4. Pertemuan kedua

11.6K 757 382
                                    

Selamat Membaca

Jam sudah menunjukkan pukul 19.30 WIB. Jonatan membuka matanya dan mengerjapkannya beberapa kali.

Lengannya meraba saku celana untuk mencari benda pipih yang bernama handphone, Jonatan membangkitkan tubuhnya dari tidur menjadi duduk dengan kepala menyAndar di sAndaran kasur Shinta yang penuh dengan gambar Hello Kitty.

"Jam berapa ini? Kok Mom belum balik," gumamnya bingung sembari mengotak-atik ponsel. Ada beberapa pesan dan panggilan tak terjawab dari Marissa, Mommynya. Jonatan membuka pesan yang bertuliskan, 'Mommy sayang Jo.' Hampir semua isinya bertanya tentang kabar Shinta dan sedang apa serta ada juga pemberitahuan.

Mommy sayang Jo
Jo, Mom pulang malam. Kamu ajak Inta makan malam di luar aja

Jonatan hanya membaca pesannya saja, tidak berniat untuk membalasnya. Toh, Mommynya juga tahu kelakuannya. Ia bangkit dari kasur Shinta menuju kamarnya melalui conection door yang menghubungkan kamar Shinta dan Jonatan.

Ia berjalan ke arah lemari berukuran sedang untuk mengambil beberapa helai pakaian, lalu kakinya kembali ia langkahkan menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritualnya. Ketika ia sedang melaksanakan riualya, terdengar suara isakan tangis Shinta dari luar kamar mandi.

"Abang! Mom mana? Kok enggak ada?" teriak Shinta.

"Mom belum pulang, Abang mandi dulu bentar," ujar Jonatan dengan intonasi yang sama.

"Cepat, Inta lapal ...," lirih Shinta, sambil sesenggukan.

Jonatan selesai mandi, ia celingak-celinguk mencari keberadaan Shinta, tidak menemukan  Shinta di kamarnya maupun di kamar Shinta sendiri. Ia memutuskan turun ke lantai dasar dan melihat adiknya sedang menonton acara kartun kesukaannya.

"Ayo, Dek, kita makan di luar," ajak Jonatan sambil menggendong Shinta, tak lupa ia mematikan televisi terlebih dahulu.

"Ayo, Bang," ucap Shinta lesu.

Jonatan dan Shinta pergi menuju restoran terdeket yang biasa ia kunjungi. Setelah sampai di restoran, mereka duduk di tengah-tengah karena itu permintaan Shinta yang tidak bisa diganggu-gugat.

"Mau pesan apa, Dek?" tanya Jonatan, sambil melihat daftar menu yang diserahkan pelayan.

"Inta mau nasi goleng, ayam goleng, sama nugget. Telus minumnya susu putih sama ail putih," ucap Shinta dengan cengiran Andalannya.

Jonatan dan pelayan itu melongo mendengar pesanan Shinta yang banyak, sangat mustahil untuk dihabiskan oleh anak sekecil Shinta.

"Kebanyakan, Dek, nanti enggak dimakan," tegur Jonatan menggelengkan kepalanya mendengar pesanan Shinta.

"Ih, Abang! Inta tuh lapel," ucap Shinta memajukan bibirnya, membuat wajahnya semakin lucu.

"Hem. Oke, Mbak, saya pesan nasi goreng dua, ayam goreng satu, nugget satu, air putih dua, sama susu putih satu."

"Baik. Tunggu beberapa menit, ya," ucap pelayan itu.

Setelah beberapa menit, pesanan akhirnya datang berbarengan yang dibawakan oleh dua orang pelayan atau waiter.

Mereka memakan makanan itu dengan lahap, tetapi arah pandang Jonatan tak sengaja melihat ke salah satu meja yang berada di pojok.

"Dewi ...," lirih Jonatan yang melihat seorang gadis sedang duduk sendiri di pojok restoran.

"Dek, Abang mau ke sana dulu, ya. Jangan ke mana-mana," ucap Jonatan. Shinta hanya mengangguk.

Dengan semangat, Jonatan menghampiri Dewi dengan bibir yang di angkat ke atas membentuk bulan sabit. Dewi adalah mantannya, ia dan Dewi lama berpacaran. Tetapi, gara-gara Dewi, permainan bulu ia tidak bisa konsentrasi karena pikirannya terus pada Dewi, sang pacar.

Akhirnya Jonatan memutuskan Dewi dengan terpaksa, tetapi bukan karena itu saja. Ia memutuskannya karena Dewi pindah ke Manila, Filipina. Mereka sempat lost contact, untuk itu selama Dewi tak ada, Jonatan sering sekali bergonta-ganti pasangan selagi tak mengganggu bulu tangkisnya. Namun, kini Dewi kembali, membuat hati Jontan kembali bersinar.

"Hai, Dewi," sapa Jonatan sembari tersenyum.

"Jo-Jonatan?" ucap Dewi kaget.

"Iya, ini aku."

Tak bisa dipungkiri, Dewi langsung memeluk Jonatan erat tanpa melihat susana yang sedang ramai.

"Aku ... kangen kamu," ujar Dewi sambil menangis.

"Aku juga," balas Jonatan.

Saking asyiknya mereka mengobrol, Jonatan lupa dengan adiknya yang ditinggal sendirian.

"Jo, anterin aku pulang, ya," rayu Dewi.

"Ayo!" timpal Jonatan sambil merangkul pinggang Dewi.

"Astaga, Inta!" ujar Jonatan mengerem mobilnya mendadak.

"Kenapa, Jo?" tanya Dewi bingung.

"Aku antar sampai sini aja, ya, aku ada urusan." Jonatan berjalan ke luar lalu membukakan pintu satunya.

"Urusan apa?" tanya Dewi semakin bingung.

"Ada, pokonya penting."

Dewi keluar dengan raut wajah yang bingung, sementara Jonatan tanpa basa-basi lagi langsung menancap gas menuju restoran dengan keadaan cemas. Sesampainya di restoran tadi, ia langsung masuk menuju meja yang tadi di tempati Shinta. Tetapi Jonatan tidak menemukan Shinta, membuatnya panik.

"Mas, Mas, lihat adek saya enggak yang di meja ini?" tanya Jonatan pada pelayan.

"Adek? Oh ... anak perempuan rambut panjang?"

"Nah! Iya, iya!" Jonatan mengangguk antusias.

"Tadi sih dia nangis, terus ada cewek yang nyamperin. Pacarnya Mas mungkin, bahkan makanannya dibayarin," jelas pelayan itu.

"Cewek? Pacar?" Jonatan jadi bingung, akhirnya ia mengelilingi restoran.

Ia akhirnya memutuskan untuk ke luar. Tepat pada pintu depan, Jonatan melihat Shinta yang sedang berada di pangkuan seorang perempuan. Ia langsung menghampiri Shinta dan langsung mengambil alih adiknya.

Perempuan itu terkejut dengan perlakuan Jonatan yang mengambil Shinta tiba-tiba, ia langsung berdiri.

"Inta, kamu enggak apa-apa?" tanya Jonatan khawatir.

Shinta pun terbangun dari tidurnya. "Abang," panggil Shinta yang refleks memeluk Jonatan dan mencium pipi Jonatan.

"Maafin Abang, ya, Sayang," ucap Jonatan lembut.

"Kalo jadi cowok itu harus bertanggung jawab," ujar perempuan itu ketus.

Jonatan mengernyit, inikan perempuan yang menabraknya tadi siang. "Lo? Kok di sini?" tanya Jonatan.

"Iya, gue. Untung ada gue, kasihan tuh adek lo, nangis terus."

"Iya, gue lupa, thanks."

"Oke."

Tanpa basa-basi, Jonatan pergi meninggalkan Clarisa sendiri dengan wajah yang belum sepenuhnya sadar.

Yoyoyo Nisa Koming ayo dong Sahre ke temen temen kalian cerita ini..

Maaf klo masih Absurd ya..
Jangan lupa vote sm comennya makasih 😉😉

Revisi 31-01-21

Ice Girl Is My Wife #1 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang