7. Olahraga (Clarisa kena Bola)

9.1K 559 139
                                    

Selamat Membaca

Jonatan dengan semangat membawa bola basket ke arah ring, mengopernya lalu dioper lagi padanya. Pada saat sudah dekat dengan ring, Jonatan melemparkan bolanya ke ring, dan ....

Ya! Tepat sasaran! Tidak, bola basket itu tidak masuk ke dalam ring, malah memantul dan mendarat tepat di kepala gadis yang sedang memainkan bola basket, membuat gadis itu langsung pingsan.

"Ica!!" teriak Sisil heboh, "siapa yang ngelakuin ini?!" Sisil berkacak pinggang dengan muka kesal.

Dengan serempak anak laki-laki menunjuk Jonatan.

"Jo! Lo apain Clarisa?!"

Jonatan mengangkat kedua tangannya panik. "Gue enggak sengaja, gue ngelempar bola basket ke ring. Eh malah enggak masuk, malah mental ke papan terus nimpuk kepala Clarisa," jelasnya.

"Sil, kayaknya Clarisa pingsan!" teriak Naura panik. Sisil menarik lengan Jonatan untuk mendekat.

"Cepat bawa Ica ke UKS!" suruh Sisil pada Jonatan.

Jonatan langsung menggendong Clarisa ke UKS, diikuti oleh Sisil. Setalah sampai di UKS, Jonatan langsung membaringkan Clarisa di brankar yang tersedia, tidak lama beberapa penjaga UKS menghampiri mereka dengan membawakan kotak P3K.

Petugas UKS langsung mengoleskan minyak kayu putih ke dekat hidung Clarisa dan mengobati keningnya.

"Lo harus nunggu Clarisa sampai dia sadar!" perintah Sisil lalu keluar dari UKS.

Jonatan yang hanya mengangguk tak jelas. "Gue lagi, gue lagi, yang kena," gerutu Jonatan.

Beberapa petugas UKS keluar dari UKS. Jonatan bingung entah mau melakukan apa, ia memilih diam di tempat hingga tak terasa jam telah menunjukkan pukul 14.30, bel pulang telah berbunyi setengah jam yang lalu, tetapi Clarisa belum kunjung membuka matanya. Hanya Jonatan yang menjaga Clarisa sampai saat ini karena diancam teman-teman kelasnya untuk bertanggung jawab.

"Elah, tuh orang kok enggak bangun-bangun juga sih?" Jonatan mondar-mandir tidak jelas, sesekali ia melihat Clarisa yang masih memejamkan matanya.

"Gue di mana?" gumam Clarisa bertanya pada dirinya sendiri.

Ketika mendengar suara ringisan, Jonatan menoleh lalu menghampiri Clarisa yang terlihat bingung.

"Gue di mana?" tanya Clarisa pada Jonatan.

"Lo di UKS, lo udah baikan?" tanya Jonatan balik, lalu membantu Clarisa bangun.

"Gue mau pulang." Clarisa mencoba bangkit dari kasur lalu berjalan tertatih ke luar ruangan. Tetapi kepala Clarisa tiba-tiba pusing sehingga ia bersandar di pinggir pintu.

"Lo mau ke mana sih? Mau pulang? Gue anterin." Jonatan memapah Clarisa dengan perhalan Clarisa ke parkiran.

"Rumah lo di mana? Masih sakit enggak? Apa perlu ke dokter?" Jonatan bertanya sambil melirik Clarisa yang bersandar ke jendela kaca mobil.

"Di jalan Mawar Perwisdan," jawab Clarisa malas.

Jonatan mengangguk. "Eh, kita mampir dulu ya bentar, gue lapar, belom makan dari pas olahraga gegara jagain lo. Lo juga pasti lapar, 'kan?" tanya Jonatan yang mencoba memecahkan kecanggungan.

Clarisa hanya mengangguk dan berucap, "Maaf, dan terima kasih."

"Gue kali yang minta maaf ke lo, gara-gara gue lo jadi begini."

Tiba di suatu rumah makan, Jonatan dan Clarisa duduk di dekat jendela. Clarisa terus saja merintih, walaupun suaranya sangat kecil. Jonatan masih bisa mendengarnya dan juga melihat jelas dari raut wajah Clarisa.

"Mbak." Jonatan melambai memanggil salah satu pelayan.

"Iya, mau pesan apa, Mas?" tanya pelayan itu.

"Ca, lo mau apa?" Jonatan melirik Clarisa yang bengong.

"Oh, Mbak, spagetinya dua, vanila latte satu, sama Jus alpukatnya satu, sama air mineral dua."

"Oke, tunggu beberapa menit ya, Mas," ucap pelayan itu.

'Aduh canggung banget dah. Apalagi bareng manusia es, bisa-bisa beku nih enggak ngomong-ngomong,' gerutu Jonatan dalam hati.

"Hem ... Ca, beneran lo enggak apa-apa?" Jonatan melirik Clarisa yang hanya diam melipat tangannya, yang ditanya hanya mengangguk singkat sebagai jawaban.

Hari sudah mulai senja. Mereka harus segera pulang, apalagi Jonatan kini membawa seorang gadis yang baru saja ia kenal. Jonatan bangkit lalu berjalan, tanpa sadar ia menggenggam tangan Clarisa, membuat jantung Clarisa berdebar kencang.

'Aduh ... kenapa jantung gue deg-degan, ya? Perasaan gue enggak punya penyakit jantung dah,' gerutu Clarisa dalam hati.

Merasa ada yang aneh, Jonatan menghentikan tubuhnya dengan tiba-tiba.

"Aduh," ringis Clarisa.

"Lo kenapa?" Jonatan berbalik.

"Kenapa apanya? Lo tiba-tiba berhenti jalan, kepala gue nabrak punggung lo," sewot Clarisa dingin.

Jonatan menyengir. "Sorry, sorry." Jonatan melanjutkan jalannya, tak lupa ia menggandeng tangan Clarisa. Bagi Jonatan, menggandeng tangan perempuan itu biasa. Tetapi bagi Clarisa, ia baru pertama kali digandeng laki-laki kecuali ayahnya dan Galih, dulu.

Ada yang nungguin kisah Jo dan Clarisa gak si?? Semoga aja adeh hehe.. BTW Bentar lagi cerita ini akan jadi novel. Nabung yahhh

Makasih yang udah mau baca.. budayakan Jejaknya 😊😊😙

#03-02-21

Ice Girl Is My Wife #1 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang