WANKAWANKU :*
DIPUBLISH ULANG KARENA ADA REVISIAN. SELAMAT MEMBACA, JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK :*
Matahari telah memancarkan sinar yang menerangi Ibu Kota pagi ini. Maklum saja, karena jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat tiga puluh menit. Di lain tempat, ada seorang laki-laki yang masih tertidur dengan pulasnya di balik selimut nyaman dan aman.
Jonatan menggeliat di tempat tidurnya, ia masih enak-enakan tidur karena hari Minggu. Ia terbangun mengerjapkan matanya karena pancaran sinar matahari kini sudah memasuki retina matanya yang sudah terbuka lebar.
Jonatan membangunkan badannya dengan malas, lalu beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk menyikat gigi dan mencuci mukanya. Ia memang jorok, jika hari libur, ia akan mandi satu hari satu kali.
"Abang Jo, di luar ada Abang Filman!" teriak Shinta, adiknya Jonatan, yang berusia empat tahun.
"Iya, Dek, bentar!" sahut Jonatan dari kamar mandi.
Jonatan melanjutkan kembali aktivitasnya, setelah membersihkan wajahnya, ia mengganti pakaiannya lalu langsung turun ke lantai dasar untuk sarapan pagi.
"Pagi ...," sapa Jonatan antusias.
"Pagi, Bro," jawab Firman.
"Pagi, Jo sayang," ucap Marissa dan Rangga bersamaan. Kompak menyapa anak sulungnya.
"Pagi, Abang!" ucap Shinta.
"Ngapain lo pagi-pagi ke sini?" tanya Jonatan yang langsung duduk di antara Shinta dan Firman.
"Numpang sarapanlah," jawab Firman enteng.
Jonatan mendengkus. "Dasar."
"Hus, udah-udah, lanjutin makannya," kata Marissa seraya mengoleskan selai ke roti yang Jonatan genggam.
"Tau, kalian itu berantem mulu," timpal Rangga.
Setelah mendapat teguran dari Rangga, semuanya diam menghabiskan makanannya. Selesai sarapan, Jonatan dan Firman menonton acara TV ditemani makanan ringan di tangan kiri Jonatan.
"Jo, main yuk. Cuci mata gitu, ke mal boleh dah. Si Ihsan sama Bayu juga mau ke sana," ajak Firman sambil menaikturunkan alisnya.
"Ngapain? Malas ah," jawab Jonatan acuh tak acuh.
"Ye ... lo mah, sekalian nyari doi barulah," ucap Firman.
"Abang, Inta itut!" teriak Shinta sambil berlari menuruni tangga.
"Abang, Mom titip Inta, ya, Mom sama Dad ada urusan," ucap Marissa lalu mengecup singkat pipi Shinta.
"Huh, iya, Mom," ucap Jonatan pasrah.
"Yey ... Inta diajak ke mal." Shinta meloncat-loncat girang di sofa.
"Dek, diem ngapa! Loncat-loncat mulu." Jonatan menghentikan Shinta dengan cara menangkap lalu memeluk Shinta gemas.
"Ih, Abang, sakit. Mom, Abang tuh," adu Shinta pada Marissa.
Jonatan hanya memutar bola matanya malas mendengar aduan Shinta. Mau tak mau ia harus melepaskan tubuh mungil Shinta yang sangat menggemaskan saat Marissa memberi tatapan sinis padanya.
Jonatan menyengir. "Mom serem."
"Ya udah, Mom. Jo ijin ke mal sama sohib, ngajak Inta juga, ya?" kata Jonatan meminta ijin.
"Iya, Mom ijinin, jangan bikin adekmu nangis. Mom sama Dad pergi dulu," pamit Marissa.
"Dad berangkat dulu. Jaga adekmu." Rangga mencium putri kecilnya.
"Abang tunggu, ya. Inta mau ambil tas dulu." Shinta turun dari sofa.
"Inta, kamu enggak usah bawa tas, ya. Kan cuma ke mal," ucap Jonatan halus dan otomatis Shinta menghentikan langkahnya.
"Ih, Abang ... kalo enggak bawa tas, nanti Inta enggak lucu ...," ucap Shinta gemas. Shinta tak mengacuhkan ucapan Jonatan dan menaiki anak tangga.
Firman tertawa mengejek. "Seorang Jo, most wanted sekolah kalah sama anak kecil umur empat tahun?" Firman tertawa terpingkal-pingkal di sofa.
"Ketawa aja sampai mampus. Puas dah lo." Jonatan bangkit dari duduknya menuju dapur untuk mengambil sesuatu.
"Ayo, Bang, Inta udah siap," ucap Shinta yang mendahului Jonatan dan Firman keluar rumah.
"Abang, mau pakai mobil yang mana?" teriak Shinta.
"Enggak usah teriak juga kali, Dek, Abang di belakang. Makanya jangan sok-sokan jalan duluan."
Jonatan berjalan ke sebelah mobil Lamborgini putih miliknya, lalu masuk. Ketika Shinta dan Firman ingin memasuki mobil, mereka malah berdebat.
"Inta mau duduk di depan, Bang Iman," ucap Shinta cemberut.
"Inta duduk di belakang aja, ya. Abang mau liat cewek cantik di depan, ya, ya," pinta Firman memelas.
Shinta menggeleng keras. "Enggak! Di belakang juga bisa liat cecan, 'kan, Bang Iman."
"Cecan? Bahasa apa tuh?" Firman mengerutkan keningnya mendengar ucapan Shinta yang terasa familier.
"Cecan itu ... cewek cantik, Bang Iman," jelas Shinta gemas.
"Oh ...," balas Firman, "eh, tapi enggak bisa, Bang Iman mau di depan, titik!"
"Men, ayolah, lo ngalah. Nanti kita enggak jalan-jalan kalo denger Inta ngomong." Jonatan keluar dari mobil karena melihat Firman dan Shinta yang tak kunjung masuk.
"Iya deh," ucap Firman pasrah sembari mengentakkan kakinya menaiki mobil dengan menempati posisi duduk di belakang.
Hallo Aku bawa Cerita baru..
Baca sama Vote komennya jangan lupa kawans..Revisi 22-11-18
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Girl Is My Wife #1 [TERBIT]
Teen Fiction#TAMAT TERSEDIA DI SHOPPE @carina.bookstore OPEN PO DARI TANGGAL 17-21 MARET CEK IG @androcenta.publisher dan @Nisa_Adiwiyanti99 (PROSES REVISI) Rangking #7 dalam cerita remaja (13 september 2018) #10 dlm Cerita remaja (30-05-2018) #11 Cerita remaj...