Mereka pun menuju mal dengan Shinta yang ceria dan Firman yang cemberut.
Selama di perjalanan, mobil yang dihuni oleh ketiga manusia sangat ramai oleh celotehan Shinta yang bernyanyi tidak jelas. Tidak perlu berlama-lama, mobil telah memasuki parkiran mal yang cukup terkenal. Dengan lihai Jonatan memarkirkan mobil kesayangannya itu, Shinta begitu heboh berteriak sangat girang.
“Ye, sampai ...,” seru Shinta girang.
“Berisik!” dengkus Jonatan.
“Bialin! Wlee,” ucap Shinta menjulurkan lidah.
“Abang Imen, gendong Inta ...,” rengek Shinta.
“Enggak mau, minta gendong abangmu aja. Nanti kalo Bang Imen gendong Inta, Abang bakal disangka udah nikah,” tolak Firman.
Shinta membalikkan badannya tak acuh dari Firman. Ia beralih melihat Jonatan yang sedang membuka safety beltt-nya.
“Abang Jo, gendong Inta, Inta capek,” lirih Shinta, dengan senang hati Jonatan mengangguk dengan bonus senyum termanisnya.
“Iya, ayo,” ucap Jonatan membuka pintu mobil.
Jonatan membuka pintu lalu keluar dan menuju ke tempat yang diduduki Shinta. Ia dengan telaten membuka safety beltt Shinta lalu menggendongnya, Firman pun ikut keluar dari mobil.
Mereka mulai memasuki kawasan mal, dengan Shinta yang berada dalam gendongan Jonatan. Meraka berjalan santai, banyak yang memperhatikannya terutama remaja yang seumuran dengannya karena Jonatan memang sudah mulai banyak dikenal.
Tiba-tiba ada seorang gadis menabrak tubuh Jonatan hingga ia terjatuh terutama Shinta yang kini sudah tergeletak di lantai akibat Jonatan kehilangan keseimbangan.“Aduh, maaf, ya. Saya enggak sengaja,” ucap gadis berambut hitam pekat bermata cokelat itu.
“Abang, pantat Inta sakit.” Shinta menengadah melihat wajah Jonatan yang sedang duduk di sampingnya.
“Aduh, Dek, maafin Kakak, ya. Kakak enggak sengaja,” ucap gadis itu sambil membangunkan Shinta.
Awalnya Jonatan hanya diam, mungkin ia sedikit syok. Ia bangkit, kemudian menarik napasnya dan mengeluarkan jurus omelan mautnya, Jonatan berucap sewot, “Kalo jalan itu liat-liat, jangan asal tabrak aja, mata dipakai jangan buat pajangan aja, enggak akan ada yang terpana juga. Ayo, Dek, kita pergi!”
Jonatan menggendong Shinta kembali dan menjauh dari hadapan gadis yang masih mencermati baik-baik ucapannya, ia menuju kafe. Bayu dan Ihsan sudah menunggunya di sana.
“Ica,” teriak dua orang gadis sambil menghampiri sahabtnya.
“Maafkan teman saya, ya, Mbak,” ucap Firman lalu menyusul Jonatan.
“Lo kenapa, Bro?” tanya Bayu yang merasa awkward dan tidak enak melihat tampang Jonatan.
“Dia ditabrak sama cewek,” timpal Firman yang baru datang.
“Oh ....”
Bayu dan Ihsan menyeruput jusnya, kemudian mereka saling tatap dan mengernyit setelah menyadari sesuatu.
“Apa? Ditabrak cewek?” seru Bayu dan Ihsan berbarengan.
“Si Kampret, dari tadi ke mana aja?” ucap Firman kesal.
“Depan lo, lah,” jawab Bayu enteng.
“Abang, ayo ke Time Zone,” ajak Shinta sambil menarik ujung baju Jonatan.
“Iya. Bentar, ya, Inta,” ucap Ihsan halus.
“Bang Ican, gendong Inta,” pinta Shinta manja.
“Ayo!” ucap Ihsan tersenyum senang.
Mereka akirnya pergi ke Time Zone dengan Shinta yang digendong Ihsan dan Jonatan yang dirangkul Bayu, sementara Firman sedang tebar pesona pada cewek-cewek yang sedang melihat mereka berempat. Selama di perjalanan, mereka tak henti-hentinya ditatap oleh kaum hawa karena ketampanan mereka yang tumpah-tumpah.
Hoalah.. part nya cuman dikit-dikit soalnya males nulis hehe..
Maaf kalo masih ada yang typo jangan lupa Vote sama komennya ditunggu ya ;)
Revisi 22-11-2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Girl Is My Wife #1 [TERBIT]
Novela Juvenil#TAMAT TERSEDIA DI SHOPPE @carina.bookstore OPEN PO DARI TANGGAL 17-21 MARET CEK IG @androcenta.publisher dan @Nisa_Adiwiyanti99 (PROSES REVISI) Rangking #7 dalam cerita remaja (13 september 2018) #10 dlm Cerita remaja (30-05-2018) #11 Cerita remaj...