3. Nyusahin

12.1K 812 346
                                    

Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan jejak ;)

Sesampainya di Time Zone, mereka berhenti sejenak. Jonatan merogoh saku celananya, ia mengeluarkan dompet dan mengambil kartu untuk bermain.

“Bay, isiin saldo dulu, gih.” Jonatan memberikan kartu itu.

“Oke. Mana duitnya?” kata Bayu polos sembari menengadahkan tangannya.

“Dari lo dululah, Bay, pelit amat sih lo,” ucap Jonatan.

“Iya, Bang Bay, pelit amat,” ucap Shinta ikut-ikutan.

Tak khayal, Firman, Ihsan dan Jonatan terawa. Bayu menatap Jonatan kesal. “Lah, kenapa enggak lo aja yang isi coba? Sengaja mau bikin gue bangkrut?” gerutunya, tetapi tetap  mengisi saldonya.

Sementara Jonatan dan yang lainnya sudah menuju ke permainan yang akan mereka mainkan. Tidak tanggung-tanggung, mereka menghabiskan waktu di area Time Zone kurang lebih selama empat jam. Selama empat jam itu Shinta mendapatkan berbagai macam hadiah, seperti boneka dari yang paling kecil hingga boneka beruang yang ukurannya lebih besar dari dirinya.

Sudah terlihat jelas dari raut wajah mereka yang kelelahan. Bahkan Bayu sudah sangat lemas sampai-sampai memukul buaya saja tidak kena-kena sehingga sampai harus dibantu oleh anak-anak yang ingin bermain permainan itu juga. Perut mereka pun sudah mulai keroncongan meminta asupan nutrisi yang bermanfaat dan tentunya mengenyangkan.

“Abang, Inta lapar,” ucap Shinta yang udah lelah.

“Ayo kita makan,” ajak Firman yang membawa sebagian boneka punya Shinta.

“Bay, ayo! Mau sampai mati berdiri lo mainan itu terus?” tegur Ihsan sembari tersenyum kecil.

“Si Inta nyusahin amat sih, Jo, masa kita suruh bawa boneka-bonekanya,” gerutu Bayu sembari  memanyunkan bibirnya.

“Amal kali, Bay,” ujar Ihsan menasihati.

“Amal sih amal, Can. Tapi ... apa, ya? Ya udah deh, iya, amal jariyah,” kata Bayu asal kena.

Mereka meninggalkan area Time Zone, menuju kafe yang semula mereka datangi, karena itu tempat favorit mereka untuk bersantai.

“Mbak,” panggil Jonatan melambaikan tangan memanggil Pelayan.

“Mau pesan apa, Mas?” tanya pelayan itu sambil menyerahkan daftar menu.

“Kita pesan tiga piza sama stroberi tiga, jus alpukat satu, sama susu putih satu,” ucap Bayu menyebutkan pesanan.

“Iya, silahkan tunggu ya, Mas,” ucap pelayan itu ramah.

“Permisi, pesanannya datang.” Beberapa pelayan mengantarkan pesanan mereka  dengan sopan dan ramah.

“Terima kasih, Mbak cantik,” ucap Firman genit, lalu mengedipkan sebelah matanya pada pelayan itu, membuat pelayan itu tersipu malu.

Jonatan, Ihsan dan Bayu meringis jijik.
“Sirik aja lo pada,” timpal Firman sembari tersenyum sok imut.

Mereka menyantap makananannya begitu lahap. Bahkan Shinta yang biasanya mengoceh, kini diam memakan pizanya.
Perut kenyang, mulut masih bercuap.

Seperti itulah kini keadaan mereka, dengan ogah-ogahan mereka masih menghabiskan makanannya. Padahal, perut mereka sudah terisi penuh. Setelah makanan yang berada di meja hanya menyisakan bekasnya saja.

Mereka memutuskan untuk bersantai terlebih dahulu bermaksud untuk menurunkan makanan dari tenggorokan ke perutnya. Eh?

“Gue balik, ya, si Inta kasihan kecapean.” Jonatan melirik Shinta yang kelelahan.

“Gue balik sama siapa?” tanya Firman dengan muka memelas.

“Ya bareng gue, nanti siapa yang bawa barang Inta?” ucap Jonatan tak acuh.

“Jadi babu Inta lagi dah,” gerutu Firman.
Jonatan, Bayu dan Ihsan tertawa renyah. Kecuali Shinta, dia tertidur di kursi dengan gaya menyembunyikan kepalanya di lipatan tangan di atas meja.

“Jo, Inta tidur tuh, kasian,” ucap Ihsan.

“Ya udah, gue balik dulu, ya,” pamit Jonatan menggendong Shinta.

Part nya cuman dikit dikit ya.. masih bingung hehe..
Gimana ceritanya nanti di sini juga ada Ricky Karanda sebagai sepupunya Firman.

Jangan lupa vote sama komennya soalnya dari ke dua tersebut nisa lebih semangat lanjutin ceritanya

Makasih Ikutin terus Part selanjutnya ya...

Revisi 22-11-2018

Ice Girl Is My Wife #1 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang